KATA BIJAK

Manusia dan masalah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Jadi jangan pernah pisahkan dirimu dari ALLAH SWT. Sebab Dialah sebaik-baik penolong manusia dari beragam masalah........
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah jalan keluar masalah.


Kamis, 31 Agustus 2017

Membuka Rahasia Diri Melalui Ilmu, Teknik Pernapasan dan Tafakkur


TINGGALKAN SEJENAK DUNIA SEDIAKAN WAKTU UNTUK MENGENAL TUHANMU

“Antal Maut Qoblal Maut”

KAADIHUN ILAA ROBBIKA dan FA AQIM WAJ’HAKA LID DIINI HANIIFAH
” Wahai manusia ! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk bertemu dengan Tuhanmu, sampai kamu bertemu dengan-Nya “. ( QS Al Insyiqoq 84 : 6 )

Abu Huroiroh r.a. meriwayatkan bahwa Rosululloh Solawlohu Alayhi Wasallam bersabda, “Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku senang untuk bertemu dengan-Ku, Aku pun senang untuk bertemu dengannya. Dan jika dia tidak suka untuk bertemu dengan-Ku, Aku pun tidak suka untuk bertemu dengannya.” (HR. Imam Malik, hadits shahih)

Bismillahir Rohmanir Rohimi
Disini saya coba membuka tabir/rahasia dari tehnik zikir & tafakur, bila dilakukan dengan ikhlas secara rutin akan membuka tabir rahasia alam malakut. (catatan : bila anda telah melaksanakannya dengan benar dan menyaksikan /merasakan /memgalami sesuatu atas ridho Alloh maka pesan saya jangan ceritakan kepada siapapun, ambil dan terima kebaikan tersebut hanya untuk anda sendiri, bila anda merasa harus bertanya (di diskusikan) silahkan anda bisa menghubungi saya melalui email) “PERHATIAN : bila ragu ?? jangan dilakukan” (Silahkan di Copy Paste)

Membuka Rahasia Diri melalui ILMU,TEKNIK PERNAFASAN & TAFAKUR.”
“Membina kekuatan jiwa,mental dan penyembuhan penyakit zahir dan batin”
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala
“Maka ingatlah kepada-Ku, nescaya Aku ingat kepadamu (bersama dan melindungi hambaNya)… “(al-Baqoroh: 152)
Tenaga zikir adalah tenaga dari Illahi, ia mempunyai cahaya yang hebat yang datang dari alam Lahut. Energi zikir akan menysucikan segala kekotoran pada qolbu sehingga qolbunya akan terkeluar cahaya alam Lahut yang tertutup selama ini disebabkan kekotorannya. Cahaya ini akan bersinar dan meningkatkan frekuensi cahaya pada qolbi dan seterusnya mengeluarkan segala tenaga yang rendah pada jiwanya (mazmumah). Ia juga akan bergerak menguatkan Ruh Sultoni yaitu cahaya akal sehingga akalnya mempunyai daya ketahanan yang kuat, berfikir tajam dan kreatif.

Zikir yang digabungkan dengan teknik pernafasan yang betul, atau disebut oleh ahli Tasawuf sebagai zikir nafas, akan memberikan kesan yang lebih hebat.
Imam Ghazali mengatakan zikir yang dilakukan dengan cara menahan nafas akan mempercepatkan proses penyucian hati (membakar mazhumah).
Pernafasan yang betul akan memaksimumkan penyerapan oksigen yang amat penting dalam kehidupan dan kesehatan manusia.Kekurangan oksigen menyebabkan seseorang terdedah pada berbagai penyakit.

Zikir Nafas juga dapat merawat gangguan halus sama ada dari sihir atau pun jin ialah dengan mengeluarkan penyakit dari diri serta memastikan pesakit mempunyai sistem pertahanan yang kuat agar segala iblis atau sihir tidak dapat menembusinya lagi  setelah ia sembuh.
Rawatan energi zikir juga akan menumpukan pengumpulan tenaga zikir pada qolbu untuk mengeluarkan syaitan dari dalam darah. Apabila tenaga zikir terkumpul di jantung, maka ia akan menghantar tenaga itu ke seluruh badan melalui sistem peredaran darah, seterusnya menghancurkan segala tenaga yang rendah (jin dan syaitan) tidak kira di mana ia berada dalam tubuh pesakit.

(Zikir Nafas)
Setiap kita yang hidup mesti mempunyai nafas, melihat, mendengar, merasa dan ini semua termasuk di dalam sifat al hayat. Kita boleh hidup tanpa mata, telinga, tangan dan anggota tubuh yang lain tetapi kita tidak bisa hidup tanpa nafas. Kita boleh berjalan, berkata-kata dan melakukan apa saja, ini semua berlaku kerana qudrot dan irodat dari  Alloh. Dan nafas berada di dalam qudrot dan irodat Alloh.

Di mana permulaan dan letaknya nafas ini?
Untuk mengetahuinya kita harus kembali pada asal kejadian kita yaitu di antara pertalian ibu dan anaknya. Mula terjadi benih diperut ibu ialah di bagianPUSAT. Di situlah mulanya nafas dan dari situ bermula benih itu membesar menjadi anggota tubuh yang sempurna.

Dimanakah letaknya rahasia diri kita yang sebenarnya?
Letaknya rahsia diri kita ialah di atas PUSAT (jaraknya dua jari diatas pusat). Kerana di situlah mulanya kejadian kita. Dan situlah letaknya pengenalan kita pada Alloh. Untuk mencapai ke maqom tersebut ada 3 tahap atau latihan yang perlu kita lakukan.

-Menfanakan diri (mematikan diri)
-Mengqasadkan diri dalam afal Alloh (perbuatan Alloh)
-Mengqasadkan diri dalam ilmu Alloh (pengetahuan Alloh)
Pengetahuan Alloh amat luas dan tidak terbatas.

Kalau Dia tidak berpengetahuan, munkinkah terjadi segala sesuatu ini? Tentu tidak akan terjadi.
Mustahil kalau Alloh itu tidak tahu. Adapun pengetahuan manusia makhluk tetap terbatas. Sedang Alloh Yang Maha Ada, justeru Dialah yang mencipta akal dan pengetahuan.

Dan kunci/pokoknya amalan ini ialah: Lahawlawala quwwata illa billahil aliyyil azhim

Tahap 1
Mematikan diri dengan cara mengumpulkan segala nafas kita di bahgian qolbu (maqomnya alam malakut) lalu ditarik ke atas di bahgian ubun-ubun kepala (maqomnya alam jabarut) sambil tarik nafas dan bila sudah sampai kebahgian umbun-umbun kepala lalu tahan nafas untuk seketika. Selepas itu turunkan/lepaskan nafas hingga kebagian 2 jari di atas PUSAT (maqomnya alam lahut) lalu tahan nafas untuk seketika. Kosongkan pikiran dan tumpukan pada point iaitu 2 jari di atas PUSAT. Rasakan pada waktu itu kewujudan kita telah tiada yang ada hanya Alloh. Selepas itu ambil nafas seperti biasa seketika dan lakukan lagi latihan 1.

Tahap 2
Mengqasadkan diri kita pada pergerakan Alloh yaitu segala gerakan yang berlaku pada diri kita bukan lagi gerakan kita tetapi adalah gerakan Alloh. Kembali pada pokoknya Lahawlawala quwata illabillahil aliyyil azhim. Bahawasanya apa saja gerakan yang berlaku pada diri kita bukan lagi gerakan kita tapi adalah qudrot dan irodat Alloh.

Misalnya: Kita lakukan latihan 1 dan bila sampai saja di point (PUSAT) kita bermohon pada Alloh agar memberi kita pergerakan . Dan selepas itu serahkan segala-galanya pada gerakan Alloh jangan dipikirkan apakah gerakan yang hendak kita lakukan. Pergerakan ini boleh digunakan dalam membantu mereka yang dalam kesusahan seperti scan tubuh pesakit. Kosongkan pikiran kita dan biarkan tubuh kita beregrak dengan sendirinya. Waktu itu bukan kita lagi yang mengawal tubuh kita tetapi adalah dari gerakan qudrat iradat Allah. Setiap apapun yang disaksikan oleh mata hendaklah ditanggapi oleh hati bahwa itu adalah af’al Alloh (perbuatan) dari pada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala

Tahap 3
Mengqasadkan diri kita di dalam ilmu Alloh yatu segala apa yang akan berlaku semuanya adalah di dalam ilmu dan ketentuan Allah. (LA HAWLA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL-ALIYYIL AZHIM) Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan(daya dan kekuatan) Alloh Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Hadis Rosululloh Solawlohu Alayhi Wasallam
LA TATAHARROKU DZARROTUN ILLA BI IDZNILLAHI.
Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Alloh.

Untuk mencapai tahap yang sempurna harus perbanyakanlah kita beribadah kepada Alloh kerana semakin kita dekat dan mesra dengan Alloh semakin tinggi dan menyerahlah apa yang kita tuntut ini.
Di dalam mengamalkan amalan ini janganlah ada sifat sombong, riya, takabbur, hasad dengki di dalam diri kita kerana sekiranya ada salah satu darisifat-sifat ini di dalam diri kita maka amalan ini tidak akan menjadi kerana ilmu ini juga berada di dalam qudrot irodat Alloh. Serahkan segala-galanya pada urusan Alloh kerana kita adalah manusia yang lemah yang tiada daya dan kekuatan.

Perhatian: Lakukan cara amalan ini harus diterangkan dengan sempurna sebelum dipraktikkan. Segala penerangan di atas khusus bagi yang pernah ikut serta latihan Motivasi & Meditasi. Jadilah manusia yang mulia di muka bumi ini dan mempunyai sifatkasih sayang terhadap segala makhluk.

Siapa yang mengenal dirinya, tentu dia mengenal Tuhannya dan siapa yang tidak mengenal Tuhannya, maka binasalah dirinya.”

Rabu, 30 Agustus 2017

KUNCI KESABARAN

Apakah Allah Memperhatikan kita saat ini? Pasti? Apakah Allah Maha Tahu persoalan yang sedang kita hadapi? Pasti. Apakah Allah tahu persis semua jalan keluar yang sedang kita hadapi? Tahu. Setiap persoalan pasti ada jalan. 

Kali ini kita akan coba bahas sekali lagi tentang kunci kesabaran.  Kunci kesabaran itu ada dua kata kuncinya walaupun dirangkai dalam satu ayat. Surat Al Baqarah ayat 155-156. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Siapakah orang-orang yang sabar? Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang besar, curahan rahmat Allah dan hidupnya dibimbing oleh Allah. Dua, Innalillahi Wainailaihi Rojiun. Sesungguhnya, kami adalah milik Allah dan kembali kepada Allah.

 

Jadi, kemampuan orang untuk tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali hanya milik Allah, itu pintu pertama sabar. Dan yang kedua, kemampuan kita lepas dari bersandar kepada siapapun selain bersandar hanya kepada Allah, itu kunci sabar. Sepanjang masih merasa ini milik saya. Sepanjang masih merasa ada selain Allah yang bisa menolong saya, sulit untuk mendapatkan karunia sabar. Dalam penghujung surat Al Baqarah. Lillahi maa fissamaawaati wa ma filard, milik Allah segala yang ada di langit segala yang ada di bumi. Semua yang ada pasti adalah ciptaan Allah. Kalau Allah yang mencipta, maka itu pasti milik Allah. Kalau itu milik Allah, siapa yang mengurus? Allah.

 

Diri kita ciptaan Allah, diri kita milik Allah, diri kita diurus oleh Allah setiap saat. Kita tidak bisa mengurus diri kita karena kita tidak tahu apa yang harus diurus. Sedikiiiit. Paling mandi, keramas, gunting kuku. Untuk ngorek kotorang kuping saja sudah susah. Belum lagi yang di dalem. Jantung, paru-paru, empedu, 100 triliun sel tubuh ini. Manusia ini dijumlahkan cuma 6 miliar lebih. Tubuh ini 100 triliun sel. Banyak triliun itu. Dan tiap sel hidup, berkomunikasi, punya generator sendiri, punya sistem keamanan, punya sistem informasi. Tiap sel! Kurang lebih ada 200 jenis sel katanya di dalam tubuh ini dan tidak tertukar. Sel mau jadi mata, tidak jadi di telunjuk. Sel kuku tidak jadi di mata. Semuanya! Bergerak, berkomunikasi, hidup, mati, pada mati, keluar, ganti lagi sel baru. Siapa yang ngurus? Allah

 

Ada Saatnya Rejeki Harus Berpindah
“Dan Kami mendengar apa yang dibisiki hatinya”. Pasti. Karena hati kita juga ciptaan Allah. Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. Apa yang jauh? Semuanya juga diciptakan Allah, digenggam Allah, dikuasai Allah. Jadi diri kita ini milik siapa? Sesuka Allah kalo gitu, ya? Mau dibikin mancung? Pesek? Gapapa. Yang penting berlubang. Mau pesek, mau mancung, mau putih, item, kuning, coklat, suka-suka yang punya. Suka-suka Allah. Mau dibikin kaya, sedeng, miskin, suka-suka Allah. Nggak mungkin semuanya kaya menurut kita walaupun mungkin menurut Allah karena kalau semua kaya, nggak jalan kehidupan ini.

Tidak akan oleh Allah semuanya diciptakan jadi Presiden. Pusing negara kita Presiden semuanya. Giliran, cuma satu dari sekian ratus juta. Allah yang Menakdirkan. Tidak akan semuanya jadi sarjana. Kalau semua jadi sarjana pusing juga, nggak akan cukup, iya? Makanya yang mulia itu Inna Akromakum `Indallahi Atkokum. Terserah Allah mau dibikin sehat atau sakit. Sudah berusaha habis-habisan menjaga kesehatan, eh, sedang naik pohon jambu jatuh, patah tulang. Kenapa? Yaaa… banyak rahasia Allah. Karena di rumah sakit juga ada hamba Allah yang harus dapet rejeki, kan? Dibawa ke dokter, ada rejeki buat Dokter. Beli resep, ada rejeki buat Apoteker. Diopname, ada rejeki untuk perawat. Karena semua yang ada di rumah sakit juga semua ciptaan Allah. Allah Ngasih makan kepada mereka. Allah Ngasih bekal buat sekolah anaknya, Allah ngasih bekal buat beli pakaian. Yaaa, syariatnya kita sakit sekali-kali. Ya? Benar?

Makanya kalau bayar rumah sakit juga yang ridho, sebab nggak ridho juga tetap harus bayar. Karena rejeki itu ada waktunya pindah. “Wah, gara-gara kamu sakit, Bu, motor jadi dijual.” Bukaaan. Motor itu sudah waktunya pindah pemegangnya. Sekarang giliran tukang ojek yang beli, pindah ke sana. “Tapi saya rugi dulu beli 12 juta, sekarang dijual 10 juta.” Enggak, sekarang jatahnya 10 juta. Tapi udah dibayarin, ternyata dibayarin rumah sakit semuanya, Rp. 9.900.000, sisanya Rp.100.000, ya enggak papa. Uang itu sudah giliran rumah sakit. “Nanti saya mana?” Nanti ada lagi. Ada waktunya lagi. 
Dulu aja lahir nggak pake motor, kan?! Lancar. Apa pada keluar dari rahim ibu pakai Honda bebek? Tidak… semuanya hanyalah milik Allah. Kita punya apa, sih? Rambut? Rambut bukan milik kita, jangan suruh manjangin. Stop! Lagi nggak punya duit, nih. Lagi nggak ada biaya buat dicukur. Stop! Tidak bisa… Tetep aja Allah yang memanjangkan rambut. Kenapa? Karena ada makhluk Allah tukang cukur di antaranya. Tukang cukur kan harus makan. Nyekolahin anak, bayar kontrakan. Iya, kan? Ridholah rambut dipanjangin. Mau rambut nggak pengen ubanan? Tidak bisa… sing ridho. Walaupun sudah minum sari areng. Tetap saja sudah waktunya diberi yang putih. Ridho. Enak ridho itu. Ya? Suka-suka Allah. Rizki milik Allah. Bukan hanya punya kita, tapi orang lain juga milik Allah.

“Si itu tuh Cina.” Emang orang Cina bikin dirinya sendiri? Enggak… mau Cina, mau Hitam, mau Negro, mau Afrika, mau Bule. Sama! Semuanya ciptaan…Allah. “Wah, orang bule ngaco.”  Loh, kan dia tidak pesen bule. Maka saya sejujurnya ya, waktu ada sweeping kepada orang Bule, apa salah dia jadi bule? Dia tidak pesen dirinya jadi bule, sebagaimana kita tidak pesen jadi sawo tua gini, ya? 
“Ah, si itu mah anak orang Cina.” Kenapa Cina? Dia tidak pesen. Coba, kalau kita ditakdirkan jadi Marmut, kan repot nih, lagi terancam dibikin sate Marmut. Atau sodara misalnya ditakdirkan jadi Kambing. Ini rada nggak enak kalau mau Idul Adha. “Kenapa bos saya ngasih makan banyak, ya?” itu ciri-ciri Idul Adha, tuh. Tapi kan nggak pesen. Makanya, nggak usah ngomong apapun, tentang suku, nggak pesen. Juga jangan menghina bentuk badan apapun. Itu ciptaan Allah. Itu milik Allah. “Uh, si gendut.” Sttt.. itu Allah yang ngegedein. “Ini suami istri jadi angka 10.” Dosa, tuh. 

Terima Perbedaan, Orang Cacat bukan Orang Gagal
Apalagi kalau nanti berangkat ke tanah suci, itu kan macem-macem tuh di Tanah Suci. Kalo di sini mah rasa semacem, ya. Wajah-wajah banyak persoalan. Di Tanah Suci kan dari Afrika, dari Eropa, dari Asia. Kumplit. Allah saja. Saya liat kalo dari Tiongkok, tuh. Kan pada sipit kalau jalan. Sepertinya tuh lugu, padahal pinter-pinter. Aneh buat kita. “Kok aneh ya orang Cina bisa baca Al Qur’an?” Kan kebayang oleh kita Jet Li, yah? Atau Jackie Chan. Justru dia yang aneh, “Loh, kok ini orang Indonesia pada ngaji?” Allah yang Ciptakan. Datang orang Afrika. Ya Allah, nikmat! Melihat ciptaan Allah. Gede-gede sekali. Waktu itu pernah sholat, di samping 2 meter 10 centi. Saya Cuma segini, ya Allah, ciptaanMu. Mungkin dia juga mikir, “Ya Allah, kok ada ciptaanmu yang ganjil gini?” 
Lihat kemarin di video, tentang orang yang nggak punya tangan, tidak punya kaki, hanya di bawah pinggul hanya sedikit jari, hanya itu. Lalu beliau, saya lihat dari video yang dikirimkan dari BlackBerry, beliau sedang berdiri di meja, menjelaskan kepada pelajar. Lalu beliau merebahkan dirinya , berguling. Beliau berkata, “Kalau saya menyerah, saya akan seperti ini selamanya. Sekali gagal, dua kali gagal, sepuluh kali gagal, 100 kali gagal. Saya tidak boleh berhenti untuk mencoba saya bisa berdiri.” Akhirnya dia menemukan ada buku, lalu kepalanya ditekan ke buku, lalu akhirnya dia bisa bangkit dan berdiri. Allah menciptakan tidak ada kaki, tidak ada tangan, pasti bukan sia-sia. Di antaranya mengajari kita yang punya kaki dan tangan untuk tidak pernah menyerah.

Saudara jangan menganggap orang cacat itu orang yang gagal. Tidaaak. Mereka adalah makhluk-makhluk spesial yang diciptakan Allah. Tidak ada kegagalan, tidak ada kecacatan. “Tapi kasihan dong begitu.” Tapi pahalanya juga luar biasa. Sekali dihina orang, dia sabar, berguguran dosa-dosanya. Orang tua yang anaknya dititipi seperti itu juga orang tua pilihan. Kalau beliau ridho dan sabar, derajatnya naik dengan anak yang diberikan ujian kekhususan. Nggak ada yang  gagal, semuanya ciptaan? Allah. Semuanya milik? Allah. Cukup.

Bagaimana dong kalau sedang lihat tentara Israel, tentara yang membantai umat Islam? Mereka ciptaan siapa? Allah juga. Mereka juga nggak ngerti tubuhnya terbuat dari apa. Apakah kalau para tentara yang zhalim itu mengadakan rapat, Allah tahu, tidak? Tahu dari mana? Pertama, tidak ada yang tersembunyi dari Allah. Tak ada satu centimeterpun yang luput dari pengawasan Allah dan tidak satusatu makhluk pun yang lepas dari kekuasaan Allah. Mereka cuma jadi jalan, ladang amal bagi orang-orang yang beriman.

“Wah, kasihan itu di Palestina, di jalur Gaza, mereka diboikot, diblokade, dibenteng, orang yang beriman tidak takut. Pasti Allah mencukupkan, buktinya sampai saat ini masih ada aja yang hidup, iya? Bahkan tiap tahun ribuan penghapal Quran, mungkin karena makanannya sedikit, shaumnya jadi shaum Daud juga, iya? “Kita kan banyak makan nggak shaum” Susah sana, susah sini!, TV nggak ada yang bagus !, mana jadi ngapalin Quran, malemnya Qiamulail!. “ Boleh jadi di Jalur Gaza itu lebih bahagia hatinya dibanding kita yang banyak maksiatnya ini. Jadi sebenarnya kita yang lebih harus dikasihani. Nonton TV jadi dosa, di jalan jadi dosa. Ini wajah-wajahnya sejujurnya ya, ini wajah-wajah harus tobat, nih. (jamaah tertawa)

Semua Ciptaan Allah, Jangan Silau oleh Duniawi
Itu makhluk, harta, milik Allah. Adakah orang kaya di dunia ini yang sebenarnya? Hakekatnya tidak ada orang kaya. Makanya kalau saudara ketemu dengan orang kaya, mobil bagus, rumah bagus, biasa aja. Ooh, ini titipan Allah. Mudah-mudahan jadi Ahli Syukur. Naaah! Jangan sering dateng ke orang kaya, “Ini kok nggak dipake, nih?” pengen, tuh. “Itu handphone banyak betul.” Pengen. Jangan.. Jangan.. berharap dikasih. Nggak apa-apa handphone jelek, yang penting bunyi. Ya? Dan ada pulsanya. Itu yang penting.

Sekarang handphone bagus, tapi kita kadang minta-minta, ngarep dikasih. “Harga diri turun.! Handphone bagus, harga dirinya yang nggak bagus. Buat apa? Dulu aja tidak jaman handphone, tetep pada hidup manusia. Ya? Betul kan? Jadi kalo ada saudara kaya, temen kaya, jangan jadi tambatan hati. Jangan pengen ke sana terus. Tiap ada lapar, silaturahmi. Bukan mau silaturahmi, perbaikan gizi. “Jangan!. Allah lah satu-satunya yang akan mencukupi kita. Walaupun uang kita sedikit, tidak apa-apa. Kalau kita yakin kepada Allah pada waktu perlu, akan ada. Dari mana saja, dari mana saja. Allah ngasih rejeki, tidak harus tahu datangnya dari mana. Benar, kan? Nah, itu harta.

Sekarang, Lillahi maa fissamaawaati wa maa filard. Binatang. Binatang juga milik Allah. Makanya kalau lihat burung, “Ya Allah, milikMu.” Menukik. Manusia mah susah. Ada terjun payung segitu gayanya cuma turun aja. Itu juga susah, kecuali yang kurus. Nggak bisa seperti burung. Maha suci Allah. Lihat kuda, bagus ototnya. Ya Allah… ini tiap selnya Engkau yang Mengurus. Lihat Sapi, kan bagus sekali sapi itu, makan rumput keluar susu sapi. Kenapa pabrik susu kita tidak bisa begitu? Harusnya kan pabrik susu mengumpulkan rumput. Jadi susu. Kan begitu? Nggak bisa tuh. Itu susu sapi, makanannya hijau, darahnya merah, kotorannya juga macem-macem, eh, susunya putih. Pas dipotong si sapi, yang keluar darah merah. Allah yang mengatur. Padahal kalau kita yang punya pabrik bagus ya? Rumput yang dimakan sapi dimasukkan ke pabrik, keluarnya susu sapi? Nggak bisa tuh… Allah yang mendesain.

Makanya kalau dengar suara “Kok ko, ko, koook…” Suara apa itu? (jamaah: “Ayam”) Itu suara saya… He he he. Ayam ini bertasbih, membangunkan hambaNya. Lihat kucing “meoong”, anaknya digendong dengan menggigitnya. Dia sayaaang sama anaknya. Siapa yang ngajarin? Nggak pelit tuh kucing, dijaga. Subhanallah… Inget Allah. Dateng merak, eh ngebalikin kita, kombinasi warnanya sempurna. Ya Allah… milikMu, milikMu. Sempurna! Datang badak, lihat, siapa yang berani panco sama badak? Segini gedenya. Eeeh… makanannya rumput, kecil-kecil. Gimana, kita kok makan rumput nggak gede, ya? Malah disentri. Kambing jarang yang asam urat. Ya? Takjub! Kalau orang suka yakin semua ciptaan Allah, semua milik Allah, hidup ini jauuuh lebih enak. Nggak ada kita menjilat sama manusia. Nggak ada kita merunduk-runduk karena kita tahu mereka juga bikinan Allah, ciptaan Allah.

Ini kan deket Istana Negara ya? Biasanya kalau kita kurang hati-hati, “Saudara, diundang ke Istana Negara”. Grrr… Padahal, biasa aja. Ya? Seneng lihat… Oh gini Istana Negra awet ya? Yang bikinnya udah pada mati. Presiden rebutan ke sini pada meninggal. Oooh… ini rebutan barang diem. Ini sebulan sebelum undangan ganti baju. Biasa aja lah. Iya? Jangan takjub oleh duniawi. Harta, Tahta, Gelar, Jabatan. Biasa. “ Punya,” ya nggak apa-apa. “Nggak punya”, jangan minder. 
Lalu liat orang lain, nggak perlu iri! Karena tiap orang udah ada jatahnya masing-masing. Ini udah ada jatahnya (menunjuk jamaah). Iya kan? Walaupun ibu anak sama, anak lima, beda-beda. Rejeki beda, wajah beda. Kalo adiknya punya jodoh, Kakak nggak usah minder. “Waah, ini kamu ngelangkahin, nih! Bikin saya tidak punya jodoh.” Ini kurang iman! Nggak boleh. Adik udah siap nikah, nikah! Lebih cepat lebih baik. Lanjutkan, ke kakaknya. Nggak papa. Nggak boleh ibu-ibu kalau si bungsu udah ada jodohnya, ditahan. “Jangan dulu nikah.” Nggak boleh! Itu menghina Allah. Allah yang menentukan jodohnya. Ayo duluan. Dan kakak nggak boleh meres adiknya. “Boleh kamu nikah dulu, tapi mana? Biasa uang pelangkah?”. Harusnya, “Dik, nikah!” “Kakak gimana dong! Kak belom ada jodohnya?” “Allah Maha Tahu segalanya ada waktunya. Tenang aja” “Gimana kalo Kakak keburu meninggal?” “Nggak apa-apa nanti di sorga Insya Allah ketemu” “Tapi kalo kakak nggak di sorga gimana?” “Kamu jangan kurang ajar…” (bergurau, tertawa). 

Kekuatan Doa
Dah, Allah yang punya. Setuju? Enak, kan? Lebih enak, tidak? Enaaak… Tapi, ini amalan hati. Jangan sampe salah. Masuk ke supermarket, “Semua milik Allah. Ya Allah saya minta hanya kepadaMu.” Ambil aja… Maka nanti Allah menggerakkan satpam. Iya? Kalau amalan lahir, ada syariat. Tapi hati, harus yakin. Binatang, semua milik Allah. 
Termasuk virus, bakteri, nyamuk Aides Aegypti. Sekarang demam berdarah sedang musim lagi, ya? Kalo takut, boleh 3M: menutup, menimbun, menguras. Tapi lebih penting dari itu adalah doa. Doa dengan musibah bertarung. Mana yang lebih kuat, itu yang menang. Takdirnya misalkan digigit nyamuk. Sebagai ibu, ibu menguras, ibu menutup, anak pakai lotion. Doa yang lebih kuat. Karena kalau Allah mau tangan pas digosok, ada yang kelewat sedikit, di sana nyamuk nanti menggigit. “Audzubillahiminasyaitonirrajim. Audzubika limatillahi tammati min syari maa kholaq. Ya Allah, hamba berlindung kepadaMu dengan kalimahMu yang sempurna dari kejahatan makhlukMu.” Baca Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas. Tiupkan, diusapkan. Allah Melihat! Bener nih makhluk, dia berlindung kepada penguasa semua nyamuk. Yang mengatur semua takdir. Itu yang lebih paten daripada semua merk-merk lotion nyamuk.

Saat dikejar anjing, “Wah kenapa nih saya dikejar anjing?” yaaa… variasi, lah, nggak setiap hari. Allah menciptakan anjing memang menakutkan. Doberman, Herder, taringnya gede-gede, menakutkan. Itu mutlak bikinan Allah. Anjing nggak ngerti, bagaimana membuat anaknya bertaring. Tidak ngerti! Itu mutlak, ciptaan…? Allah. Suaranya juga diatur oleh Allah supaya serem. Kan kurang bagus kalo anjing gede suaranya “Aww, aww”. Seperti singa, “Auuuum”, suaranya menggetarkan. Itu juga Allah yang buat. Kurang bijaksana juga ya kalau singa suaranya, “Meooong” atau ompong. Dibuat gagah. Buat apa? Supaya kita berlindung kepada penguasa, ciptaan.

“Kenapa saya sudah berdoa, sudah lari, berzikir, masih digigit anjing?” tenanglah, ada rahasia Allah dibalik gigitan anjing. Mungkin diopname, mungkin diopname itu akan dapet ilmu. Mungkin akan ketemu jodohnya. Dokter, baru lulus, melihat, “Ini pemuda ini, sabar sekali. Saya baru lihat saudara. Saudara bisa ngaji?” “Alhamdulillah.” “Kalo gitu nanti kalo saya nikah, bacakan Al Qur’an untuk saya, ya?” (Jamaah tertawa) Sodara mikirnya apa? Mikir jodohnya dokter ya? Sesuka saya aja yang bercerita. 
Udahlah, pokoknya kalau sudah berlindung pada Allah nggak akan rugi. Jalanin aja. Semua milik Allah. Termasuk kalau mau naik angkot, mau naik taksi, ayo, bilang dulu kepada pemilik semua kejadian. “Ya Allah, Engkau Maha Tahu setiap makhlukMu. Engkau tahu para supir yang baik, supir yang kurang baik. Saya berlindung kepadaMu. Jadi kalau mau nyetop tuh, main hati, hati tuh bunyi. Ya Allah, ya Allah. belum waktunya, belum waktunya.

Begitu juga waktu naik taksi, “Audzubika limatillahi tammati min syarri maa kholaq”. Allah, Allah, Allah. Naik pesawat (Aa mengerakkan tangan bergelombang), “Ya Allah, Ya Allah, mau jatoh gitu, ya Allah? Jangan, saya belum nikah ya Allah, tolong ya Allah.” Apa urusannya? Terserah Allah mau nikah, mau belum. Iya? Kalau udah waktunya meninggal. “Tapi bagaimana A’ kalau saya meninggal di laut nanti saya dimakan hiu.” Kalau sudah rejeki Hiu. Makanya sebelum naik pesawat, sedekah yang banyak, doa yang bagus, “Wahai yang menggenggam setiap takdir. Saya ini milikmu. Rasulullah menganjurkan sedekah, saya sedekah. Rasul menganjurkan doa, saya doa. Karena saya yakin Engkaulah satu-satunya pelindung.” Pasti didengar oleh Allah. Pasti didengar. Insya Allah takdir bisa dirubah ke takdir lain. Syariatnya dengan doa. Syariatnya dengan sedekah. 

Seneng lah kalau sama Allah terus-terusan, mah. Anak rewel, nggak usah dicubit. Siapa yang menciptakan anak? Kita bisa bikin anak? Anak ciptaan siapa? Yang mengurus anak tiap saat siapa? Kita bisa ngurus anak? Enggak. Mandiin juga jarang bersih. Nyebokin pake cubit. Iya? Mandiin pake digetok pake gayung. Kurang ikhlas. Anak milik? Siapa yang cukupin rizki anak? Siapa yang lebih sayang kepada anak kita? Kita atau penciptanya? anak Itu amanah.

Jadi kalau anak nangis, anak sakit, kuat kita wiridnya. “Ya Allah, hanya Engkau penggenggam lahir dan batin anak ini, Engkau penguasa” mudah-mudahan jadi penggugur dosa. Hanya Engkau yang bisa menenangkan. Allahu la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum. Mendingan zikir, daripada nyubit. Ya? Tambah sakit. Mending zikir. Allah Melihat tidak ibu-ibu yang zikir? Dan kalau lagi mangku anak tuh jangan lagu yang macem-macem. “Nina bobo…” melek aja anak, tuh. “Kenapa kamu nggak tidur-tidur?” “Katanya saya Asep? Kenapa menjelang tidur jadi Nina?” (jamaah tertawa). Mendingan shalawat, Asmaul Husna. “Ya Rahman, Ya Rahim…” Enak, karena dibikin oleh Allah tuh, Diurus oleh Allah, kita nyebut nama Allah. Suka Allah. Ya? Betul, kan?

Kalau mau membangunkan anak, “Heh, bangun! Bangun. Bapak ingin kamu jadi anak sholeh.” Bukan begitu… lapor kepada pemiliknya. “Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah yang mampu menciptakan anak ini.” Lihaat, anak uh “Hmmm, ini milikmu. Engkau amanahkan kepada hamba. Ya Allah. Jadikanlah ini anak yang sholeh.” Belai rambutnya… “Nak, bangun yuk, sholat subuh.” “Males, Pak” “Yah, bapak belum tentu panjang umur. Mumpung ada waktu, kita doa sama-sama.” Gituuu, mending lapor ke Allah, mudah bagi Allah. Subhanallah… 

Syariat Harus Sempurna
Enak tidak, nih? Dunia zikir tuh dunia enak. Apapun? Ke Allah. Mau apa saja minta? Sama Allah dulu, jangan minta sama orang dulu. Mau minta? Yang punya segala-galanya siapa? Allah. Minta uang? Siapa yang punya rejeki? Pengen sehat? Siapa yang punya sehat? Pengen tenang? Siapa yang membagikan tenang? Pengen kerjaan? Siapa yang ngatur? Allah! Pengasa langit dan bumi. Nggak ada lagi. Yang tiap saat mengurus diri kita dnegan sempurna. semuanya milik Allah. 

Itu peringkat pertama sabar. Jadi kalau motor harus dijual, uang harus bayar. Udah nggak papa karena itu juga milik Allah. Seperti kalau kita belanja, harusnya sepuluh ribu, tapi jadi dua belas ribu. Nggak papa. Dia juga kan milik Allah , orang itu. Ya siapa tahu mau menyekolahkan anaknya, mau bayar untuk nyicil hutangnya, atau mau nabung untuk umroh, udah nggak apa-apa. Lepas hati ini. 
Kita mau beli motor 12 juta pas dijual tinggal 9 juta. Nggak apa-apa. “Wah, rugi tiga juta.” Enggaaak, kalau udah harganya segitu ya nggak papa. Lepas dunia ini, lepas dari hati. Kalo udah waktunya keluar, keluar. Jangan nyimpen dunia di sini (meunjuk ke hati). Ibu punya kerudung bagus sekali. Kata pembantu, “Kerudung ibu sekarang ada tandanya” ternyata ada tanda setrikanya, bolong. Pembantu minta maaf.  Ya maafkan… Tinggal pakai taplak meja saja. Nggak ada yang tahu ini kan ibu kerudungnya dari taplak meja atau enggak (jamaah tertawa).

Jalan ke sini juga ngongkos. Nggak papa, rejeki kereta api, bis kota. Pas mau sedekah, pengen ngambil seribu nggak tahunya yang ketarik 10 ribu. Nggak enak pengen masukin lagi. “Tapi gimana? Di dompet berarti tinggal seribu-seribunya.” Nggak papa. Jalan sambil wirid. Jarak jauh dekat kalau dipakai wirid juga jadi dekat dengan Allah. Jangan berat sama dunia. Ya? Cincin, gelang, jam. Kalau udah waktunya nggak ada, lepas aja. “Sekarang saya nggak punya sama sekali.” Nanti juga ada, kok. Kerja aja yang bagus, ibadah yang bagus, ikhtiar yang bagus. Jujur, lempeng. Ada kok. “Tapi saya gajinya kecil.” “Nggak papa. Nanti juga kalau udah watunya Allah mau ngasih, ada aja jalannya. Nggak haus lewat gaji semua, kok. Ada aja rejekinya.

Kita aja nggak tahu siang ini mau makan di mana. Kalau saya tahu, karena barusan sudah saya makan. Ya? Kita nggak tahu rejeki besok di mana. Yang ada juga belum tentu rejeki kita. Apalagi kalau sodara jadi mubaligh. Pernah nih Pak, pas mau ceramah lagi makan selai, “Hadirin sekalian, tibalah saatnya ceramah bapak Abdullah Gymnastiar.” Nggak enak mau dimakan sambil ngunyah. Selesai ceramah, salaman, pulang. Dimakan panitia, ternyata. Itu padahal tinggal berapa centi dari mulut. Kalau udah bukan rejeki, begitu. Waktu itu ceramah ada di sebuah tempat, ada anggur, salak, apel. Disuguhin tuh di mimbar. Tapi saya yakin, ini bukan rejeki saya, nih. Cobaan. Karena mustahil sambil ceramah, sambil makan. Iya kan? Selesai, diambil panitia lagi. Padahal itu di anggaran, untuk menjamu penceramah, ya? Tapi ridho habis oleh panitia. Ya? (Jamaah tertawa)

Begitulah dunia, ya? Jadi jangan masuk ke hati. Makanan, uang, harta. Aaah… Allah! Sepanjang semua di jalan Allah. Enteng-enteng aja. Setuju? Ingat loh, ya, ini amalan hati. Amalan akal ada lagi. Amalan tubuh ada lagi. Rasulullah yakin semuanya milik Allah. Rasulullah berdakwah siang dan malam. Rasulullah hijrah ratusan kilometer. Rasulullah musyawarah dengan sahabatnya, merancang keuangan. Rasulullah menggali parit untuk perang. Rasulullah menggunakan baju besi dua lapis. Menggunakan helm, mengatur strategi. Padahal yakin semuanya milik Allah. 
Artinya apa? Syariat harus sempurna. Siti Hajar, yakin akan jaminan Allah. Lari Shafa-Marwa, Shafa-Marwa, tujuh kali! Padahal yakin kepada Allah. Dan zam-zam, keluarnya tidak di Shafa, tidak di Marwah. Tapi di tempat lain. Sesuka Allah saja Ngasih jalan. Makanya, hati yakin. Cirinya orang yang yakin adalah menyempurnakan ikhtiar.

Apa yang Ditentukan Allah, Nggak Akan Salah
Kalo saudara dengan kajian ini hati yakin tapi jadi males, saudara berdusta. Orang yang yakin itu cirinya adalah istiqamah dalam ikhtiar. “Bangun, bangun!” “Apa, bu?” “Sholat Subuh” “Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

“Kamu kenapa nggak kerja?” “Lihat, Bu, gajah. Tidak sekolah juga gede-gede” (jamaah tertawa). Ini anak error ini. “Kamu kan besok ulangan.” “Allah Maha Tahu setiap soal yang akan keluar.” Ini ngomongnya bener tapi tempatnya salah.

“Kapan kamu menikah?” “Kalau Allah Memberi jodoh kepada saya, pasti ketemu.” Salah begini. Yakin tuh bukan buat diobrolkan. Yakin itu untuk bekal di hati, mendampingi kesempurnaan ikhtiar. Bukan setengah-setengah, bukan harus seimbang: setengah ikhtiar, setengah tawakal. Bukan. 100% ikhlas niatnya, 100% sungguh-sungguh ibadahnya. Semaksimal mungkin sempurna ihtiarnya dan sekuat tenaga sempurna tawakalnya. Insya Allah, ketemulah dengan takdir terbaik kita. Tidak meleset, tidak tertukar.

Apa yang ditentukan Allah untuk kita, nggak akan salah. Jadi jangan takut, ya? Kepada yang mencari jodoh, misalkan ada satu ikhwan direbutkan oleh lima akhwat. “Waah, jangan gitu dong, A’”. baiklah, lima orang akhwat memperebutkan satu ikhwan. (jamaah tertawa). Tenang saja, istikharah saja. “Ya Allah, kalau ini memang ketetapanMu yang terbaik jodoh untuk saya, Engkaulah yang akan Mengatur semuanya.” Daripada bersaing dengan kata-kata rayuan gombal, lebih baik bersaing mendekat ke Allah, Pencipta setiap jodoh, Penentu setiap takdir. Alhamdulillah.

Apa Yang Harus Dilakukan Jika Kita Didzolimi Orang Lain

Oleh Radin Fikar Rahandika Alkadri

Pernah kamu didzolimi oleh orang lain?….Pernahkah kamu disakiti hatimu karena perbuatan orang lain?…Pernahkah kalian akhirnya malah membenci dan kemudian muncul keinginan membalas perbuatan orang yang mendzolimi kalian? Jika kita merasa sangat terdzolimi, terkadang muncul kebencian memuncak di dalam diri kita yang mana itu bisa jadi bom waktu yang bisa menghancurkan hidup kita. Kita harus hati-hati dengan diri kita ketika benci itu muncul. Memaafkan adalah cara terbaik tapi apa itu mudah?…Melupakan perbuatan dzolim dan sakit hati kita, apa itu mudah?…..tentu itu ‘tidak mudah’ dan semua butuh proses karena memang sifat dasar manusia yang tentunya lebih cenderung merasa tidak terima dan ingin membalas. Harusnya kita bisa kuat, harusnya kita tidak menjadikan diri kita lemah dan terus diam atau malah membalas jika didzolimi. Sabar itu cara terbaik, namun sabar manusia selalu menemui titik jenuh. Titik jenuh sabar adalah titik dimana kesabaran itu sudah berubah fungsi. Sabar di sini bukan berarti pasrah pada keadaan dan membiarkan diri kita hancur oleh kedzoliman, namun sabar di sini adalah tetap berusaha untuk keluar dari kedzoliman itu untuk mendapatkan hidup yang lebih indah dan bahagia, dan tidak ada kedzoliman yang membahagiakan tentunya. Keluarlah dari kedzoliman yang kamu alami karena kamu berhak bahagia. Ketika kamu sudah keluar dari zona kedzoliman dan ternyata masih menyisakan kebencian, apa yang harus kita lakukan? Ketika kebencian menyeruak, kita harus terus mencari cara bagaimana kita bisa meng-handle hal itu. Jangan sampai membuat dirimu makin terpuruk dengan ingatan kebencian pada orang yang mendzolimi-mu dan kesalahan yang dilakukan orang tersebut terhadapmu.

Ada beberapa kiat yang bisa kita terapkan jika kita didzolimi oleh orang-orang di sekeliling kita. Perlakuan buruk orang lain terhadapmu jangan sampai menjadikanmu pribadi yang diliputi kesedihan, kebencian. Walaupun sedih itu susah hilang akibat bekas buruk yang mereka torehkan di hati kita, tapi cobalah maafkan mereka dengan setulus-tulusnya maaf.

1. Allah memperingatkan kita untuk selalu bersabar dan bersikap lemah lembut ketika menghadapi segala benturan dari orang-orang di sekeliling kita.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran (3) : 159 yang artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q.S. Ali-Imran: 159)

Tetapi, dalam sikap sabar dan lemah-lembut kita bukan berarti bahwa kita tidak diperbolehkan bersikap tegas. Sikap tegas itu mutlak diperlukan ketika benturan tersebut sudah menodai harga diri, kehormatan dan akidah kita. Anjuran sabar dan bersikap lemah lembut memang harus kita jalankan. Tetapi ketika seseorang tersebut terus men-dzolimi kita berulangkali, maka sikap tegas harus kita kedepankan.

 2. Hubungan antar manusia haruslah berlandaskan ikhlas, saling menghargai, jujur, suka berterus terang, tidak menggunjingkan satu dengan yang lain,  tidak menyakiti hati yang lain dan tidak menyembunyikan sesuatu yang membawa keburukan bagi orang lain. Ketika sikap ikhlas tersebut hilang dari salah satunya, dan malah mendatangkan keburukan bahkan kedzoliman terus merajalela, maka hubungan antar manusia tersebut tidak ada gunanya untuk dilanjutkan, karena sudah melanggar hakekat hubungan yang baik. Akan lebih baik, meninggalkan orang-orang yang senang berbuat dzolim karena tentunya masih banyak orang-orang yang baik di sekeliling kita. Meninggalkan di sini bukan berarti memutuskan silaturahim tetapi meninggalkan berarti melepaskan diri dari hubungan dekat namun tetap menjaga silaturahim. Dengan menjaga jarak hubungan diharapkan tidak akan timbul gesekan dan kedzoliman. Tak perlu memaksakan diri untuk dihargai karena orang yang baik akan dihargai orang yang baik juga. Maka bertemanlah dengan orang baik dan tinggalkan mereka yang suka mendzolimi sesamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)

Rasulullah bersabda:

«ألا أنبئكم بخياركم؟» قالوا: بلى يا رسول الله، قال: «خياركم الذين إذا رُؤوا ذُكِرَ اللهُ عز وجل

Maukah kalian aku tunjukkan manusia terbaik diantara kalian?, sahabat menjawab,” Tentu Ya Rasulullah, Rasul bersabda,”Sebaik-baik orang adalah yang jika kalian melihatnya mengingatkan kepada Allah.” ( HR. Ibnu Majah no. 4119 dari hadits Asma’ bin Yazid )

Umar bin Khattab berkata,” Hendaklah kalian bersama teman-teman yang baik, karena mereka  ibarat hiasan kegembiraan dan bekal dalam ujian.” (Raudhatul Uqala hal. 90 )

Keutamaan lain yang dimiliki oleh teman-teman yang baik adalah doa. Doa teman yang baik dari  jauh akan dikabulkan Allah, Rasulullah bersabda,” Doa seorang mukmin untuk saudara yang  tidak berada disisinya akan dikabulkan Allah, dibawa oleh Malaikat yang bertugas, setiap saudaranya berdoa kebaikan malaikat berkata,” Amiin “ ( semoga Allah mengabulkan )  Dan bagimu seperti doamu ( HR. Muslim  2733).

3. Selalu ada kebaikan bagi diri kita walaupun kita merasakan sakit akibat didzholimi. Apa kebaikan bagi kita? Allah akan menambahkan pahala dan menggugurkan dosa-dosa orang yang terdzolimi.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda: “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?”, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang” (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, mengumpat, memfitnah, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang mendzolimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terdzolimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang mendzolimi) itu habis, sedang hutang (kedzolimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terdzolimi) untuk di berikan kepadanya (yang mendzolimi), kemudian ia (yang mendzolimi) dilemparkan kedalam neraka (HR. Muslim)

4. Jangan pernah berpikir untuk membalas dendam. Jika kebencian itu menyeruak segera alihkan, pikirkan hal yang positif bahwa kamu sedang diuji sabar oleh Allah, kamu sedang diuji untuk ikhlas, dan kamu yakin bahwa skenario Allah selalu indah. Walaupun kita merasakan sakit namun akan selalu ada kebaikan-kebaikan yang Allah siapkan untuk kita. Hilangkan kebencian dan keinginan untuk membalas karena Allah yang akan membalasnya, Allah Maha Adil. Tidak ada satu hal pun yang lepas dari pantauanNya. Tidak ada satu kejahatan pun atau perbuatan buruk apapun yang tidak akan dibalas oleh-Nya. Jika kita difitnah oleh orang lain dan di dzholimi, maka adukan dan pasrahkan kepada Allah. Jangan kotori hati dan jiwa kita untuk balas dendam atau menyimpan kebencian, amarah dan sakit hati. Ikhlaskan semuanya kepada Allah.  

Firman Allah dalam QS. Al Zaljalah : 7-8. “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya juga”.

Dzolim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat dzolim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42“Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat dzolim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“. 

5. Jadikan ALLAH, satu satunya penolong dan pelindung. Allah menjanjikan dalam Surah Al-Thalaq ayat 2 dan 3, “Barang siapa yang bersungguh-sungguh mendekati Allah (bertaqwa), niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal hanya kepada Allah, niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya.”

6. Maafkanlah dengan tulus mereka yang mendzolimi-mu

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A’raf 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur’an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

… dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Yaitu orang2 yang menginfakkan hartanya ketika lapang dan sempit dan menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Memaafkan adalah amalan yang sangat mulia ketika seseorang mampu bersabar terhadap gangguan yang ditimpakan orang kepadanya serta memaafkan kesalahan orang padahal ia mampu untuk membalasnya. Memang sebuah kewajaran bila seseorang menuntut haknya dan membalas orang yang menyakitinya. Dan dibolehkan seseorang membalas kejelekan orang lain dengan yang semisalnya. Namun alangkah mulia dan baik akibatnya bila dia memaafkannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: 

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)

Memaafkan kesalahan orang acapkali dianggap sebagai sikap lemah dan bentuk kehinaan, padahal justru sebaliknya. Bila orang membalas kejahatan yang dilakukan seseorang kepadanya, maka sejatinya di mata manusia tidak ada keutamaannya. Tapi di kala dia memaafkan padahal mampu untuk membalasnya, maka dia mulia di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala dan manusia.

Kemuliaan yang kita bisa dapat dari memaafkan kesalahan orang yang mendzolimi kita.

Mendatangkan kecintaan

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Fushshilat ayat 34-35: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilat: 34-35)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan: “Bila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu maka kebaikan ini akan menggiring orang yang berlaku jahat tadi merapat denganmu, mencintaimu, dan condong kepadamu sehingga dia (akhirnya) menjadi temanmu yang dekat. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: ‘Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)

  Mendapat pembelaan dari Allah Ta’ala

Al-Imam Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya kerabat. Aku berusaha menyambungnya namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat kebaikan kepada mereka namun mereka berbuat jelek. Aku bersabar dari mereka namun mereka berbuat kebodohan terhadapku.” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Jika benar yang kamu ucapkan maka seolah-olah kamu menebarkan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa mendapat penolong dari Allah atas mereka selama kamu di atas hal itu.” (HR. Muslim)

  Memperoleh ampunan dan kecintaan dari Allah

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (At-Taghabun: 14)

Adalah Abu Bakr radhiyallahu’anhu dahulu biasa memberikan nafkah kepada orang-orang yang tidak mampu, di antaranya Misthah bin Utsatsah. Dia termasuk famili Abu Bakr dan muhajirin. Di saat tersebar berita dusta seputar ‘Aisyah binti Abi Bakr istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, Misthah termasuk salah seorang yang menyebarkannya. Kemudian Allah menurunkan ayat menjelaskan kesucian ‘Aisyah dari tuduhan kekejian. Misthah pun dihukum dera dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberi taubat kepadanya. Setelah peristiwa itu, Abu Bakr radhiyallahu’anhu bersumpah untuk memutuskan nafkah dan pemberian kepadanya. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (An-Nur: 22)

Abu Bakr mengatakan: “Betul, demi Allah. Aku ingin agar Allah mengampuniku.” Lantas Abu Bakr radhiyallahu’anhu kembali memberikan nafkah kepada Misthah. (lihat Shahih Al-Bukhari no. 4750 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/286-287)

Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sayangilah –makhluk– maka kamu akan disayangi Allah, dan berilah ampunan niscaya Allah mengampunimu.”(Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 293)

Al-Munawi rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang di antaranya adalah (sifat) rahmah dan pemaaf. Allah juga mencintai makhluk-Nya yang memiliki sifat tersebut.” (Faidhul Qadir 1/607)

Adapun Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai orang yang memaafkan, karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Sedangkan Allah Subhanahu wa ta’ala cinta kepada orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya:

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali ‘Imran: 134)

  Mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia

Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

“Shadaqah –hakikatnya– tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah melainkan diangkat oleh Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)

Seseorang yang disakiti oleh orang lain dan bersabar atasnya serta memaafkannya padahal dia mampu membalasnya maka sikap seperti ini sangat terpuji. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan –pembalasan– maka Allah akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan para makhluk sehingga memberikan pilihan kepadanya, bidadari mana yang ia inginkan.” (Hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3394)

Demikian pula pemaafan terpuji bila kesalahan itu berkaitan dengan hak pribadi dan tidak berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa ta’ala. ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata: “Tidaklah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam membalas atau menghukum karena dirinya (disakiti) sedikit pun, kecuali bila kehormatan Allah dilukai. Maka beliau menghukum dengan sebab itu karena Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, tidaklah beliau disakiti pribadinya oleh orang-orang Badui yang kaku perangainya, atau orang-orang yang lemah imannya, atau bahkan dari musuhnya, kecuali beliau memaafkan. Ada orang yang menarik baju Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dengan keras hingga membekas pada pundaknya. Ada yang menuduh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak adil dalam pembagian harta rampasan perang. Ada pula yang hendak membunuh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam namun gagal karena pedang terjatuh dari tangannya. Mereka dan yang berbuat serupa dimaafkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Ini semua selama bentuk menyakitinya bukan melukai kehormatan Allah Subhanahu wa ta’ala dan permusuhan terhadap syariat-Nya. Namun bila menyentuh hak Allah dan agamanya, beliau pun marah dan menghukum karena Allah serta menjalankan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, beliau melaksanakan cambuk terhadap orang yang menuduh istri beliau yang suci berbuat zina. Ketika menaklukkan kota Makkah, beliau memvonis mati terhadap sekelompok orang musyrik yang dahulu sangat menyakiti Nabi karena mereka banyak melukai kehormatan Allah Subhanahu wa ta’ala. (disarikan dari Al-Adab An-Nabawi hal. 193 karya Muhammad Al-Khauli)

Kemudian, pemaafan dikatakan terpuji bila muncul darinya akibat yang baik, karena ada pemaafan yang tidak menghasilkan perbaikan. Misalnya, ada seorang yang terkenal jahat dan suka membuat kerusakan di mana dia berbuat jahat kepada anda. Bila anda maafkan, dia akan terus berada di atas kejahatannya. Dalam keadaan seperti ini, yang utama tidak memaafkan dan menghukumnya sesuai kejahatannya sehingga dengan ini muncul kebaikan, yaitu efek jera. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menegaskan: “Melakukan perbaikan adalah wajib, sedangkan memaafkan adalah sunnah. Bila pemaafan mengakibatkan hilangnya perbaikan berarti mendahulukan yang sunnah atas yang wajib. Tentunya syariat ini tidak datang membawa hal yang seperti ini.” (lihat Makarimul Akhlaq karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hal. 20)

Belajar bagaimana memaafkan dari Manusia-manusia pilihan
Orang yang mulia selalu menghiasi dirinya dengan kemuliaan dan selalu berusaha agar dalam hatinya tidak bersemayam sifat-sifat kejelekan. Para Nabi Allah merupakan teladan dalam hal memaafkan kesalahan orang. Misalnya adalah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Beliau telah disakiti oleh saudara-saudaranya sendiri dengan dilemparkan ke dalam sumur, lantas dijual kepada kafilah dagang sehingga berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan menanggung penderitaan yang tiada taranya. Namun Allah Subhanahu wa ta’ala berkehendak memuliakan hamba-Nya melalui ujian ini. Allah pun mengangkat kedudukan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam sehingga menjadi bendahara negara di Mesir kala itu. Semua orang membutuhkannya, tidak terkecuali saudara-saudaranya yang dahulu pernah menyakitinya. Tatkala mereka datang ke Mesir untuk membeli kebutuhan pokok mereka, betapa terkejutnya saudara-saudara Nabi Yusuf ketika tahu bahwa Nabi Yusuf ‘Alaihissalam telah diangkat kedudukannya sebegitu mulianya. Mereka pun meminta maaf atas kesalahan mereka selama ini. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam memaafkannya dan tidak membalas. Beliau mengatakan:

“Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan Dia adalah Maha penyayang di antara para Penyayang.” (Yusuf: 92)

Demikian pula Nabi Musa dan Nabi Khidhir, ketika keduanya melakukan perjalanan dan telah sampai pada penduduk suatu negeri. Keduanya meminta untuk dijamu oleh penduduk negeri itu karena mereka adalah tamu yang punya hak untuk dijamu. Namun penduduk negeri itu tidak mau menjamu. Ketika keduanya berjalan di negeri itu, didapatkannya dinding rumah yang hampir roboh, maka Nabi Khidhir ‘Alaihissalam menegakkan dinding tersebut.

Adapun Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau adalah manusia yang terdepan dalam segala kebaikan. Pada suatu ketika ada seorang wanita Yahudi memberi hadiah kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam berupa daging kambing. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak tahu ternyata daging itu telah diberi racun. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam pun memakannya. Setelah itu Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam diberi tahu bahwa daging itu ada racunnya. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam berbekam dan dengan seizin Allah Subhanahu wa ta’ala beliau tidak meninggal. Wanita tadi dipanggil dan ditanya maksud tujuannya. Ternyata dia ingin membunuh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam memaafkan dan tidak menghukumnya. (Bisa dilihat di Shahih Al-Bukhari no. 2617 dan Zadul Ma’ad 3/298)

-Jika kita didzolimi orang lain, bersabarlah-tegaslah membentuk hubungan yang baik, jauhi orang yang berperangai buruk dan bersamalah orang yang baik agar bisa selalu tolong menolong dalam kebaikan-hilangkan amarah, kebencian dan dendam-janganlah membalas dengan keburukan dan maafkanlah mereka dengan setulus-tulusnya maaf dan hanya kepada Allah-lah sebaik-baik penolong dan pelindung bagi kita.

Senin, 28 Agustus 2017

REVOLUSI MENTAL DALAM PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER

REVOLUSI MENTAL DALAM PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER

Revolusi (dari bahasa latin revolutio, yang berarti “berputar arah”) adalah perubahanfundamental (mendasar) dalam struktur kekuatan atau organisasi yang terjadi dalam periode waktu yang relatif singkat. Kata kuncinya adalah Perubahan dalam Waktu Singkat.

            Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat baik pemerintah atau rakyat dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategi yang diperlukan oleh Bangsa dan Negara sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi.

Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehingga menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Mendengar kata revolusi mental bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia, karena sebelumnya presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno telah mencetuskan ini. Namun, belakangan ini kata revolusi mental tengah hangat menjadi topik pembicaraan. Karena kata revolusi mental ini menjadi jargon atau program pemerintahan presiden Jokowi yang tertuang dalam Nawa Cita poin ke delapan (8). Nawa Cita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita(harapan, agenda, keinginan).

Moralitas menjadi melonggar. Sesuatu yang dulu dianggap tabu, sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan menikmati narkoba menjadi tren dunia modern yang sulit ditanggulangi. Globalisasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, positif maupun negatif. Banyak manusia terlena dengan menuruti semua keinginannya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan kondusif.

Akhirnya, karakter bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang kebarat baratan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik mereka. Inilah yang menyebabakan dekadensi moral serta hilangnya kreativitas dan produktivitas bangsa. Sebab, ketika karakter suatu bangsa rapuh maka semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetensi yang kekat akan mengendur, dan mudah dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonisme, dan lain-lain.

Pembangunan manusia melingkupi 3 dimensi, yaitu sehat, cerdas, berkepribadian. Sehat berarti dimulai dengan fisik kita yang senantiasa fit dan bugar.  Cerdas berarti mengarah pada otak kita yang selalu berpikir dan diasah sehingga memiliki kemampuan analisis yang tajam dan berkualitas.  Sedangkan berkepribadian adalah kaitannya dengan kehendak yang berbudi pekerti luhur.  Perlunya revolusi mental adalah karena penyakit seperti emosi/mental/jiwa akan berdampak pada individu berupa malasnya seseorang dan tidak mempunyai karakter.  Kemudian dampaknya akan menular kepada masyarakat yang ditandai dengan gangguan ketertiban, keamanan, kenyamanan, kecemburuan sosial, dan ketimpangan sosial.  Lebih jauh lagi, akan berdampak negatif pada bangsa dan negara.  Bangsa kita akan lemah dan menjadi tidak bermartabat.  Kemudian produktivitas dan daya saing kita menjadi rendah

Adapun rumusan Agenda Prioritas Pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintahan Jokowi dan Yusuf Kalla diberi nama Nawa Cita (9 agenda prioritas) :

Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap dan memberikan rasa aman pada suluruh warga Negara.Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola Pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuanMenolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.Meningkatka kualitas hidup manusia.Mewujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera, kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.Memperteguh ke-bhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan ke-bhinekaan.

 

Tiga Nilai Revolusi Mental

Integritas (jujur, dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab)Kerja Keras (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan)

 

Strategi Internalisasi 3 Nilai Revolusi Mental

Jalur birokrasi

Internalisasi 3 nilai revolusi mental pada Kementrian/Lembaga melalui:

Pembentukan tugas gugus dan picTersusunnya program, kegiatan nyata berbasis nilai-nilai revolusi mental.Menjadi contoh tauladan (role model)

 

Jalur swastaMemperkuat kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.Inseftif pengurangan pajak bagi pengusaha Indonesia yang mengembangkan produk lokal inovatif.Instruksi presiden kepada pengusaha media untuk berkolaborasi mempromosikan revolusi mental.Mengembangkan lembaga keuangan mikro di desa.Mendukung inisiatif usaha menengah membuka pasar/sentral yang menjual produk lokal yang inovatif, kreatif dan harga terjangkau.

 

Jalur kelompok masyarakatPembudayaan 3 nilai revolusi mental dalam kelompok masyarakatMembangun role modelAspirasi terhadap kelompok masyarakatKeteladanan oleh tokoh

 

Jalur pendidikanMemperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan untuk membangun integrasi, membentuk etos kerja keras dan semangat gotong royong.Menerapka ekstra kurikuler revolusi mental di sekolah.Meningkatkan sarana pendidikan yang merata.Meningkatkan kompotensi guru dalam mendukung revolusi mental

 

Dunia pendidikan sangat bertanggung jawab dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki akademis bagus dan moral yang baik. Walaupun pada kenyataannya potret pendidikan di Negara kita dari segi akademis sangat bagus tetapi dari segi karakter ternyata masih bermasalah. Siapa yang tidak mengelus dada ketika melihat seorang pelajar yang tidak punya sopan santun, pendendam, mencontek, hobi narkoba, tawuran, membolos sekolah, aborsi, berjudi bahkan bagus nilainya untuk “mata pelajaran” pornografi. Contoh-contoh tersebut merupakan jenis kenakalan pelajar yang umum. Namun, tidak menutup mata pelajar yang patut dibanggakan juga ada, seperti mereka yang menjuarai olimpiade sains, baik ditingkat nasional maupun internasional. Bahkan, ada pelajar Indonesia yang berhasil menjadi juara umum dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) atau Konferensi Internasional Ilmuan  Muda se-Dunia yang diikuti ratusaan pelajar SMA dari 19 negara di Bali pada 12-17 April 2010

Kegagalan pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia yang berkarakter diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta dalam tulisannya yang berjudul “Pendidikan yang Memekarkan Rasa”. Dalam tulisannya, Ketut Sumarta mengungkapkan bahwa pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin. Dari sini lahirlah manusia-manusia yang berotak pintar, manusia yang berprestasi secara kuantitatif akademik, tetapi tidak berkecerdasan budi.

Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, ranah afektif berkaitan dengan (sikap) attitude, moralitas, spirit, dan karakter, sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan bersifat prosedural dan cenderung mekanis.

Dalam realitas pembelajaran di sekolah, usaha untuk menyeimbangkan ketiga ranah tersebut memang selalu diupayakan, tetapi pada kenyataannya yang dominan adalah ranah kognitif, kemudian psikmotorik. Akibatnya adalah peserta didik kaya akan kemampuan bersifat hard skill, tetapi miskin soft skill karena ranah afektif terabaikan. Gejala ini tampak padaoutput pendidikan yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, pintar, juara kelas, tetapi miskin kemampuan membangun relasi, kurang mampu berinteraksi dan bekerjasama, cenderung egois serta menjadi pribadi yang tertutup

Perubahan Dimulai Dari Pendidikan Itu Sendiri (Revolusi Pendidikan)

Pendidikan membutuhkan komitmen dan integritas para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk secara sungguh-sungguh menerapkan nilai-nilai kehidupan di setiap pembelajaran. Pendidikan seharusnya tidak sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga menanamkan kebiasaan menjadi sebuah hoby tentang hal mana yang baik. Dengan alasan begitu, anak didik menjadi paham dan mengerti tentang mana yang baik dan salah serta mampu merasakan nilai yang baik, perilaku yang baik, dan biasa melakukanya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

 

Revolusi Mental Dalam Dunia Pendidikan Harus Dijalankan secara Total

Dengan adanya Pendidikan formal melalui sekolah dapat menjadi lokus untuk memulai revolusi mental ini. pendidikan diarahkan pada pembentukan etos warga negara. Proses pedagogik membuat etos warga negara ini tumbuh atau dapat menjadi tindakan sehari-hari. Cara mendidik perlu diarahkan dari pengetahuan diskursif  ke pengetahuan praktis yang artinya, membentuk etos bukanlah pembicaraan teori-teori etika yang abstrak, tetapi bagaimana membuat teori-teori tersebut mempengaruhi tindakan sehari-hari. Pendidikan diarahkan menuju transformasi di tataran kebiasaan. Pendidikan mengajarkan keutamaan yang merupakan pengetahuan praktis. Revolusi mental membuat kejujuran dan keutamaan yang lain menjadi suatu disposisi batin ketika siswa berhadapan dengan situasi konkret.

 

Ijazah Inti dari Pendidikan Bukan Sekedar Gelar Semata Tanpa Ada Ilmu Yang didapatkan.

Masyarakat yang memandang ijazah sebagai tujuan pokok dari seluruh proses pendidikan maka kehilangan makna dari pendidikan itu sendiri. Menurut mereka Jika Bersekolah itu hanya usaha untuk mendapatkan ijazah saja. Agar mendapatkan ijazah dengan keterangan yang memuaskan, nilai-nilai ujian perlu digenjot. Ijazah menjadi golden ticket untuk meneruskan perjuangan hidup berikutnya. Ijazah digunakan untuk melamar pekerjaan dan mendapatkan jabatan sehingga kesejahteraan hidup pun terjamin.

Revolusi terhadap mental gila ijazah ini memang tidak mudah sebab perbaikan tidak hanya melibatkan sistem pendidikan melainkan juga sistem ekonomi dan politik. Sistem penilaian dalam pendidikan perlu dibuat agar tidak terlalu mementingkan kuantitas. Lapangan pekerjaan juga perlu diperluas agar orang tidak khawatir akan kesempatan yang ia dapatkan untuk mengembangkan diri di suatu lapangan pekerjaan tertentu.

 

Pelajaran Agama Harus Diperkuat dan Di Khususkan Disetiap Sekolah Walaupun Sekolah Umum

Walaupun Pada kurikulum 2013 banyak mengundang kritik dari para pemerhati pendidikan dalam negeri ini karena Kurikulum 2013 memiliki tujuan besar untuk mengubah moral peserta didik menjadi lebih baik melalui pendidikan agama yang dikhususkan dan diperbanyak Jam Belajarnya walaupun sekolah berstatus umum. Namun dengan kebijakan tersebut Kekeliruan mulai pecah dalam masyarakat kita ketika penerapan kurikulum 2013 dilakukan dengan memperbanyak ajaran agama.

Anggapan bahwa mereka mengatakan jika memperbanyak pelajaran agama dapat mengubah perilaku menjadi baik dan berakar dari asumsi pembedaan yang tajam antara budaya dalam bentuk pola pikir, perasaan dan tindakan yang lebih menjurus yang akan menimbulkan perbedaan satu dengan yang lainnya. Padahal dalam kenyataan hal tersebut tidak menjamin nilai-nilai yang dipelajari di sekolah menjadi cara berpikir dalam praktek hidup para pelajar. Dalam revolusi mental, perlu diupayakan perubahan asumsi dasar dalam memandang dan mengubah budaya tersebut.

 

KESIMPULAN

Pendidikan karakter ini merupakan aplikasi dari revolusi mental dalam dunia pendidikan, mengingat banyak sekali permasalahan pendidikan dan pendidikan sangat bertanggung jawab dalam melahirkan generasi yang berkarakter

 

SARAN

Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah tapi merupakan tanggung jawab bersamaGuru harus menjadi lokomotif perbaikan bangsa melalui revolusi mentalGuru harus mampu mengajarkan kompetensi sekaligus karakter. Karena kompetensi tanpa karakter akan rusak, dan karakter tanpa kompetensi akan pincang.

 

Sabtu, 26 Agustus 2017

CINTA DAN HUKUM FISIKA

Rasa ini konvergen hanya untukmu

Tak terkuanta, absolut dihatiku
Refleksimu yang sama asaku
Terjadi kesetimbangan nyata dihadapankuGravitasi cinta ini membuat jatuh
Saat pancar matamu tak terdispersi
Menghadirkan resonansi di jiwa
Abadi karena hukum kekekalan cinta
 
Mungkin menurut definisi berbagai orang bahkan ilmuan – ilmuan tercanggih dunia, cinta adalah satu-satunya hal yang mampu membuat seseorang melakukan tindakan yang irrasional. Dengan kata lain bahwa fitroh Tuhan yang sangat suci inipun irrasional .

Hal ini sesuai dengan Hukum Newton 3 bahwa F aksi akan sama dengan F reaksi.

Maksud dari hukum tersebut adalah bahwa sebab akan berbanding lurus dengan akibat .

Maka tindakan irrasional tersebut berbanding lurus atau boleh dikatakan sama dengan cinta itu sendiri .

Namun , menurut saya pernyataan tersebutlah yang tidak irrasional , pernyataan tersebut sering kali muncul kepermukaan hanya dilontarkan akibat adanya pengalaman empiris belaka tanpa melakukan penelitian lanjutan .

Sebenarnya cinta adalah hal yang paling rasional yang pernah ada , cinta adalah sesuatu yang mengikuti mekanisme algoritma .

Sampai saat ini belum ada yang menyangkal bahwa konsep algoritma adalah suatu konsep matematik yang tidak logis maka demikianpun cinta. Didalamnya ada suatu proses yang akan mengeluarkan hasil.

Sekarang yang menjadi pertanyaan besar adalah , apa prosesnya dan apa hasilnya ?

Proses yang dilalui sampai menimbulkan perasaan yang diciptakan Tuhan dengan begitu dasyatnya ini sangatlah panjang .

Mulai dari pengenalan yang mendalam , berbagai cobaan , tuntutan atas nama cinta , pengorbanan , dan masih banyak proses lainnya sementara hasil dari proses tersebut adalah perasaan cinta itu sendiri tentunya adalah cinta yang menimbulkan ketenangan jiwa bagi yang memiliki . Hal ini karena pada hakikatnya cinta mengikuti hukum kekekalan energi , cinta tidak dapat diciptakan maupun tidak dapat dimusnahkan .

Kenapa cinta tidak dapat diciptakan bukankah melalui komunikasi yang intens maka cinta dengan mudahnya tercipta?

Saya rasa pernyataan-pernyataan secamacam ini hanya akan muncul dari orang – orang yang kurang memaknai cinta sebagai salah satu anugerah yang Tuhan berikan kepada umat-Nya .

Sungguh cinta adalah nikmat Tuhan yang menggambarkannya tidak semudah memecahkan hukum Lorentz .

Banyak misteri yang belum dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan sama seperti halnya Teori relativitas yang diungkapkan Einstein beberapa abad yang lalu.

Sebagai umat yang tidak atheis maka yang perlu kita pahami adalah hanya Tuhan yang mampu menciptakan dan memusnahkan cinta itu sendiri .

Kita wajib yakin bahwa Tuhan telah mempertimbangkan dengan baik kapasitas cinta yang diturunkan kepada hamba-Nya agar tidak melampaui cinta hambaNya itu kepada Ia , Tuhan semesta alam .

Menurut studi kasus tetapi terdapat beberapa manusia yang perasaan cintanya itu membuat ia lalai bahkan ingkar . Naudzubillahmindzalik bahkan ada yang sampai rela kafir mengkhianati Tuhannya sendiri hanya karena perasaan yang pada hakikatnya Tuhan yang menciptakannya.

Bukankah itu salah satu tindakan yang sangat durhaka bahkan sangat tidak tahu berterima kasih .

Orang – orang seperti inilah orang-orang yang kurang mengenal Tuhan mereka , orang – orang yang tidak pandai menysukuri nikmat yang ada.

Kenapa kasus diatas bisa terjadi ? Hal tersebut dapat terjadi karena cinta telah membutakan mereka akibat daya dan tekanan yang terlalu besar sehingga cinta yang tercipta sudah tidak relevan dengan Hukum elastisitas.

Cinta yang tercipta sudah diluar batas elastisitas yang normal.

Sehingga pada akhirnya akan timbul berbagai macam problem . Misalnya saja hancurnya cinta itu sendiri akibat adanya beban yang di luar kapasitasnya.

Segala sesuatu di dunia ini Tuhan ciptakan bukan tanpa batasan-batasan yang sedemikian indah . begitu pula cinta . untuk mempertahankan rasa cinta diperlukan berbagai macam usaha antara lain berkaitan dengan beban .

Percayalah dalam sebuah perasaan yang indah tersebut tersimpan banyak beban misalnya saja berupa berbagai polemik yang menyertai . Hal ini sangat wajar karena cintapun memiliki kemampuan maksimum dalam menahan beban .

Berkaitan dengan kemampuan maksimum ini mengingatkan saya akan salah satu mata kuliah anak-anak teknik yaitu Material Teknik dimana disana disebutkan bahwa dalam materi tegangan atau yield biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban.

Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum. 

Itulah cinta hal yang sederhana tetapi ternyata rumitnya berbanding lurus dengan FISIKA .

Ketika kita tidak menguasainya maka hal yag perlu kita lakukan adalah berlatih, memahami, dan mengaplikasikan .

Saran yang ini berlaku untuk fisika juga ya…. 🙂

Harapan setiap orang adalah agar cintanya mengikuti hukum kekekalan energi sebagai mana mestinya .

Karena dengan begitu maka kita akan senantiasa mencintai apapun itu karena Tuhan kita karena kita mengetahui betapa dahsyatnya ia enciptakan cinta itu sendiri dan cinta itu menjadi nilai mutlak dalam suatu kehidupan .

Jumat, 25 Agustus 2017

Kekuatan itu di pagi hari

RADIN FIKAR RAHANDAKA ALKADRIE– Saudaraku, bayangkanlah bagaimana jika kita adalah seorang murid sekolah. Kita, adalah salah satunya murid di kelas yang paling sering datang terlambat. Kita datang selalu setelah bunyi bel masuk dan teman-teman sudah berada di tempat duduknya masing-masing siap menerima pelajaran.

Bapak atau ibu guru sudah didepan kelas, siap untuk mulai menerangkan pelajaran. Bagaimana pandangan teman-teman sekelas kepada kita? Bagaimana pandangan ibu atau bapak guru kepada kita? Apa yang berkecamuk dalam hati kita saat itu?

Atau kita seorang karyawan di sebuah kantor. Kita satu-satunya di kantor yang kerap terlambat masuk kantor. Kita hampir selalu gagal untuk hadir sebelum jam kerja yang ditetapkan. Kita datang saat roda kehidupan sudah mulai berjalan. Kita pun, beberapa kali ditegur olah atasan yang bertanya kenapa selalu terlambat. bagaimana suasana hati kita berada di tengah keadaan seperti itu? Menyesal? Malu?

Bayangkan apa lagi, apa hukuman yang akan kita terima jika kita terus menerus melakukan kesalahan serupa. Bagaimana jika kita tidak masuk ke sekolah atau masuk kantor? Bagaimana aturan sekolah atau kantor jika beberapa kali terlambat? hukumannya adalah di skors bahkan di pecat? Bagaimana jika yang menghukum yang memberi kehidupan kita, yang memberi rezeki kita, yang mencabut nyawa kita? Kenapa justru kita takut kepada manusia bukan takut kepada Allah yang memberikan fasilitas hidup di dunia?

Saudaraku, bandingkan ilustrasi di atas dengan keadaan kita yang lain. jika kita berada di antara orang-orang yang disiplin melakukan shalat subuh berjamaah. Sementara kita selalu tertinggal untuk shalat subuh berjamaah di masjid. Tapi, barangkali tak sedikit di antara kita itu, kemudian kita tidur kembali. Kita lalu menyesal, tapi mengulanginya kembali di esok hari, lalu bisikan syetan mengatakan yang penting sudah shalat subuh dirumah walau terlambat daripada tidak melakukan sama sekali.

Sudah berapa lamakah kita tidak melakukan shalat subuh berjamaah?

Padahal Allah menjanjikan pahala surga yang abadi?

Allah berfirman,

“Dan orang-orang yang senantiasa memelihara pelaksanaan shalat-shalat mereka. Mereka itulah yang akan mendapatkan surga, yaitu surga Firdaus. Mereka kekal di dalam surga itu.” (QS Al-Mu’minuun, 23: 9-11)

“Orang-orang yang selalu memelihara shalatnya dengan baik, mereka itu di akhirat kelak dimuliakan dalam surga-surga.” (QS Al-Maa’rij: 34-35)

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa mengerjakan shalat burdain (shalat subuh dan ashar) maka ia akan masuk surga.”(HR Bukhari & Muslim)

Saudaraku, gambarkan dalam diri kita betapa pendeknya umur manusia, banyak kesibukan yang harus dikerjakan dan penyesalan yang dalam akibat segala kekurangan tatkala ajal menjelang dan penyesalan setelah semuanya berlalu. Bayangkanlah pula di pelupuk mata dan relung hati anda pahala orang-orang yang sempurna, sementara anda sendiri kekurangan.

Bayangkanlah pahala orang-orang yang serius beramal sholeh, sedang anda bermalas-malasan. Jangan membiarkan jiwa kosong dari nasihat-nasihat yang anda dengar. Jauhilah pikiran-pikiran yang selalu membisiki anda. Sesungguhnya nafsu laksana kuda liar. demikian nasihat dari Ibnu Jauzi.

Imam Al Ghazali mengatakan,

“Setiap hari paksakan dirimu untuk sabar beribadah kepada Allah. Andaikata engkau ditakdirkan untuk hidup selama 50 tahun dan engkau biasakan dirimu untuk sabar beribadah, nafsumu tetap akan berontak tetapi ketika maut menjemput kau akan bahagia selama-lamanya. Tetapi ketika engkau tunda-tunda dirimu untuk beramal dan kematian datang diwaktu yang tidak kau perkirakan.”

Saudaraku, kenapa kita bisa memaksakan diri saat mau berangkat kerja macet, panas dan hujan, tetapi tidak mau memaksakan untuk shalat berjamaah subuh di masjid atau mushola.

Allah sudah menyuruh agar mengerahkan segala kemampuan untuk melakukan ketaatan kepada Allah,

“Wahai manusia, karena itu taatlah kepada Allah dengan segala kemampuan kalian. Dengarlah dan taatlah kepada Allah.” (QS. At-Taghabun, [64]: 16)

Shalat subuh adalah shalat yang paling afdol

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Shalat yang paling afdol di sisi Allah adalah shalat subuh pada hari jumat bersama jamaah.”(HR. Abu Nu’aim)

Diberikan cahaya

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Beritakanlah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (dipagi hari), dengan cahaya yang sempurna dihari kiamat.” (HR Ibnu Majah)

Allah berfirman,

“Wahai Muhammad, pada hari kiamat, engkau akan melihat cahaya memancar di depan dan sisi kanan golongan laki-laki dan perempuan mukmin. Malaikat berkata kepada mereka. “Pada hari ini, ada kabar gembira bagi kalian. Kalian mendapatkan surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Kalian kekal tinggal di dalamnya. Demikian itu adalah kemenangan yang amat besar bagi kalian.” (QS. Al-Hadid, 57: 12)

Akan di beri perlindungan oleh Allah

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam mengetuk hati kita untuk memelihara shalat shubuh di awal waktu,

“Barangsiapa shalat subuh, maka ia berada dalam lindungan Allah.” (HR Muslim)

Yaitu berada dalam perlindungan jaminann dan tanggungan Allah.

Imam Muslim menambahkan dalam riwayat lain, “Janganlah kamu melanggar perlindungan Allah. Barangsiapa melanggar perlindungan Allah niscaya Allah akan menyungkurkannya dalam api neraka

Akan disaksikan oleh malaikat

Kita berada pada janji Allah di setiap waktu shalat fajar dan ashar. Pada dua kesempatan itulah, diajukan laporan harian yang ditulis oleh malaikat kepada Allah.

“Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan ashar, kemudian malaikat yang ada bersama kalian naik ke langit Allah bertanya kepada mereka (dan Allah Maha Tahu), “Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku? Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka sedang melakukan shalat. Dan kami datangi mereka sedang melakukan shalat.” (HR. Bukhari Muslim)

Ibnu Khuzaimah menambahkan dalam kitabnya,

“Sesungguhnya para malaikat berdoa, “Ya Allah ampunilah dia pada hari kemudian kelak.”

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh lima kali daripada shalat kamu sendirian. Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul menghadiri shalat subuh.” (HR Bukhari)

Kemudian Abu Hurairah berkata, “Silakan kamu baca, “Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh Malaikat (QS Al-Isra 78)”

Bagaimana jika malaikat berkata kami dapati mereka sedang tidur?

Shalat sunnat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Dua rakaat subuh (summat subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim)

Nabi tidak pernah menjaga sesuatu dari amalan-amalan seketat beliau menjaga dua ruakaat sunnat subuh.”

Ibnu Hajar Al-Aqalaani berkata dalam Fahtul Baari,

“Rasulullah tidak pernah mengerjakan shalat sunnat rawatib sebelum maupun sesusdah shalat disaat safar kecuali shalat sunnat subuh.

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian tinggalkan dua rakaat shalat sunnah Subuh meskipun kalian berada di punggung kuda.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Subhanallah setiap satu kali melakukan shalat dua rakaat sunah subuh bagaimana jika dilakukan setiap hari? Oleh sebab itu apabila beliau terluput mengerjakannya sebelum shalat beliau akan mengerjakannya sesudah shalat subuh. Semua itu karena pengagungan terhadap shalat nafilah ini. Begitu besar pahalanya bagaimana dengan shalat fardhu subuh?

Saat peperangan dengan Persia, Anas bin Malik ikut serta perang, dan beliau menangis terlupa shalat subuh dalam sekali seumur hidupnya. Beliau menangis, sambil berkata Apa gerangan Tustar (kota Persia)? Sungguh telah lepas dariku shalat subuh aku tak ingin sekiranya aku memiliki dunia seisinya dengan meningalkan shalat subuh!

Saudaraku, jika anda mempunyai janji dengan seorang pengusaha mau di beri uang satu milyar, syaratnya saat shalat subuh ketemu di Masjid, apakah anda terlambat menemuinya? Padahal Allah yang akan memberikan pahala lebih baik dari dunia dan seisinya, jika shalat sunnah apakah masih kita tidak percaya?

Mengapa kita justru sedih tidak masuk kerja, tidak sedih meninggalkan shalat subuh berjamaah? Padahal dua rakat saja hanya beberapa menit dapat pahala lebih baik dari isi dunia? Dibandingkan kerja sampai sebulan, hanya mendapatkan beberapa juta? Astagfirullah.

Di masukkan dalam kelompok abraar dan golongan delegasi ar-Rahman

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa berwudhu di rumahnya lantas mendatangi masjid dan mengerjakan shalat dua rakaat sebelum subuh kemudian duduk hingga ia mengerjakan shalat subuh kemudian keluar dari masjid maka shalatnya pada hari itu ditulis dalam golongan shalat kaum abaar dan akan ditulis dalam golongan delegasi Ar-Rahman.”(HR. Ath-Thabrani)

Allah telah berfirman tentang kaum abraar,

“Orang-orang shalih pasti masuk ke dalam surga Na’im. Penghuni surga Na’im duduk di atas sofa-sofa seraya melihat-lihat pemandangan sekelilingnya. Wahai Muhammad, engkau melihat pada wajah mereka tampak cahaya cerah penuh kesenangan. (QS. Al-Muthafifin 22-24)

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, “Delegasi ar-Rahman adalah orang-orang yang akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan mengendai kendaraan dari cahaya.

Mendapatkan keutamaan shalat sepanjangmalam

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa mengerjakan shalat Isya berjamaah seolah-olah ia mengerjakan shalat separuh malam. Dan barangsiapa shalat subuh berjamaah seolah-olah ia mengerjakan shalat semalam penuh.” (HR Muslim)

Generasi yang berhak menyambut Nabi Isa Al-Masih adalah generasi yang menjaga shalatSubuh

Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Dan mayoritas mereka berada di Baitul Maqdis (yaitu mayoritas kaum mukmin kala itu berada di Baitul Maqdis). Imam mereka adalah seorang laki-laki yang shalih. Ketika imam mereka maju untuk mengimami mereka shalat subuh tiba-tiba turunlah kepada mereka Isa bin Maryam pada waktu subuh itu, lantas imam merekapun mundur ke belakang dengan perlahan agar nabi Isa maju ke depan mengimami shalat. Namun Nabi Isa menahannya dengan tangannya di antra kedua pundaknya sembari berkata “Majulah, imamilah shalat, karena shalat ini ditegakkan untukmu. Maka imam mereka itulah yang mengimami shalat mereka.” (HR Ibnu Majah)

Pertolongan dan kemenangan umat Islam berada di tangan orang-orang yang mengerjakan shalat subuh

Salah seorang pemimpin Yahudi berkata, “Kalian tidak akan bisa mengalahkan kami hingga jumlah kaum muslimin yang mengerjakan shalat subuh sama seperti jumlah mereka saat mengerjakan shalat jumat

Shalahuddin Al-Ayyubi, mendidik pasukannya untuk mengerjakan shalat khususnya shalat malam dan shalat subuh. Setiap kali melewati suatu kaum yang sedang shalat beliau berkata, “Dari sinilah turun pertolongan.” Setiap kali melewati kaum yang tidur beliau berkata, “Inilah faktor penyebab kekalahan!”

Manakala seorang hamba menolong Allah, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, maka kemenangan merupakan jaminannya

“Sungguh Allah pasti menolong siapa saja yang membela agama-Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa menghancurkan kezhaliman.”(QS. Al-Hajj: 40)

Kebiasaan Ibnu Taimiyah adalah duduk berdzikir setelah shalat subuh. Muridnya, Ibnu Qoyyim menceritakan hal ini, “Suatu kali saya mendatangi Syaikh Islam Ibnu Taimiyah setelah shalat subuh. Ia duduk berdzikir sampai matahari mulai meninggi, setelah itu ia memandangku dan berkata. “Ini sarapanku, apabila aku tidak sarapan (membaca dzikir) niscaya hilang kekuatanku”

Ibnu Taimiyah mungkin tidak pernah menganggap bahwa dzikirnya setelh subuh adalah beban atau pekerjaan yang menyita waktu yang akan menghalanginya menunaikan kesibukan-kesibukkan yang lain. Sebab dzikir itu, baginya adalah sebuah kebutuhan, sumber kekuatan, penambah energi dan pencerah jita yang mesti dipenuhi guna meringankan beban-beban hidupnya yang lain.

Meraih pahala yang besar

Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah ra, ia berkata,

“Bahwasanya setiap kali Nabi Muhammad saw selesai shalat fajar, beliau duduk ditempatnya hingga matahari terbit dengan terang.” (HR Muslim)

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang ikut shalat subuh berjamaah di masjid, lalu duduk berdzikir mengingat Allah sampai matahari terbit, lantas mengerjakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala bagaikan orang yang menunaikan ibadah haji dan umroah dengan sempurna-sempurna dan sempurna.” (HR Tirmidzi)

Umar bin Khatab terkenal sebagai orang yang sangat menjaga shalatnya. Suatu ketika, beliau shalat subuh dalam keadaan lemah karena menderita luka tusuk, setelah seorang budak Majusi menikamnya. Shabat al-Miswar bin Mahrumah saat menjenguk Umar bin Katab pada suatu malam karena telah terjadi penusukan terhadap dirinya, ketika mereka membangunkan Umar untuk shalat subuh, beliau berkata,

“Ya aku akan menunaikannya karena orang yang meninggalkan shalat tidak mempunyai bagian dalam Islam. Umar pun mendirikan shalat dalam keadaan darah dari lukanya terus mengalir.”

Shalat subuh menyelamatkan dari api neraka

Saudaraku bayangkan jika istri kita membangunkan pada pukul empat pagi seraya berteriak-teriak, “Kabakaran!! Tentunya kita akan melompat dengan cepat, mengapa kita tidak takut kepada api neraka? Api neraka lebih panas daripada api dunia.

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Api kalian ini, yang dinyalakan oleh bani Adam, hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian panasnya api jahanam.” (HR Bukhari & Muslim)

Api jahanam dinyalakan selama seribu tahun hingga memerah, kemudian dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga memutih, kemudian dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga menghitam, maka neraka itu menjadi hitam kelam!

Wahai saudaraku tercinta, kita bisa menghindari semua dengan dua rakaat shalat subuh

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan masuk Neraka seseorang yang mengerjakan shalat sebelum matahari dan sebelum terbenam matahari.”

Dilapangkan rezeki

Pernah suatu ketika Nabi shallalahu alaihi wa sallam shalat subuh. Begitu selesai, beliau pun kembali ke rumah dan mendapati putrinya Fathimah ra. sedang tidur. Kemudian beliau pun membalikkan tubuh Fatimah dengan kaki beliau, kemudian mengatakan kepadanya,

“Hai Fathimah, bangun dan saksikanlah rezeki Rabb-mu karena Allah membagi-bagikan rezeki para hamba antara shalat subuh dan terbitnya matahari.” (HR. Baihaqi)

Wallahu’alam bish shawab…