KATA BIJAK

Manusia dan masalah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Jadi jangan pernah pisahkan dirimu dari ALLAH SWT. Sebab Dialah sebaik-baik penolong manusia dari beragam masalah........
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah jalan keluar masalah.


Senin, 21 Agustus 2017

BERFIKIR TIDAK MENGGUNAKAN AKAL  TETAPI MENGGUNAKAN HATI

Manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Quran, diberikan kesempurnaan untuk menjadi Khalifah dimuka bumi ini. Kesempurnaan manusia itu telah di bekali oleh Allah dua serangkai yang saling bekerjasama, yaitu akal dan hati. Allah swt menciptakan manusia dengan akal dan hati yang membuatnya berbeda dengan makhluk lainnya.

Pengertian  akal menurut Dani Ferdiansyah, adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta untuk menganalisis (memahami) sesuatu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, akal juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu daya, muslihat,kecerdikan, kelicikan. Dan kebenaran akal menurut Ahmad Tafsir, diukur dengan hukum alam. Artinya akal hanya sebatas hukum alam. 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(al-Baqarah 134).

Tanda-tanda itu mesti dipikirkan dan pemikiran itu terjadi melalui akal yang berpusat di kepala.

Kelemahan daya akal: 1.) untuk mengoperasikan daya berfikir sebagai alat pengetahuan, daya akal harus dibantu oleh panca indra. Sedangkan tugas dari indra hanya merekam atau memotret realita yang berkaitan dengannya, namun yang mengelola dan menyimpan adalah akal. Indra tanpa akal tidak ada artinya, namun akal tanpa indra, pengetahuan akal tidak sempurna. 2.) akal pikiran manusia tidak dapat mencapai suatu hakikat kebenaran yang sebenar-benarnya, sehingga tidak dapat memperoleh batas yang mutlak. 3.) akal pikiran manusia hanya mapu membuat rencana-rencana, rumusan-rumusan, menemukan dan melaksanakan berdasarkan gejala-gejala dan data-data yang terkumpul atas pengalaman-pengalaman. 4.) Keterbatasan akal pikiran manusia untuk dapat menguasai seluruh yang ada dialam semesta ini ialah sangat dominan merupakan suatu kenyataan bahwa akal pikiraan dan indra manusia sangat terbatas jangkauannya. 5.) Akal pikiran mudah terpengaruh oleh hawa nafsu, sehingga seringkali manusia melakukan tindakan-tindakan tanpa disertai perhitungan terlebih dahulu.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi yang semestinya diajarkan dan dilatih di lembaga pendidikan oleh guru bila kita menginginkan kualitas pendidikan kita sejajar dengan negara-negara lain. Sehingga peserta didik memiliki daya sesuai intelektual yang tinggi dalam menyelesikan masalah dan memanfaatkan peluang dalam persaingan dan kerjasama global. Kini tantangan terletak pada guru, apakah para guru mampu melatih peserta didiknya untuk berpikir kritis dan kreatif di sekolah? Kita harap guru-guru kita mampu, karena dalam kurikulm 2013 menekankan pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi ini.

Hati atau qalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kondisi yang berdaya emosi. Ia berada dijantung (al-mudgah). Qalbu memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) melalui cita-rasa (al-zawqiyah).

    

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS.al-Taghabun),64;11)

                Pengetahuaan yang dapat dirasakan Qalbu adalah realitas abstrak seperti kasih sayang, kebenciaan, kegembiraaan, kesedihan, ide-ide, dan seterusnya.bila pengetahuan ini berkembang secara wajar, maka orang akan mudah empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami orang lain. Qalbu memiliki kemampuan merasakan getaran perasaan yang ada dalam diri seseorang  maupun yang terjadi pada manusia atau makhluk yang lain.

            Akal dan hati ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi.Apa yang tidak dikuasai akal dapat dilakukan dengan hati, karena hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal. Dengan kata lain, ketajaman akal harus diimbangi dengan kecerdasan hati. Dalam menentukan sesuatu, keduanya harus terus berdialog tanpa putus. Jika salah satu tidak berfungsi, maka yang terjadi adalah ketersesatan hati dan keblingeran akal. Akal dan Hati merupakan dua alat berfikir.Yang satu berfikir melalui logika rasio dan yang satu lagi berfikir melalui logika rasa, yang satu memilah salah dan benar sementara yang satu lagi memilah baik dan buruk, begitu kata Al-Ghazali. Dua-duanya merupakan alat dan sumber epistem pengetahuan, begitu kata Murtadha Muthahari.Yang tentu saja di samping alat Indra kita sebagai alat untuk menangkap realitas yang seterusnya ditafsir ulang oleh akal dan hati.

            Kekuaatan yang membanggun manusia ialah kekuatan jasmani, kekuatan akal dan kekuatan rasa. Inilah hakikat manusia menurut Allah. Daya jasmani, bila dididik dengan benar akan menghasilkan jasmani sehat serta kuat. Akal bila didik dengan benar akan menghasilkan akal yang cerdas serta pandai. Rasa atau hati yang dididik dengan benar akan menghasilkan nurani yang tajam. Perkembangan harmonis ketiga unsur ini akan menghasilkan manusia yang utuh. Dari ketiga unsur itu ternyata unsur hati atau rasa atau kalbu itulah yang merupakan unsur terpenting pada manusia. Ini diketahui antara lain dari salah satu sabda Rasul SAW yang mengatakan bahwa “di dalam diri manusia itu ada segumpal daging, bila daging itu baik maka baiklah keseluruhan manusia itu dan apabila daging itu jelek maka jelek keseluruhan manusia itu daging itu ialah hati.”

            Hadis di atas mengandung pengertian bahwa hati yang dimaksud disini ialah kalbu. Tempat atau pusat rasa yang ada pada manusia yang merupakan pusat kendali manusia. Jadi, bila kita bertanya apa hakikat manusia maka jawabannya adalah hati. Hati itulah pengendali manusia. Dari sini dapat pula kita mengetahui bahwa tujuan utama pendidikan seharusnya adalah membina manusia secara seimbang antara jasmani,akal dan kalbunya. Namun kalbu haruslah diutamakan.

            Sekarang mari kita lihat pendidikan kita. Apa ada yang ganjil dalam pendidikan kita?  Yang kita temukan ialah pendidikan kita terlalu mengutamakan  pembinaan jasmani dan akal. Aspek kalbu kurang mendapatkan perhatian. Karena itu janganlah kaget bila kita memiliki lulusan yang kuat jasmaninya cerdas serta pandai akalnya, tetapi ia belum mampu juga menampilkan diri sebagai orang yang baik. Karena itulah maka masih banyak lulusan kita yang sanggup melakukan perbuatan tercela, tidak konstruktif dalam masyarakat.

            Pendidikan segi jasmani telah berjalan dengan baik. Untuk ini ada mata pelajaran olahraga dan mata pelajaran kesehatan. Hasilnya lulusan yang sehat serta kuat. Untuk aspek akal disediakan banyak mata pelajaran diantaranya: logika, Matematika, Fisika, biologi dll. Tetapi lihatlah, adakah usaha guru dengan sungguh-sungguh mengajarkan fisika itu sampai siswa menyadari bahwa  alam semesta ini beserta hukum-hukumnya adalah ciptaan tuhan? Teori-teori sains hanya diajarkan teorinya saja secara apa adanya.

            Sayangnya, guru agama juga kebanyakan demikian. Yang mereka lakukan ialah  mengajarkan agama agar siswa memiliki pengetahuan tentang agama, tentang tuhan, tentang ibadah, tentang akhlak, dll. Murid-murid memiliki pengetahuan agama bukan beragama. Siswa tahu bahwa Tuhan Maha Menetahui, teapi mereka tetap berani berbohong, berani mencuri asal tidak diketahui orang. Mereka tahu hukum salat tetapi mereka tidak shalat atau tidak rajin salat, mereka tahu jujur itu baik tetapi banyak diantara mereka yang tidak jujur. Akhirnya pendidikan kita menghasikan lulusan yang sehat kuat,cerdas, pandai,tetapi tidak tinggi kemanusiaannya.

Kemanusian manusia ada didalam hatinya. Hatinya itulah yang mengendalikan manusia. Karena itu pendidikan seharusnya mengutamakan pembinaan hati. Orang yang beriman ialah rang yang hatinya berisi tuhan dan tuhan itu menjadi raja disana. Oran yang beriman seperti inilah sebenarnya yang dimaksud dalam rumusan tujuan pendidikan nasional (baik dalam UU No.2/89 maupun UU N.20/2003).

Iman itu di hati, ini dapat dipahami, karena hati adalah pusat kendali manusia, hati adalah intisari manusia.

Tatkala kita merancang kurikulum pendidikan, yang terbayang pada kita ialah apa indikator manusia yang baik itu. Berdasarkan semua agama, semua pandangan filsafat, manusia yang baik itu ialah manusia yang:

1.      Akhlak yang baik (akhlak yang berdasarkan iman yang kuat)

2.      Memiliki pengetahuan yang benar, atau ketrampilan kerja kompetitif.

3.      Menghargai keindahan.

Tiga pilar inilah isi semua kurikulum:akhlak, ilmu, atau ketrmpilan, seni. Akhlak (iman) menjadi core. Jika seseorang telah memiliki tiga itu, maka orang itu dijamin menjadi orang yang baik. Itulah kurikulum pendidikan baik dalam arti minimal maupun maksimal.

Pengertian Naluri, Indra, Akal, Emosi, Ambisi, Ilusi dan Halusinasi


  
Naluri

Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Dalam psikoanalisis, naluri dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian (thanos).

Indera

Indera atau indria merupakan alat penghubung/kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri dengan material lingkungan. Dalam ajaranHindu indria ada sebelas macam dan disebut sebagai eka dasa indriya.

Lima macam indera berfungsi sebagai alat sensor dalam bahasa Sansekertanya disebut panca budi indriya dan dalam bahasa Indonesialebih dikenal sebagai panca inderayaitu: alat pembantu untuk melihat (mata), alat pembantu untuk mengecap (lidah), alat pembantu untuk membau (hidung), alat pembantu untuk mendengar (telinga), dan alat pembantu untuk merasakan (kulit/indera peraba).

Lima jenis lagi disebut panca budi indria sebagai alat gerak yaitu tanganuntuk mengambil, kaki untuk berjalan, anus untuk membuang air,mulut sampai hidung untuk bicara-bernapas-makan, alat kelamin untuk menikmati hubungan kelamin.

Indria yang kesebelas merupakan indera utama yang mengontrol jalannya kesepuluh indera yang lain. Indera kesebelas ini adalah pikiran sebagai kendali segala aktivitas diri.

 Akal

Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun informal, dari manusia pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah. 
Namun, karena kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama. Maka tidak ada kemampuan akal antar manusia yang betul-betul sama. 
Akal berasal dari bahasa Arab 'aql yang secara bahasa berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang esensial hidup ini. 
Akal juga bisa berarti jalan atau cara melakukan sesuatu, daya upaya, dan ikhtiar. Akal juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan. 
Akal fikiran tidak hanya digunakan untuk sekedar makan, tidur, dan berkembang biak, tetapi akal juga mengajukan beberapa pertanyaan dasar tentang asal-usul, alam dan masa yang akan datang. Kemampuan berfikir mengantarkan pada suatu kesadaran tentang betapa tidak kekal dan betapa tidak pastinya kehidupan ini. 

Freud membagi manusia menjadi tiga wilayah pokok, antara lain:

1. id, yang mempersamakan id dengan instink atau naluri

2. ego, yang merupakan akal fikiran

3. super ego, yakni adat kebiasaan sosial dan kaidah moral

Sesuai kebutuhan mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar, dipercayakan kepada instink, maka diberikan pada akal (ego) peran yang strategis dalam perencanaan bentuk pemuasan terhadap instink (id) sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh kenyataan yang rasional serta tuntutan adat kebiasaan sosial dan kepercayaan (super ego).
Kant mengatakan bahwa apa yang kita katakan rasional itu adalah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan ukuran hukum alam.Dengan kata lain, rasional adalah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam, menurut Kant.

Contoh :

Pesawat terbang yang beratnya ratusan ton, kok bisa terbang?

Jawabannya adalah Ya, dengan alasan karena pesawat itu telah dirancang sesuai dengan hukum alam. Itu rasional. Lain halnya dengan cerita Nabi Musa yang melemparkan tongkatnya ke tanah, lantas tongkat itu menjadi ular, segera saja Anda mengatakan bahwa itu tidak rasional karena menurut hukum alam adalah tidak mungkin tongkat dapat berubah menjadi ular.

1. Sesuatu yang rasional ialah sesuatu yang mengikuti atau sesuai dengan hukum alam

2. Yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hukum alam

3. Kebenaran akal diukur dengan hukum alam. Artinya, akal hanya sebatas hukum alam

 

Emosi

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.  Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu..
Kata "emosi" diturunkan dari katabahasa Perancis, émotion, dariémouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasamarah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam

Ambisi

Ambisi menurut pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan), dan pengertian dari berambisi adalah berkeinginan keras mencapai sesuatu (cita-cita, harapan, dsb.). Ambisi tidak selalu bermakna negatif, tetapi lebih banyak dimaknai secara negatif, ketika seseorang berkeinginan keras memperoleh sesuatu, maka ia dapat mempergunakan cara apa saja untuk mewujudkan keinginannya itu, bahkan dengan cara-cara yang jahat sekalipun.

Ilusi

Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan).

Ilusi optisadalah ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Ada anggapan konvensional bahwa ada ilusi yang bersifat fisiologis dan ada ilusi yang bersifat kognitif.Ilusi fisiologis

Ilusi fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan.

Ilusi kognitif

Ilusi kognitif diasumsikan terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada umumnya ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks dan ilusi fiksional.

(a). Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya adalah: kubus Necker dan vas Rubin.

(b). Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung). Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.

(c). Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin, misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga yang mustahil', seperti misalnya terlihat pada karya seni grafis M C Escher, berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".

(d). Ilusi fiksional didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tapi bukan bagi orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia atau halusinogen. Ini lebih tepatnya disebut dengan halusinasi.

Halusinasi

Halusinasi adalah terjadinya persepsidalam kondisi sadar tanpa adanyarangsang nyata terhadap indera.Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal,ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalamigangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.

Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuklogika.

Halusinasi dapat dibagi berdasarkanindera yang bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu :

HalusinasivisualHalusinasiauditoriHalusinasiolfaktoriHalusinasigustatoriHalusinasitaktil

HAKIKAT ( HATI, AKAL, RUHANI, , NAFSU, SYAITHON )

 

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُ ......بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِِِِ

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kamu dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Dan sesungguhnya yang paling aku benci di antara kamu dan paling jauh tempatnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara tanpa manfaat, yang banyak bicara dibuat-buat, dan memenuhi mulutnya dengan segala macam perkataan (tak berbobot)." (Turmudzi no. 2018))

Siapapun dan dengan alasan apapun jika berani memperolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya dan para rasul-Nya atau apa saja perkara dalam agama-Nya, entah dengan lisan atau perbuatan, bacakanlah kepadanya, " Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kufur sesudah beriman. " (QS. At-Taubah: 66)

AL-KAHFI 10:

RABBANA ATINA MIL LADUNKA RAHMATAW, WA HAYYI’ LANA MIN AMRINA RASYADA.

( “WAHAI TUHAN KAMI, BERIKANLAH RAHMAT KEPADA KAMI DARI SISI-MU DAN SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI PETUNJUK YANG LURUS DALAM URUSAN KAMI (INI).”

HAKEKAT HATI

Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna HATI pada hadits ini.

Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah al-kabd”.

Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?

Bahasa Arab mengenal al-kabd dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, al-kabd adalah jantung. Dokter HATI adalah dokter jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.

Ditinjau dari bahasa kedokteran, menurut dictionary.com, heart adalah orgarn cirkulasi darah yang bekerja seperti pompa, yang terdiri dari otot polos kontraktil, yang berada di dada di antara paru-paru agak ke kiri, serta terdiri dari empat ruang. Bongkahan daginginikah yang BAGINDA RASULULLAH MAKSUDKAN...????

Jika bongkahan daging ini yang blio maksudkan maka blio sudah menunjukkan existensi yg luar biasa dizamannya dlam rana bidang kesehatan...atau pengelolaan jasmani...

 HAKEKAT AKAL

Semua orang memiliki "otak" dan "otak bukanlah akal".....
"Akal" adalah daya kerja otak atau energi otak ...."Akal" tidak pernah diam, selalu dinamis, beraktivitas.....Proses kerja akal disebut dengan "berpikir"... .Apabila manusia berpikir, maka buah dari berpikir disebut " ilmu atau pengetahuan"…
" Diriwayatkan ketika Abdullah bin Salam bertanya kepada Rasulullah dalam suatu pembicaraan yang panjang, dimana pada akhirnya Nabi bercerita tentang Arsy dan Akal.

Kata Rasulullah: “Bertanya para malaikat kepada Allah: “Wahai Tuhan kami, “adakah Engkau menjadikan sesuatu yang lebih besar dari ‘Arsy?”.Maka menjawab Allah SWT: “Ada, yaitu akal!.Bertanya Malaikat lagi: “Sampai dimana batas kebesarannya? Menjawab Allah: “Tidak dapat dihinggakan dengan ilmu pengetahuan. Adakah bagimu pengetahuan tentang berapa jumlahnya pasir?Menjawab Malaikat itu: “Tidak”!.Maka berfirman Allah:” Sesungguhnya Aku menjadikan akal itu bermacam-macam, seperti bilangan pasir. Sebagian manusia ada yang diberikan sebiji. Sebagian ada yang diberikan dua biji, ada yang tiga biji dan empat biji. Diantara mereka ada yang diberikan secupak (seukuran gelas) dan ada pula diantaranya yang diberikan segantang (seliter) dan ada pula diantara mereka yang diberikan lebih banyak dari itu”.
Kata akal berasal dari kata dalam bahasa Arab, al-‘aql. Kata al-‘aql adalah mashdar dari kata ‘aqola – ya’qilu – ‘aqlan yang maknanya adalah “ fahima wa tadabbaro “ yang artinya “paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang) “. Maka al-‘aql, sebagai mashdarnya, maknanya adalah “ kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu “. Sesuatu itu bisa ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain, semua yang ditangkap oleh panca indra.

Tatkala Allah SWT menjadikan akal, Allah berkata kepada "akal" .. datanglah mendekat, maka datanglah akal itu, kemudian Allah berkata pula kepadanya ("akal") ...berangkatlah, maka akal pun berlalu/pergi. sehingga dengan perilaku/tabiat akal itu  maka Allah brfirman "Tak ada mahluk yang aku cintai melebihi engkau. Dengan engkau aku mengambil dan dan dengan engkau aku pula aku memberi. (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dari Hasan dan Ath-Thabrani dari Abu Hurairah)

Akal (1); Menurut Al Quran, Hanya Musliminlah yang Berakal

 Berikut ini sekilas mengenai akal dan betapa pentingnya akal dalam beragama. Lawan dari akal adalah jahl, atau sering pula diistilahkan dengan hawa nafsu. Kita semua tahu, ditinjau dari keberadaan akal dan nafsu, mahluk2 yang Allah karuniai kemampuan berpikir itu ada tiga jenis: malaikat, yang dikaruniai akal saja, tanpa nafsu; hewan, yang hanya dikaruniai nafsu, tanpa akal; dan manusia dan jin, yang Allah swt karuniai akal maupun nafsu.

Ayat-ayat Al Quran berikut dengan tegas memaksa kita untuk menyimpulkan bahwa hanya kaum Muslimin-Mu’minin lah yang menggunakan akalnya. Kaum yang lain, entah itu kafirin, musyrikin, munafikin, Nasrani, Yahudi, ataupun lainnya, oleh Al Quran dikatakan sebagai kaum yang tidak berakal (laa ya’qilun).
Silakan simak ayat-ayat berikut…

Al Baqarah: 164

إِنَّ فىِ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْفُلْكِ الَّتىِ تجَْرِى فىِ الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ
فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتهَِا وَ بَثَّ فِيهَا مِن كُلّ‏ِ دَابَّةٍ وَ تَصْرِيفِ الرِّيَحِ وَ السَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ لاََيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُون‏

“Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi; dan pertukaran malam dan siang; dan (pada) kapal-kapal yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Ia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang; demikian juga (pada) peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan bumi; sesungguhnya ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah, kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang menggunakan akal fikiran (liqaumiy ya’qiluun)”.

Al Jatsiyah: 5

وَ اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَ النهََّارِ وَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن رِّزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتهَِا وَ تَصْرِيفِ الرِّيَاحِ ءَايَاتٌ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُون‏

Dan (pada) pertukaran malam dan siang silih berganti, dan juga (pada) rezeki yang diturunkan oleh Allah dari langit, lalu Ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta (pada) peredaran angin, (semuanya itu mengandungi) tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah, kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, serta keluasan rahmatNya) bagi kaum yang mahu menggunakan akal fikiran (liqaumiy ya’qiluun).

Al Baqarah: 171

وَ مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ كَمَثَلِ الَّذِى يَنْعِقُ بمَِا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَ نِدَاءً  صُمُّ  بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُون‏

Dan bandingan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir, samalah seperti orang yang berteriak memanggil binatang yang tidak dapat memahami selain dari mendengar suara panggilan sahaja; mereka itu ialah orang-orang yang pekak, bisu dan buta; oleh sebab itu mereka tidak dapat menggunakan akalnya (laa ya’qiluun).

Al Maidah: 58

وَ إِذَا نَادَيْتُمْ إِلىَ الصَّلَوةِ اتخََّذُوهَا هُزُوًا وَ لَعِبًا  ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُون‏

Dan apabila kamu menyeru untuk mengerjakan shalat, mereka menjadikannya (shalat itu) sebagai ejek-ejekan dan permainan. Yang demikian itu ialah karena mereka suatu kaum yang tidak berakal (laa ya’qiluun).

Al Anfaal: 22

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابّ‏ِ عِندَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُون

Sesungguhnya sejelek-jelek makhluk yang melata di sisi Allah ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mau menggunakan akal (alladziina laa ya’qiluun).

Yunus: 42

وَ مِنهُْم مَّن يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ  أَ فَأَنتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَ لَوْ كاَنُواْ لَا يَعْقِلُون‏

Dan di antara mereka (yang ingkar) itu, ada yang datang mendengar ajaranmu; maka engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa menjadikan orang-orang yang pekak itu mendengar kalau mereka menjadi orang-orang yang tidak mau berakal (laa ya’qiluun).

Yunus: 100

وَ مَا كاَنَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ  وَ يجَْعَلُ الرِّجْسَ عَلىَ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُون‏

Dan tiadalah sebarang kuasa bagi seseorang untuk beriman melainkan dengan izin Allah; dan Allah menimpakan azab (arrijsa) atas orang-orang yang tidak mau berakal (laa ya’qiluun).

Al Hajj: 4 – Hati untuk berakal

أَ فَلَمْ يَسِيرُواْ فىِ الْأَرْضِ فَتَكُونَ لهَُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بهَِا أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بهَِا  فَإِنهََّا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَ لَاكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتىِ فىِ الصُّدُور

Oleh itu, bukankah ada baiknya mereka mengembara di muka bumi supaya - dengan melihat kesan-kesan yang tersebut - mereka menjadi orang-orang yang ada hati yang dengannya mereka dapat memahami (ya’qiluuna bihaa), atau ada telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? (Tetapi kalaulah mereka mengembara pun tidak juga berguna) kerana keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada.

Al Furqan: 44

أَمْ تحَْسَبُ أَنَّ أَكْثرََهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ  إِنْ هُمْ إِلَّا كاَلْأَنْعَامِ  بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا

Atau adakah engkau menyangka bahawa kebanyakan mereka mendengar atau memahami (ya’qiluun)? Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.

Al Ankabut: 63

وَ لَئنِ سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ  قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ  بَلْ أَكْثرَُهُمْ لَا يَعْقِلُون‏

Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Ucapkanlah (wahai Muhammad): "Alhamdulillah", bahkan kebanyakan mereka tidak memahami (laa ya’qiluun).

Al Hasyr: 14 

لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فىِ قُرًى محَُّصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَاءِ جُدُرِ   بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ  تحَْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَ قُلُوبُهُمْ شَتىَ‏  ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُون‏

(Orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik) dengan keadaan bersatu padu sekalipun, tidak berani memerangi kamu melainkan di kampung-kampung yang berbenteng kukuh, atau dari sebalik tembok. (Sebabnya): permusuhan di antara mereka sesama sendiri amatlah keras; engkau menyangka mereka bersatu padu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu, kerana mereka adalah kaum yang tidak berakal (qaumul laa ya’qiluun).

Setelah jelas penegasan Al Quran bahwa hanya kaum mu'minin-muslimin sajalah yang menggunakan akalnya, sedangkan kaum lainnya adalah tidak berakal, maka tidak ada kesimpulan lain selain bahwa akal menduduki posisi sangat penting dalam beragama dan berkehidupan. Kita harus menggunakan akal kita jika kita ingin selamat mencapai tujuan ukhrawi kita.

Tapi, jika kita tengok keadaan dunia saat ini, dimana science dan teknologi dikuasai oleh negara-negara maju yang kebanyakan adalah dunia Barat yang mayoritas penduduknya non-muslim - dan bahkan banyak penduduknya yang mengklaim atheis -, juga jika kita lihat bahwa kehidupan sosial yang harmonis dan maju justru ditunjukkan oleh western ataupun non-muslim society itu, sementara kehidupan di banyak negara-negara muslim justru miskin, terbelakang dan semrawut, tentu ini menjadi ganjalan buat kita yang mengklaim muslimin ini.

Bukankah majunya ilmu dan teknologi serta teraturnya society menunjukkan bahwa mereka adalah kaum yang berakal? Bagaimana Allah membimbing akal sehingga sempurna ... ? segala puji Allah yg maha Rahman & Rahim, Alah Tuhan seru sekalian kesemestaan .. slah satunya bentuk bimbingan maka diberiNya kita asisten cuba baca dan cermati Ar-Ra'ad ayat 11...

HAKEKAT JIWA/RUHANI

Kadang kita terpelesat dalam pemahaman hakikat manakalah disebutkan kata "hati" untuk keruhaniaan... padahal sesungguhnya jika disebutkan maka tidak lain yang dimaksud adalah jiwa...

KADANG KADANG KATA HATI KEHILANGAN PENJELASAN MANAKALA TELAH TERDESAK DALAM RANA LOGISNYA PERCAKAPAN...MENGINGAT HATI DALAM SISTEMIK TUBUH BERFUNGSI SEBAGAI FILTER RACUN DAN BUKAN SEBAGAI OLAH RASA ATAU INDRA
JIKA OTAK DIKATAKAN ALAT ATAU ORGAN BERFIKIR MAKA JELAS KARENA OTAK MEMILIKI FASILITAS SYARAF FIKIR NAMUN JIKA HATI DIKATAKAN ORGAN BER-RASA MAKA JELAS KEHILANGAN PENJELASAN LOGISNYA KARENA ORGAN INI TDK MEMILIKI SYARAF PERASA UNTUK MERASAKAN...

Hati dikatakan sistim ekskresi karena memproduksi urea dan garam empedu. Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati, dilakukan oleh hepatosit. Hingga saat ini belum ditemukan organ lain atau organ buatan atau peralatan yang mampu menggantikan semua fungsi hati. Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal hati.

KEMBALI KE HAKEKAT JIWA...
FUNGSI HATI TIDAK LOGIS UNTUK DIFAHAMI SBG FASILITAS UNTUK  MENGENAL ALLAH....ALLAH DAPAT DIKENALI SECARA PENGETAHUAN DAN HAKEKAT MELALUI FASILITAS AKAL DAN AKAL AKAN EFEKTIF BEKERJANYA  JIKA DIBANTU OLEH JIWA YANG BERSIH DAN  HATI YANG SEHAT UNTUK KEPERLUAN JASMANI..KARENA TDK MUNGKIN ORG SAKIT DPT BERFIKIR YG EFEKTIF...
LEBIH LANJUT...

jIKA DISEBUT HATI DALAM BERBAGAI LITERTUR KESUFIAN SBG KATA "HATI"  gambaran yang sangat jelas kepada kita bahwa ..Yang dimaksud dengan HATI tentu adalah JIWA/RUHANI dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd
hati untuk keperluan ruhani adalah yg dimaksud 'JIWA" bukan hati seonggok daging itu, dan hati kecil = lubuk sanubari

Disebutkan untuk Jiwa yg tenang bukan hati yang tenang. Siapakah yang disebut Nafsul-Muthmainnah?
Al-Qur’an sendiri menyebutkan tingkatan yang ditempuh oleh nafsu atau diri manusia.

Pertama Nafsul Ammarah, yang selalu mendorong akan berbuat sesuatu di luar pertimbangan akal yang tenang. Maka keraplah manusia terjerumus ke dalam lembah kesesatan karena nafsul-ammarah ini. (Lihat Surat 12, Yusuf; ayat 53).
Bilamana langkah telah terdorong, tibalah penyesalan diri atas diri.

Itulah yang dinamai Nafsul-Lawwamah. Itulah yang dalam bahasa kita sehari-hari dinamai “tekanan batin”, atau merasa berdosa. Nafsul-Lawwamah ini dijadikan sumpah kedua oleh Allah, sesudah sumpah pertama tentang ihwal hari kiamat. (Surat 75, Al-Qiyamah ayat 2).
Demikian pentingnya, sampai dijadikan sumpah. Karena bila kita telah sampai kepada Nafsul-Lawwamah, artinya kita telah tiba dipersimpangan jalan; atau akan menjadi orang yang baik, pengalaman mengajar diri, atau menjadi orang celaka, karena sesal yang tumbuh tidak dijadikan pengajaran, lalu timbul sikap yang dinamai “keterlanjuran”.

Karena pengalaman dari dua tingkat nafsu itu, kita dapat naik mencapai “An-Nafsul-Muthmainnah”, yakni jiwa yang telah mencapai tenang dan tenteram. Jiwa yang telah digembleng oleh pengalaman dan penderitaan. Jiwa yang telah melalui berbagai jalan berliku, sehingga tidak mengeluh lagi ketika mendaki, karena di balik pendakian pasti ada penurunan. Dan tidak gembira melonjak lagi ketika menurun, karena sudah tahu pasti bahwa dibalik penurunan akan bertemu lagi pendakian. Itulah jiwa yang telah mencapai Iman! Karena telah matang oleh berbagai percobaan.

Jiwa inilah yang mempunyai dua sayap. Sayap pertama adalah syukur ketika mendapat kekayaan, bukan mendabik dada. Dan sabar ketika rezeki hanya sekedar lepas makan, bukan mengeluh. Yang keduanya telah tersebut dalam ayat 15 dan 16 tadi.

Jiwa inilah yang tenang menerima segala khabar gembira (basyiran) ataupun khabar yang menakutkan (nadziran).
Jiwa inilah yang diseru oleh ayat ini:
“Wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman.” (ayat 27). Yang telah menyerah penuh dan tawakkal kepada Tuhannya: Telah tenang, karena telah mencapai yakin: terhadap Tuhan.

Berkata Ibnu ‘Atha’: “Yaitu jiwa yang telah mencapai ma’rifat sehingga tak sabar lagi bercerai dari Tuhannya walau sekejap mata.” Tuhan itu senantiasa ada dalam ingatannya, sebagai tersebut dalam ayat 38 dari Suray 13, Ar-Ra’ad.
Berkata Hasan Al-Bishri tentang muthmainnah ini: “Apabila Tuhan Allah berkehendak mengambil nyawa hamba-Nya yang beriman, tenteramlah jiwanya terhadap Allah, dan tenteram pula Allah terhadapnya.”

Berkata sahabat Rasulullah SAW ‘Amr bin Al-‘Ash (Hadis mauquf): “Apabila seorang hamba yang beriman akan meninggal, diutus Tuhan kepadanya dua orang malaikat, dan dikirim beserta keduanya suatu bingkisan dari dalam syurga. Lalu kedua malaikat itu menyampaikan katanya: “Keluarlah, wahai jiwa yang telah mencapai keternteramannya, dengan ridha dan diridhai Allah. Keluarlah kepada Roh dan Raihan. Tuhan senang kepadamu, Tuhan tidak marah kepadamu.” Maka keluarlah Roh itu, lebih harum dari kasturi.”

“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai.” (ayat 28). Artinya: setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena ridha; dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan sendiri kepatuhanmu kepada_nya dan tak pernah mengeluh.

“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.” (ayat 29). Di sana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain, yang sama taraf perjuangan hidup mereka dengan kamu; bersama-sama di tempat yang tinggi dan mulia. Bersama para Nabi, para Rasul, para shadiqqin dan syuhadaa. “Wa hasuna ulaa-ika rafiiqa”; Itulah semuanya yang sebaik-baik teman.
“Dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (ayat 30). Di situlah kamu berlepas menerima cucuran nikmat yang tiadakan putus-putus daripada Tuhan; Nikmat yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan lebih daripada apa yang dapat dikhayalkan oleh hati manusia.

Dan ada pula satu penafsiran yang lain dari yang lain; yaitu annafs diartikan dengan roh manusia, dan rabbikidiartikan tubuh tempat roh itu dahulunya bersarang. Maka diartikannya ayat ini: “Wahai Roh yang telah mencapai tenteram, kembalilah kamu kepada tubuhmu yang dahulu telah kamu tinggalkan ketika maut memanggil,” sebagai pemberitahu bahwa di hari kiamat nyawa dikembalikan ke tubuhnya yang asli. Penafsiran ini didasarkan kepada qiraat (bacaan) Ibnu Abbas, Fii ‘Abdii dan qiraat umum Fii “Ibaadil.
Wallahu A’lam Bishshawaabi.

Apakah "Rohani" memiliki akal...?

Selain dari pada Allah ... segalanya kesemestaan disebut "mahluk"
Mahluk atau materi ada 2 (dua) perwujudannya benda (atom) dan cahaya (foton) lihat ----->http://www.facebook.com/groups/insanlail/photos/

Kedua wujud benda (atom) dan Cahaya(foton)---àMemilki energy
Jasmani ---àdominan benda(atom)
Rohani ---àdominan Cahaya(foton)
Bagi Manusia kedua-duanya satu didalam penciptaanNya
Akal bersifat energy dan ghaib (bahkan  sangat ghaib)
Pada jasmani ---àAkal Energi  otak
Pada Rohani ---àAkal Energi  Qalb (bukan maksudnya hati/liver/jantung atau segumpal daging)
Pada Rohani ---àAkal Energi  Qalb (baca Al-Mulk 13)
Dinegeri akhirat ----àBagi Manusia Jasmaninya sirna dan Rohani menuju panggilanNya
Setiap Rohani dpat berdialog, namun tdk memerlukan tidur dll selayaknya jasmani
Suatu waktu rohani menyesali kerja samanya dgn jasmani dan perbuatan jasmaninya---à (Al-An’aam 31)

Apakah Ilmu Agama Dipahami dgn KEYAKINAN ataukah dengan AKAL …?
Akal sesuatu yg kadang kita sinis dan tak segan kita mencibirnya ….ntahlah
Mari belajar bersama…. Sehingga terhindar dari pandangan yang dogmatis

Kita sepertinya sinis dan mencibirnya  atau barangkali Trauma dengan pengertian AKAL dan berpendapat bahwa mempelajari agama dgn akal dpt menyebabkan kita menafsirkan ayat-ayat “Secara akal-akalan” . “ Secara akal-akalan “ itulah yang perlu di diverifikasi. Bila Ayat-ayat tdk dipelajari dengan akal , lalu dgn apa harus dipelajari?

Mungkin ada yang berpendapat dgn keyakinan, lalu apa yg dimaksud dgn keyakinan ?  Bukankah  keyakinan adalah buah dari pemahaman,  lalu bara.. bagaimana mungkin kita dapat memahami jika kita  tdk  bertitik tolak dari pengertian ? dan pengertian itu terbit dari upaya kita yang menggunakan akal…

Atau bagaimana jika akal itu dicabut saja ? apakah lalu bara kita kemudian dapat menjadi orang yakin ? Bukankah Allah menyatakan manusia itu sempurna karena Akalnya… tdkah kita mendurhakai Allah apabila kita tidak menggunakan akal sehingga tdk menjadi mahluk yang tdk utuh lagi dalam kesempurnaan ciptaannya…

Kokohnya keyakinan mengakar pada dua hal berfikir (dgn akal) dan mengamalkan (implementasinya dgn zikir, sholat, puasa dan sebagainya). Keduanya yakni fikir dan zikir  tsb ber-ujung pada ilmu .. dan ilmu yang mendalam disebut menjiwai…  jika sdh menjiwai maka memiliki fenomena tabiat yakni rendah hati dan teguh pendirian. Org ber-ilmu tdk pernah menyerah, mrk dpt menrima pendapat org lain, dan bila salah pendapat itu maka wajib untuk diluruskan … sehingga org ber-Ilmu dan ber Imanlah yg diangkat derjatnya oleh Allah SWT melebihi para malaikat….

HAKEKAT "RUH"

Dimasa Rasulullah :

1) Kaum Yahudi berkata : “Tanyakan pada dia tentang ruh.”
2) Rasulullah menjawab kepada kaum Yahudi:

... ... ((يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّيْ وَماَ أُوْتِْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً))

“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.” (Al-Isra: 85)

MENCERMATI...

Jika kaum yahudi, nasrani dan para pemfitnah islam bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah :
1) Ruh itu termasuk urusan Rabbku (Allah)
2) Dan tidaklah kaum yahudi, nasrani dan para pemfitnah islam diberi pengetahuan melainkan sedikit’.

DENGAN DEMIKIAN MAKA

Jika kaum yahudi, nasrani dan para pemfitnah islam diberi pengetahuan melainkan sedikit tentang ruh lalu apakah ini mengisyaratkan bahwa "ada kemungkinan kaum muslim yang muhksin yang diberi lebih banyak dari yang sedikit tentang pengetahuan ruh ....????" ..... Rabbana atina milladunka rahmatan wahayyil lana min amrin rasyadat......

 HAKEKAT NAFSU

MENCERMATI KEMUDURAN BERFIKIR DIKALANGAN UMMAT ISLAM

RABBANA ATINA MIL LADUNKA RAHMATAW, WA HAYYI’ LANA MIN AMRINA RASYADA…. ( “WAHAI TUHAN KAMI, BERIKANLAH RAHMAT KEPADA KAMI DARI SISI-MU DAN SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI PETUNJUK YANG LURUS DALAM URUSAN KAMI (INI).”

MENCERMATI KEMUDURAN BERFIKIR DIKALANGAN UMMAT………

Kita sepertinya sinis dan mencibirnya  atau barangkali Trauma dengan pengertian NAFSU sehingga tak segan-segan kita menghujatnya… !!!
Sehingga muncul ucapan-ucapan peninggalan produk keyakinan agama pra islam yang masih saja kita adopsi… seperti “Bagaimana mungkin engkau bisa mendekat apalagi mengenal ALLAH. jika hawa nafsu masih bercokol kuat dalam tubuhmu..?.

Duhai kaum muslim saudaraku… Bagaimana jika kita meminta saja kepada Allah agar yang namanya nafsu itu dicabut saja dari jasmania kita ????
Dan readaksi doa sebelum membaca Al-Quran sbb :

عوذ بالله من الشيطان الرجيم

Aku berlindung kepada Allah dari godaan “syaitan” yg terkutuk
Kita ganti menjadi :
Aku berlindung kepada Allah dari godaan “nafsu” yang menjadi penghalang

Lalu tentu ada yang berpendapat …aaah ! itu keliru…
Mungkin disaat tulisan ini terbaca kekeliruan itu di Insyafi… tetepi cobalah tengok dalam berbagai tulisan/status/apa saja yang ada dalam lebel muslim … maka masih saja kita pelupa !
Fungsi NAFSU : Ada yang mengatakan secara sempit  Nafsu hanyalah yang cenderung pada kejahatan, …. Padahal Nafsu adalah energy penggerak jiwa, motor keinginan,  bahwa hawa nafsu sangat esensial bagi manusia dalam menempuh kesempurnaan hidup.

Nafsu cukup dikendalikan jangan mematikannya… mematikan nafsu sangat bertentangan dgn kodraan kemanusia…. Karena nafsulah yang dipanggil Allah dalam kedamaian…. Yakni nafsu yang terkendali
“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai.” (ayat 28). Artinya: setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena ridha; dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan sendiri kepatuhanmu kepada_nya dan tak pernah mengeluh .

HEKEKAT SYAITAN

1. SETAN DARI BANGSA MANUSIA
Setan itu dpt juga dari bangsa "MANUSIA" jika tdk mengikuti perintah dan larangan Allah, dan malah hanya mau mengikuti bisikan/wash-wash "iblis" dan manusia bisa anda lihat ...

2. SETAN DARI BANGSA JIN
Setan itu dpt juga dari bangsa "JIN" jika tdk mengikuti perintah dan larangan Allah, dan malah hanya mau mengikuti keinginannya sendiri mereka disebut IBLIS. dan Jin tdk bisa anda lihat

"Jika jin dapat dilihat termasuk setannya.... maka inilah yang memerlukan pengetahuan "

Karena Iblis dari Bangsa Jin --------> maka Iblis bisa melihat namun kita tidak bisa melihatnya (tidak jelas), Jika iblis Dinyatakan iblis itu adalah nyata (jelas) karena jelas kepentingan untuk menyesatkan (musuh yang nyata)

Dengan demikian kita dapat menginsafi sesungguhnya bukan nafsu/syahwat musuh (yang nyata) bagi kita manusia ... nafsu hanyalah fasilitas yang diberikan Allah kepada kita sama seperti Akal... kita cuma diminta hati-hati dgn nafsu/syahwat jangan sampai ditunggangi Iblis dgn senjata wash-washnya. Allah meminta agar nafsu/syahwat dikendalikan bukan dijadikan mush.

Bagi yang menganggap nafsu/syahwat musuh (yang nyata) bagi kita manusia silahkan bergabung dgn rahib atau pendeta yang tdk mau kawin/menikah... mereka tau koq caranya membunuh nafsu sbg musuh.

DASARNYA

1) Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manu-sia dan (dari jenis) jin." (Al-An'am: 112)

2) Didalam musnad Imam Ahmad dari Abu Dzar ra., dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

يا أبا ذار تعوذ با الله من الشسا طين الإنس و الجن

Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari setan manusia dan jin.

2) "Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Shad: 82-83

QALBU

 Qalbu adalah Singgasana Allah
Pusat kendali diri setiap manusia
Landasan penampakkan Al Haq
Ranah hamparan kasih rahmatNya

Ia adalah cerminan hakikatNya
Mikroskop nilai keluhuranNya
Wadah penampung kalamNya
Jaring penangkap isyarat-isyaratNya

Ia dianalogikan dengan cahaya
Diurai dengan huruf-huruf Qur’ani
Ia laksana, minyak dan lampu
Dalam Misykat serta kaca menyala

Ia mudah terbalik dan pongah,
Qalbu yang ingat mulia, yang lalai nista,
Ia kadang bersinar, kadang gelap,
Ia menyinari jagad diri dan kehidupan,

Qalbu didatangi DutaNya untuk
Dipersiapkan menerima tugas ketuhanan
Qalb suci bermoral malaikatNya
Qalbu kotor berkarakteri setan terlaknat

Qalbu adalah penanda setiap insan
Adakah ia manusia baik atau buruk
Ia merupakan pundit rahasia batin
Samudera pengetahuan setiap manusia
Ia kunci pembuka keagunganNya
Pintu pembentang rahasia-rahasiaNya

Itulah wajah hakiki qalbumu yang sesungguhnya
Simpanlah rahasia batinmu, kau akan melihat rahasiaNya

Kebahagiaan dunia bisa diraih dengan jejak kaki
Kebahagiaan hakiki akhirat hanya bisa ditempuh dengan qalbu

Penyingkapan Agung dan tirai Makrifat terbuka oleh “laku“ qalbu
Rapor kebaikan dan keburukan setiap insani berdasar “laku“ qalbu

Manusia yang membiarkan kalbunya penuh noda hati
Selamanya tidak akan merasakan penyingkapan rahasia AgungNya

Qalbu adalah perbendaharaan agung
Modal utama setiap manusia menujuNya
Insan yang tidak memuliakan kalbunya
Akan menuai keburukan abadi di sisiNya

Qalbu adalah landasan pacu hakikat
Nilai hakiki tidak akan landing di qalbu yang kotor
Qalbu yang tidak suci berlumur hijab
Qalbu yang terhijab tidak akan Makrifatullah

Qalbu adalah media Wushul da Qurb
Keintiman denganNya juga dengan “laku“ qalbu
Hakikat kebaikan bersendikan qalbu
Kebaikan yang tidak bernurani, adalah busuk

Ilham suciNya turun di qalbu suci
Qalbu buruk adalah landasan bisikan jahat setan
Muara “laku“ qalbu adalah ridhaNya
KerelaanNya hanya berdasarkan “laku“ qalbu jernih
KemurkaanNya akibat “ulah“ qalbu
Siksa pedih akhirat juga akibat “ulah“ busuk qalbu

Qalbu adalah sentra penentu nasib
Kebahagiaan dan kesengsaraan hakiki akibat qalbu
Qalbu yang taat beroleh ridhaNya
Qalbu yang kufur, akan menuai kemurkaanNya
Qalbu yang pongah dan tersesat
Adalah qalbu yang lupa mendzikir padaNya
Wajah kebaikan qalbu adalah lurus
Wajah kesesatan qalbu, tindak kemaksiatannya

Tajamkan mata Qalbu dan pikir
Akan tersingkap keagungan rahasia ayat-ayatNya
Qalbu adalah pengantin jasad dan ruh
Hanya Qalbu Sakinah yang sambung dengan DiriNya

Lihatlah kepada “laku“ baik qalbumu
Itulah rahasia batinmu, dan modal utamamu menujuNya
Pandanglah kebaikan-kebaikanNya
Akan ditampakkan untukmu segala makna hakiki

►Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili [1366M - 1430M]

Hati adalah cermin pribadi setiap manusia. Lalu, cermin model manakah yang kita miliki dalam hati kita? Apakah hati kita bersih laksana cermin yang berkilau sehingga manantulkan perbuatan yang baik, ataukah malah kotor dan buram yang membuat kita selalu buruk? Hal ini sepertinya tergantung bagaimana kita merawat cermin hati yang kita miliki.
Bila kita selalu menjaga hati agar selalu bersih dan bening, maka cerminan perbuatan yang muncul pun akan selalu baik dan benar. Sebaliknya, kalau selalu membiarkan cermin hati kita kotor, dengan hiasan perbuatan buruk kita, maka pantulan kaca hati kita pun menjadi buram.

Empat Sifat Hati

Iman Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan bahwa di hati manusia berkumpul empat sifat. Sifat Sabu’iyah (kebuasan), bahimiyah (kebinatangan), syaithaniyah (kesetanan), dan rabbaniyah (ketuhanan). Masing-masing sifat itu bisa saling mengalahkan, tergantung dari manusia itu sendiri.
Kalau sifat rububiyahnya yang menang, akan timbul sifat manusia itu menjadi baik. Seperti mampu menahan hawa nafsu, qana’ah, iffah, zuhud, jujur, tawadhu, dan sejumlah sifat baik lainnya.
Manusia dengan hati yang demikian itu, senantiasa mengingat Allah. Dengan demikian, jiwanya selalu tenang dan tentaram. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Rad [13] : 28). Inilah hati orang-orang yang beriman. Tidak ada kebencian, kedengkian, kesombongan, dan penyakit hati lainnya yang bersarang di dadanya.

Seperti dikatakan Rasullulah dalam sebuah Hadits. “Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak.” (HR. Ahmad dan Thabrani).
Sementara hati yang kotor, tentunya mencerminkan perbuatan yang kotor pula. Inilah orang-orang kafir. Segala perbuatan yang dilakukannya selalu jelek dan bertentangan dengan perintah Allah. Hal ini terjadi karena cermin dari hati yang kotor itu. Akibatnya, mamantul kepada perbuatannya.

Alquran menyebutkan, hati mereka telah terkunci dengan kebenaran. Bagi mereka, dinasehati atau tidak, sama saja. Selalu yang dilakukan perbuatan buruk. Karena cermin hatinya telah terkunci dengan kotoran. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang sangat berat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 6-7)

Sedangkan orang-orang munafik, di hati mereka terdapat penyakit. “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyekitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka dusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah [2] : 10-12).

Begitulah fenomena sebuah hati, yang merupakan cermin bagi setiap tindak-tanduk manusia. Bila cermin itu bening, maka yang memantul adalah perbuatan baik. Sebaliknya, bila hati itu kotor maka yang muncul adalah suara atau perbuatan jelak dan kemaksiatan.
Dengan demikian, ketika ada orang yang mengatakan ‘hati nurani adalah suara kebenaran,’ itu tidak selalu benar. Ini tergantung dari hati nurani siapa dahulu. Kalau hati nurani orang-orang yang beriman, itu memang suara kebenaran. Akan tetapi, kalau hati nurani orang kafir atau orang munafik, itu pasti adalah suara keburukan dan penipuan.

Karena itulah, bagi setiap orang beriman diperintahkan selalu menjaga kebeningan hatinya, yaitu dengan selalu menjalankan perintah Allah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Dengan begitu, berarti ia senantaisa menjaga kebeningan hati. Sehingga cermin yang ada di hatinya selalu bening dan akan memunculkan perbuatan yang baik.

Cahaya Hati

“Allah Ta’ala menerangi alam dengan cahaya makhluk-­Nya, dan menerangi hati manusia dengan cahaya sifat-sifat-­Nya. Oleh karena itu, cahaya alam bisa terbenam, akan tetapi cahaya hati dan kegaiban hati tidak bisa terbenam. Seperti kata penyair, “Sesungguhnya matahari terbenam di waktu malam, sedangkan matahari hati tidak pernah terbenam. “

Cahaya bagi alam semesta, adalah cahaya Allah yang menerangi hati para hamba yang mengetahui kebenaran, dan menghiasi batin hamba yang saleh dan taat. Oleh karena itu, hati hamba yang telah mendapat sinar Ilahiyah, tidak pernah redup dan selamanya akan bersinar, seperti matahari menyinari rembulan yang menyinarkan cahaya sepanjang malam. Cahaya itu memberi ketenangan dan keteduhan di hati. Cahaya dari Al­lah yang menyelusup masuk ke dalam hati insan melebihi sejuknya sinar rembulan, memantulkan penawar ke dalam jiwa manusia sehingga bertambah akrablah sang hamba dengan Al Khaliq.

Cahaya Allah yang berupa sifat-sifat Allah yang suci dan mulia bersinar di dalam hati sanubari manusia, memperteguh keyakinan sehingga si hamba mendapat kesejukan dan kenikmatan dalam jiwanya. Merasakan kesejukan dan kelezatan iman dalam jiwa akan menumbuhkan ketenangan yang sangat diperlukan oleh jiwa yang resah gelisah. Jiwa akan menjadi sakinah dan mutmainnah setelah mendapat sinar yang menerangi hidup manusia lahir dan batin. Ketenangan jiwa yang mendapat sinar dari Allah Swt. akan memberi kekuatan, keteguhan dalam mempertahankan hidup suci dalam ketaatan, serta memperkokoh (istiqamah) mempertahankan keimanan clan keyakinan.

Allah Jalla Jalaluh telah menerangi alam semesta ini dengan cahaya matahari, bulan dan bintang. Cahaya itu adalah pantulan dari cahaya makhluk ciptaan Allah. Akan tetapi memancarkan cahaya abadi dari kemuliaan sifat-sifat-Nya ke dalam hati sanubari manusia. Itulah yang abadi, tidak pernah redup, tidak pernah mati, Matahari yang bersinar di langit bisa redup, akan tetapi matahari yang bersinar di hati tak pernah redup. Itulah sinar Allah yang memantul ke dalam hati hamba-hamba yang tekun beribadah.

 ”Nur Cahaya yg tersimpan dalam hati itu datangnya dari Nur yg datang langsung dari perbendaharaan ghaib.”
“Adakalanya hati itu terhenti pada sinar cahaya-cahaya itu, sebagaimana terhijabnya nafsu dengan padatnya benda-benda makhluk.” (Al-Hikam)

Nur keyakinan yg ada dlm hati orang-orang arif salurannya langsung daripada Nur ala nur. Allah telah menerangi alam benda yg dzohir ini dg cahaya benda buatanNYA. Dan Allah menerangi hati batin itu dg cahaya sifat-sifatNYA.

Dg cahaya matahari kita melihat benda2 alam, tetapi hanya dg nur iman keyakinan kita dpt melihat langsung kpd Allah yg menjadikan benda.

Hijab yg dpt menghalangi manusia berjalan kpd Allah itu adakalanya Nur dan adakalanya kegelapan. Bila yg menghentikan perjalanan kpd Allah itu ilmu, maka itu bernama hijab Nur. Dan bila yg menghalangi perjalanan itu berupa adat kebiasaan dan syahwat, maka itu bernama hijab kegelapan.Hati dpt silau oleh Nur Cahaya ilmu, sebagaimana silaunya nafsu dg kegelapan benda. Sedang Allah dibalik semua itu.

Jumat, 18 Agustus 2017

Sistem Negara Produktivitas Tinggi Tanpa Wakil Rakyat & Tanpa DPR/DPRD

(SOLUSI TUNTAS AKAR DARI AKAR MASALAH BERBANGSA & BERNEGARA)

Pernyataan Presiden SBY tgl 30 September 2014 untuk mengeluarkan PERPU untuk tetap memberlakukan kembali pemilihan langsung pilkada, layak kita sambut dan hargai, namun ini hanya menyelesaikan sebagian kecil saja, bukan solusi tuntas akar dari akar masalah berbangsa dan bernegara, bahkan sejak 1945 dibandingkan dengan rekan di Asia Timur (Jepang, Korea, Cina, Singapura, Malaysia, dll) Indonesia tidak pernah berhasil memiliki pemerintahan produktivitas tinggi yang merepresentasikan orang Indonesia terbaik dan program terbaik bagi kepentingan publik, karena dipenuhi oleh pertikaian politik dalam negeri (terakhir skenario berpotensi “chaos” Koalisi Merah Putih mengganjal Jokowi-JK) & perebutan kekayaan negara oleh asing. Ada perkiraan kekayaan SDA Indonesia ± USD 40 triliun, GDP Indonesia ± USD 1 triliun/tahun, APBN ± USD 200 miliar/tahun.

Disisi lain, Indonesia dan banyak negara di dunia dicemaskan pada lima defisit besar berskala global (“PANCA DARURAT”), membahayakan keamanan nasional & berpotensi bom waktu menenggelamkan negara: defisit minyak/energi & pangan (ketergantungan impor), defisit air & lingkungan; defisit APBN; defisit moral/etika/korupsi dan defisit politik (defisit politik penyebab utama defisit lainnya). 

Coba kita simak Mukadimah UUD 1945 paragraf yang terkait langsung; 

............. Kemudian dari pada itu untuk MEMBENTUK SUATU PEMERINTAH Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM, MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, DAN IKUT MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Praktis semua tidak dilaksanakan, padahal Mukadimah UUD 1945 memerintahkan: membentuk suatu pemerintah untuk kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan perdamaian dunia. Kedaulatan tertinggi rakyat dinyatakan didalam pernyataan: ....Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Bisa diartikan negara menghendaki agar rakyat menggunakan kedaulatan tertinggi yang dimilikinya untuk bermusyawarah menyelesaikan masalah apapun, yang kalau tidak tercapai kesepakatan dapat melakukan jalan lain misalnya voting. Ini juga bisa berarti bahwa rakyat mempunyai kedaulatan tertinggi untuk mengurus kepentingannya sendiri TANPA HARUS SELALU MELALUI WAKIL RAKYAT. Dengan kata lain rakyat berhak untuk memutuskan sendiri sistem politik yang terbaik tanpa melalui wakil rakyat, demi terwujudnya pemerintahan yang produktif menghasilkan keadilan dan kesejahteraan umum secepat-cepatnya secara berkesinambungan.

Untuk membentengi kepentingan rakyat, maka rakyat dapat menggunakan kedaulatan tertingginya melalui dua tahapan: pertama tahapan mekanisme PASKA PEMILU melalui REFERENDUM NASIONAL dan kedua tahapan mekanisme MASA PEMILU. Melalui mekanisme Paska pemilu, ke depan rakyat menentukan sistem negara yang paling produktif dan terbaik untuk mampu menyaring warga Indonesia terbaik (pekerja keras, jujur, punya integritas dan cerdas) untuk duduk dalam paket pemerintahan solid dan terpadu serta rakyat menyaring program kerja pejabat publik yang disiapkan jauh sebelumnya. Bilamana sistem negara terbaik telah diperdebatkan oleh para ahli, dan disosialisasikan, maka sistem politik (UU Politik baru) ini disepakati oleh seluruh rakyat melalui referendum nasional. Tahapan berikutnya berdasarkan UUD/UU Politik yang baru tersebut, maka dilaksanakan tahapan pemilu paket pemerintahan produktivitas tinggi. Paket mensyaratkan partai/koalisi partai/non partai/koalisi non partai mengajukan paket pemerintahan, misalnya paket presiden, wakil, menteri-menteri, bupati/wali kota beserta program tertulis dan terpadu, yang disosialisasikan terlebih dahulu selama tiga atau enam bulan, untuk dipilih dan dilegitimasi final oleh seluruh warga negara pemilih. 

Untuk merancang sistem negara dimaksud, kita perlu belajar dari bangsa maju terutama lima dekade terakhir: kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh lima hal utama (“PANCA STRATEGI”) yaitu: pertama produktifitas politik yang tinggi dari penyelenggara negara hasil saringan sistem kepartaian, sistem pemilu, sistem tata kelola negara yang terbaik; kedua produktifitas masyarakatnya yang tinggi ( society productivity) yang bercirikan pekerja keras, punya integritas dan cerdas, hasil sistem pendidikan kelas dunia; ketiga produktivitas tinggi ekonomi (economic productivity) hasil dari kebijakan politik ekonomi penyelenggara negara; keempat adalah strategi incorporated yang mendahulukan keberpihakan nasional (national interest), menghasilkan barang jasa berdaya saing untuk pasar global. Kelima partisipasi dan dukungan rakyat, seluruh pejabat publik dalam paket pemerintahan dipilih oleh seluruh warga negara (bukan oleh warga daerah setempat saja), sehingga kesatuan NKRI yang sangat plural semakin kokoh/tidak gampang terpecah. Sayangnya kelima faktor strategis diatas praktis tidak dimiliki oleh Indonesia. Bisa dikatakan Panca Strategi merupakan penerapan nilai-nilai Pancasila yang kontekstual jaman.

Bagaimana kontrol terhadap pemerintahan dilakukan ?

Pada prinsipnya kedaulatan tertinggi tetap terjaga utuh ditangan rakyat tanpa diwakilkan kepada siapapun termasuk tidak diwakilkan kepada institusi politik penyelenggara negara. Rakyat memilih pemerintah beserta program yang terbaik saja, pemerintah berfungsi sebagai kontraktor pelayan rakyat untuk melaksanakan program yang sudah disahkan warga negara pada hari pemilu. Pada prinsipnya penyelenggaraan pemerintahan dan pengawasannya dilaksanakan sepenuhnya oleh warga negara sebagai pemilik kekayaan negara/sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, sesuai amanat hampir disemua konstitusi di dunia. Namun dalam praktek kesehariannya, rakyat dengan kedaulatannya menunjuk lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan dan fungsi pengawasan. Katakanlah lembaga MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) yang menjalankan fungsi pengawasan, terdiri dari utusan daerah dan utusan golongan serta wakil partai yang memenangkan pemilu paket pemerintahan. PARTAI YANG KALAH DALAM PEMILU TIDAK DUDUK DI DALAM LEMBAGA PEMERINTAH & MPR. MPR dapat menunjuk komisi ahli untuk bekerjasama dengan sektor-sektor terkait dalam pemerintahan ditingkat pusat. Ditingkat daerah MPR dapat menjalankan fungsinya sebagai MPR Daerah propinsi, yang terdiri dari utusan daerah dan utusan golongan kabupaten beserta utusan partai yang memenangkan pemilu (MPR Daerah kabupaten tidak diperlukan).

Fungsi MPR/MPRD terutama adalah memberikan dukungan kepada pemerintah pusat & daerah serta pengawasan sekaligus, agar program paket pemerintahan yang sudah disahkan oleh rakyat dapat berjalan lebih lancar. MPR/MPRD tidak dimaksudkan untuk menghambat realisasi program rakyat tersebut, artinya MPR/MPRD merupakan partner pemerintah untuk mempercepat realisasi program, bukan oposisi pemerintah. 

Dengan demikian akan diperoleh sistem negara yang lebih sederhana, kondusif dan produktif (tanpa DPR/DPRD/DPD, tanpa wakil rakyat, tanpa partai yang kalah dalam pemilu). Sistem ini didasarkan kepada sistem produktivitas tinggi penyelenggara negara, bukan lagi didasarkan pada sistem distribusi kekuasaan dan sistem representatif (wakil rakyat). Bila sistem ini disetujui, maka sebagai konsekuensinya batang tubuh UUD 1945 dan UU terkait seyogyanya disesuaikan dimana mukadimah UUD 1945 termasuk Pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai suatu kesepakatan final berbangsa dan bernegara dalam negara kesatuan Republik Indonesia tidak berubah sepanjang masa, batang tubuhnya saja yang disesuaikan dengan kontekstual jaman. 

Walaupun UUD 1945 teks asli beserta penjelasannya mengalami perubahan sesuai kebutuhan jaman namun UUD 1945 teks asli beserta penjelasannya tetap tidak dihapuskan dan merupakan bagian dari falsafah bangsa bersama Pancasila.

Bilamana kedaulatan tertinggi warga negara secara efektif diwujudkan dalam konstitusi diberbagai negara di dunia, maka kekuatan uang dapat diatasi oleh kekuatan rakyat yang berdaulat melalui dua mekanisme di atas, maka kebijakan politik ekonomi masing-masing negara dipastikan berpihak kepada kepentingan warga negara yang pasti anti perang, anti pemanasan global (kerusakan lingkungan) dan menghormati kedaulatan negara lain, sehingga lembaga-lembaga multilateral dunia bisa berfungsi kembali untuk kepentingan warga negara dan warga dunia (bukan untuk kepentingan pemilik uang) dan kesenjangan kaya miskin dapat dihilangkan. GLOBAL WISDOM SOCIETY yang dicita-citakan. Semoga ...

Ini hanya sebuah gagasan awal yang pasti jauh dari sempurna dan mari kita berdiskusi ***

Jumat, 28 Juli 2017

Sains Jelaskan Keabadian Setelah Kematian .


71 Yes On Energi Sains Jelaskan Keabadian Setelah Kematian  

Kehidupan setelah kematian selama ini hanya dianggap sebagai doktrin agama. Namun kini ilmu pengetahuan menjelaskan kebenaran ranah agama tersebut. Sebuah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan kematian bukanlah pemberhentian terakhir. Observasi ilmiah yang dilakukan menyimpulkan kehidupan dan kematian ternyata berkorespondensi dengan "alam lain" (multiverse). 

Paparan ilmiah tersebut dijelaskan oleh teori ilmiah bernama biosentrisme ( ditemukan asli putra bangsa didalam lembaga pemasyarakatan Kelas II Bekasi Radin Fikar Rahandika Alkadrie ). Menurut teori ini, kendati tubuh dirancang untuk hancur sendiri, namun ada sebuah 'energi' yang bekerja dalam otak, yaitu 'perasaan hidup' mengenai 'siapakah saya'. 

"Energi itu tidak musnah ketika manusia mati," Radin Menukis dalam sebuah Tesis H.C tahun 2012, dibuat ketika di Lapas Bekasi II  dunia , Jumat, 25 Januari 2012. Teori sains tentang energi memang menjelaskan hukum kekekalan energi.

Menurut Radin, energi 'perasaan hidup' itu tak tercipta, tapi tak juga bisa musnah. Lantas, apakah energi ini berpindah dari satu dunia ke dunia lain?

Sebuah eksperimen yang belum lama ini dipublikasikan dalam jurnal Science(SWA dan Kosmo) memperlihatkan Radin Fikar Rahandika Alkadrie bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi pada masa lalu. Lewat percobaan yang menggunakan beam splitter (perangkat optik yang membelah berkas cahaya), partikel-partikel energi diputuskan keberadaannya. Ternyata, dari situ dapat ditentukan apa yang berlaku pada partikel ini pada masa lalu sehingga seseorang dapat menyelami pengalaman di masa lalu.

Kaitan antara pengalaman dan semesta ini melampaui gagasan-gagasan manusia mengenai ruang dan waktu. Tapi Teori  biosentrisme(Sebagai penemu teori Radin Fikar Rahandika Alkadrie) sendiri menyatakan, ruang dan waktu bukan obyek sulit seperti yang dibayangkan. 

Teori ini menganalogikan waktu sebagai udara yang sia-sia untuk ditangkap manusia karena memang tak pernah bisa diraih. "Anda tak bisa melihat apa pun melalui tulang tengkorak yang menyelimuti otak Anda," kata Radin Fikar Rahandika Alkadrie. "Apa yang Anda lihat dan rasakan sekarang adalah putaran informasi pada otak Anda." 

Menurut biosentrisme (Radin Fikar Rahandika Alkadrie ), ruang dan waktu semata-mata adalah alat penghimpun informasi secara bersamaan. Karena itulah, dalam dunia yang tidak ada ruang dan waktu, tak ada istilah kematian.

Hakekat Kematian Menurut Ilmu Pengetahuan

Kematian sebagai salah satu dari fenomena kehidupan yang biasa terlihat di tengah-tengah kita, telah membuat ‘bingung’ para ahli biologi. Mereka dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat tinggi telah berusaha untuk menemukan hakikat dari kematian ini.

Namun kematian tetap saja, sebagai sebuah misteri, sangat sulit untuk dipahami apalagi dihindari. Kemampuan manusia tidak akan dapat mengetahui hakikatnya, karena keterbatasan kemampuan, sesuai yang diberikan Allah. 

Pada masa silam, manusia umumnya meyakini bahwa kematian merupakan fenomena umum yang terjadi dan berhubungan dengan tubuh manusia, di mana tubuhnya mengalami suatu proses kehilangan fungsi kehidupannya. Namun dengan kemajuan ilmu biologi, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa kematian, ternyata melancarkan serangan yang menyebabkan sel-sel tubuh mati dan kehilangan fungsinya.

Kematian sel-sel ini dimulai dengan kerusakan dan kematian zat-zat yang terdapat dalam sel, akibat serangan mikroba dari luar tubuh sel, yang tidak dapat dilawan oleh antibodi yang dimilikinya. Dalam keadaan ini, kematian mengakibatkan perubahan yang terjadi pada fungsi dan kemampuan struktural yang dimiliki sel-sel hidup yang terdapat pada tubuh. Perubahan ini dapat langsung dirasakan oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan kematiannya. Dari sini, kita dapat mengatakan bahwa sel hidup yang terdapat dalam tubuh kita dapat merasakan ‘kematian’ ini.

Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran yang terdapat pada surah Ali Imran ayat 185 yang berbunyi: "Tiap-tiap yang berjiwa (hidup) pasti akan merasakan maut."

Ungkapan Alquran yang menggabungkan makna dari kata ‘nafsun’ dengan makna dari kata ‘dza-iqotul maut’, menggambarkan hubungan antara apa yang dirasakan oleh 'nafsun' tersebut dengan ‘kematian’. Dan cara pengungkapan yang memilih penggunaan kata subyek ‘dzaa-iq’ yang berasal dari kata 'dzaaqa', dan tidak menggunakan kata subyek ‘mutadzawwiq’ yang berasal dari kata 'tadzawwaqa' menggambarkan bahwa kematian pada mulanya, menimpa bagian dalam sel-sel tubuh, bukan bagian luarnya. Hal ini sesuai dengan apa yang kita dapatkan dari hasil analisa sel yang membuktikan terdapatnya semacam ‘kesiapan sel untuk mati’ atau apa yang dapat kita sebut sebagai ‘batasan waktu kematian’ (al-miiqaat az-zamani lil maut).

Di mana, sejak terciptanya suatu gen dari suatu sel tertentu, sesungguhnya setiap sel telah memiliki sketsa yang mengatur kehidupan dan fungsinya, serta batasan waktu berakhirnya fungsi sel tersebut atau kematiannya. Sebagai buktinya, adalah kematian sebagian sel tubuh sebelum datangnya serangan mikroba yang menyebabkan kematiannya.

Hal ini sebagaimana isyarat yang diberikan Alquran dalam surah Yunus ayat 49. Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)."

Tentang waktu tertentu bagi kematian sel-sel hidup, juga dijelaskan dalam surah ar-Ra’d ayat 38. Allah SWT berfirman: "Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)."

Kemudian, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa kematian terkadang datang secara tiba-tiba tanpa didahului proses perubahan biologis.

Mengenai hal ini, jika kita mau melihat ke dalam Alquran, maka kita akan mendapatkan petunjuk mengenai kematian yang datang dengan tiba-tiba, yaitu pada surah Al-Baqarah ayat 259, yang menceritakan tentang peristiwa yang terjadi pada seseorang hamba Allah yang saleh. Allah SWT berfirman: "Atau apakah (kamu tidak memerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tingal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Pengungkapan Alquran dengan menggunaka huruf ‘fa’ dalam firman-Nya: "Fa amaatahullah"yang artinya: "Maka Allah mematikan orang itu", menggambarkan kejadian maut yang tiba-tiba yang menyebabkan terhentinya kehidupan di bagian dalam sel-sel tubuh. 

Namun kematian sel-sel ini, tidak berarti hancurnya sel-sel tersebut, karena melalui proses pemeliharaan (pembekuaan) sel-sel ini, kehancurannya dapat dihindari. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh bagian ayat di atas yaitu:"Saya telah tingal di sini sehari atau setengah hari."

Dugaan di atas (dari hamba yang sholeh itu) yang menyatakan bahwa dirinya telah tinggal di negri itu sehari atau setengah hari, didasarkan pada apa yang dilihatnya dari kondisi fisiknya yang belem berubah dan tidak adanya kerusakan pada sel atau organ tubuhnya. 

Hal ini menjelaskan bahwa sel-sel tubuh meskipun telah mati, bisa tetap dijaga sesuai keadaannya semula, jika dihindarkan dari sebab-sebab yang bisa mengakibatkan kehancurannya (misalnya, dibalsem). Dan proses ini, pada masa sekarang, bisa dilakukan oleh para ilmuwan dengan bantuan sains dan teknologi di bidang biologi yang telah berkembang pesat.

Selasa, 13 Juni 2017

“Bencana Spiritual Nusantara”

“Bencana Spiritual Nusantara”

kontemplasi di awal tahun

 

“POTRET NEGERI YANG MENYEDIHKAN”

masyarakat yang bingung

di tengah negeri yang membingungkan

 

 

Negeri ini minimal memiliki 6 agama yang diakui pemerintah secara resmi. Banyak sekali khasanah spiritual dalam berbagai media komunikasi langsung dengan ruang publik. Melalui kegiatan sosial, ceramah, dialog, dan berbagai peringatan hari besar keagamaan. Kekayaan ilmu spiritual juga tampak dengan begitu mudahnya kita menemukan bahan bacaan sebagai refensi bagi siapapun yang ingin menggali spiritualitas secara lebih mendalam. Mulai dari tersedianya semua kitab suci agama dan kitab pendampingnya, serta buku-buku religi, bacaan ringan, makalah, artikel di media masa, majalah, tabloid, televisi, dan forum diskusi. Sangat banyak ! Tetapi mengapa negeri ini memiliki “predikat” yang sangat fantastis bikin malu. Yakni negeri paling korup, negeri penuh musibah dan bencana, termasuk negeri resiko besar penyakit AIDs, negeri pembalakan liar (illegal logging), negeri tempat berpestanya para penyeludup dalam negeri-luar negeri, bahkan sebagai ngeri konsumen sekaligus produsen narkoba, negeri generasi penerus “budaya” narkoba dengan 1,1 juta pelajarnya “maem” narkoba.

Tidak cukup itu saja, negeri ini masih mengkoleksi berbagai predikat sebagai negeri yang “indah” untuk dunia perselingkuhan, pelecehan sexual, dan gudang segala bentuk permesuman. Malah akhir-akhir ini mendapat stempel tambahan sebagai negeri yang kaya akan terorisme, bangsa yang gampang terpancing emosi, gampang diadu domba dan disulutapi provokator asing dan dalam negeri sendiri. Negeri yang penuh dengan intrik dan skandal politik, tunggang menunggang, hingga negeri penuh suap, kolusi, dan nepotisme. Membanggakan sekali ya ?

Mengapa bisa terjadi nasib sedemikian tragis menimpa negeri ini ? Benarkah negeri ini sudah menjadi tanah harapan para pemuja setan (nafsu) ? Benarkah tuduhan bahwa negeri ini sarangnya para si kapir si kopar seperti sering dituduhkan itu ?

Tapi, coba kita berfikir sederhana, sebelum mengambil kesimpulan tersebut. Kapir menurut pengetahuan saya, adalah orang yang nggak punya agama atau nggak percaya jika Tuhan itu ada. Masihkah ada orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, sekalipun manusia yang sangat jahat. Kok rasanya nggak ada ya ? Apa masih ada orang jahiliyah sekarang ini ? Karena negeri ini sudah terlanjur kondang di seantero jagad dunia manusia sebagai negeri yang agamis dan punya toleransi serta kerukunan beragama yang sangat ideal. Bangga sekali saya dengan “mimpi” ku ini. Biarpun kebanggaan ini kurasakan saat aku lelap tertidur.

Ketika aku bangun, terusik lagi dengan pikiran dunguku, jangan-jangan yang membanggakanku tadi hanyalah fenomena paradoksal bahwa  masyarakat kita yang merasa ke-GR-an sudah berilmu pengetahua luas dan spiritual tinggi. Jangan-jangan malah tingkat spiritualnya masih sebatas kulitnya saja ? Jika memang begitu adanya, berarti negeri ini mengalami peristiwa“spiritualis mati di lumbung ilmu spiritual”. “Pak profesor semaput kekenyangan makan buku“. Jangan-jangan tokoh dan masyarakat kebanyakan berlomba mengaku-ngaku, mengklaim, dan merasa “GR” ilmunya sudah mumpuni, spiritualnya sudah tinggi dapat melihat Tuhan sehingga omongannya harus dituruti, nasehatnya kudu didengar, perintahnya mampu mengubah nilai kharam-khalal, kemurkaannya dapat membuat dan menentukan dosa-pahala bagi orang lain, lalu merasa paling soleh, paling terpuji, paling baik, paling bener. Karena itu orang yang tidak sejalan dengan nafsu pikirannya,  serta merta disumpah menjadi kapir.

Dugaanku “prasangka buruk” ini tidak terlalu su’udhon (buruk), karena prasangka tersebut mirip sekali dengan ciri khas orang bodoh, yang hanya menguasai “KULIT“nya saja. Jika bener, pengetahuannya yang  sebatas KULIT itu bisa berbahaya sekali, karena potensial menimbulkan bentrokan dan perpecahan bangsa. Kalau nggak salah, pengetahuan KULIT inikayaknya sepadan dengan pelajaran SD ya ?. Nah…orang lupa atau nggak menyadari diri, jika tugasnya masih harus melanjutkan “sekolah” hingga setinggi-tingginya…! Bila hidup ini diumpamakan makan kelapa, orang harus menuntaskan hingga tak bersisa. Makan Kupas kulitnya dulu, lalu tempurungnya, nah dibalik tempurung itu ada daging kelapanya yang gurih. Tapi jangan keenakan makan daging kelapa saja..bisa cacingen lho, tugas kita adalah menuntaskan hingga minum air kelapanya. Air yang bening, menyegarkan dahaga spiritual. Air yang universal, enggak mengharuskan salah satu agamabahan pewarna dalam pencapaian spiritual, air universe  yang bening tapi memiliki rasa, yakni rasa kenikmatan dan anugrah Tuhan. Jangan-jangan air itu yang namanya hakekat ya ? Mungkinkah..negeri ini penuh dengan orang yang mengalami semaput akal-nuraninya karena kekenyangan makan kulit ? Kayaknya bisa jadi ya..

 

KIRA-KIRA SALAH SIAPA YA ?

Kalau dilihat dari gerak-geriknya kebanyakan orang sepertinya sedang mengalami kebingungan pula, setiap mau menjelajah ke dalam ruang spiritual yag lebih tinggi lagi, selalu ditakut-takuti..misalnya; Bahaya ! bisa tersesat, bid’ah, syirik, dan musyrik. Ada lagi alasan yang diharuskan; harus dituntun guru. Padahal sudah sekian banyaknya ilmu spiritual yg dibukukan, ditulis dalam makalah, naskah, forum diskusi, tayang di internet..semua itu kayaknya bisa mengganti peranan guru kan ? Mungkin, mungkin lho ya…, mungkin ketimbang mendapat resiko sesat, lalu orang lebih memilih tetap stagnan, mandeg dalam kebodohan, bahkan konon katanya ada hewan orang “hilang akal” mengkritik negeri ini dibilangnya lebih menikmati ke-jahiliah-an ketimbang harus mencoba dan berusaha menggapai spiritualitas yang lebih baik. Nggak tahu lah saya juga salah satu di antara rakyat negeri bingung yang sedang bingung. Tapi “khayalanku”, ada kesan bahwa orang lebih baik jahiliah ketimbang sesat. Lebih menikmati kulitnya (sekalipun mengandung kolesterol), ketimbang dagingnya (yang banyak mengandung gizi).  Wahduh..kalo gitu siap-siap saja, jika kita semua tidak segera suntik vaksinasi, atau berobat, atau minum jamu dan makan makanan bergizi tinggi, maka negeri ini bisa menemui azali ajal, dengan siksaan sekarat terlebih dulu karena mengalami gizi (spiritual) yang buruk. Lalu apa kira-kira solusinya..?

Minggu, 04 Juni 2017

Etika, sudah mulai lapuk di negeri ini

Etika, sudah mulai lapuk di negeri ini ...

Setiap orang di dunia ini  merindukan rumah, tempat dimana mereka akan pulang, tempat dimana orang-orang yang mereka sayangi berada. Pada hakikatnya, rumah bukan semata tempat  yang berbentuk bangunan segi empat atau bertingkat - tingkat. 

Tapi  rumah yang kita rindu kan itu sebuah rumah yang dibangun dengan cinta dan kasih sayang, juga rasa saling menghormati dan menghargai serta saling bahu membahu untuk semua kepentingan hidup bersama, apakah di rumah itu berdiam sahabat, saudara, kekasih, suami, istri, anak, adik, kakak, maupun orang tua kita sendiri. Rumah yang kita rindukan itu sebuah tempat yang telah memberi contoh pengajaran tata cara ber etika dan mengajarkan nilai luhur kekeluargaan.  Etika yang  merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut pandang budaya, susila dan agama lalu  terintegrasi  yang ujungnya bermuara kepada bentuk  jati diri penghuninya. Etika ini biasa disebut juga adat, kebiasaan atau kesepakatan bersama sebagai  pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota keluarga  tentang apa yang dinilai baik dan buruk  di masyarakat sekitarnya.

Contoh etika yang umum kita perhatikan di dalam rumah seperti, mengucap salam, merendahkan suara saat berbicara dengan orang tua, meminta maaf jika lakukan kesalahan dan lain sebagainya. Kesemua aktifitas yang menjadi kebiasaan baik ini  berlaku dari generasi ke generasi menjadi budaya sebuah kelompok masyarakat yang berkembang dari rumah yang kita rindukan selama ini menjadi tradisi  yang selalu di informasikan atau diajarkan secara berkelanjutan.

from ; academyofautomotiveexcellence,comJika rumah kita analogikan sebagai negara. Dalam beberapa dekade ini kita melihat dan merasakan kondisi kekeluargaan telah mengalami moral hazard seperti  sikap acuh tak acuh terhadap nasib orang lain yang notabene adalah saudaranya sendiri, mungkin kita bisa menyebutkan bahwa rasa kekeluargaan yang ada di negara kita ini mulai ter gerus dengan nilai budaya yang tidak lagi mencerminkan kebersamaan, terlihat dari cara kita menghargai nilai etika dan kesepakatan yang tidak tertulis itu sebagai pedoman yang harus dipatuhi bersama tentang apa yang dinilai baik atau buruk dari sisi nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum. Oleh karena itulah penulis merasa perlu untuk menganalogikan antara negara dengan sebuah rumah tangga dalam arti kita lebih bisa melihat secara sederhana apa yang sedang terjadi dalam kehidupan bernegara saat ini.

Kita semua paham, bahwa di dalam keluarga itu ada ayah, ibu, dan anak. Kemudian ada juga keluarga lain yang juga tercatat sebagai anggota keluarga. Tugas-tugasnya pun secara tertulis atau tidak tertulis sudah sangat jelas. Seperti misalnya ayah bertugas memberikan nafkah keluarga, memberi rasa aman, dan memberikan rasa keadilan terhadap semua anggota keluarga. Kemudian ibu bertugas untuk mengelola jalannya rumah tangga, menjadi wakil dari ayah ketika beliau sedang tidak ada di rumah, dan menjadi pelengkap kekurangan ayah dalam ke pemimpinan nya. 

Sedangkan anak, sebelum ia berkeluarga, berkewajiban untuk patuh terhadap peraturan yang ada di rumah tersebut, menjadi kebanggaan keluarga, dan juga berhak mendapatkan perlindungan dari ayah dan ibu mereka. Secara sederhananya dari semua anggota keluarga tersebut harus saling menjaga dan melindungi. Jika satu anggota sakit maka sakitlah anggota keluarga yang lain begitu juga sebaliknya. Idealnya seperti itu.

Dalam kehidupan sebuah keluarga, akan sangat malu kalau mendapati salah satu dari anggota keluarganya yang tersangkut masalah berperilaku buruk  seperti “mencuri, menipu orang atau menyakiti orang lain“. Karena orang yang ada di dalam keluarga tersebut pasti akan berfikir beberapa kali tentang nama baik keluarganya ketika ia akan melakukan hal-hal yang buruk dan tidak lazim di dalam masyarakat.Begitu juga dalam kehidupan bernegara. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat itu berfungsi selayaknya bagai orang tua ( Ayah dan Ibu ) secara normatif harus mampu melindungi, mengayomi dan menjamin rakyatnya bisa hidup adil sejahtera lahir dan batinnya.  

Tak pernah terbayangkan ,ketika masalahnya kemudian muncul ketika  Dewan Perwakilan Rakyatnya (Ibu) tidak sepenuh hati untuk memenuhi tugas dan janjinya. Dengan kata lain acuh terhadap kepentingan rakyatnya, menganggap bahwa rakyat harus bisa menyelesaikan segala kepentingannya  sendiri dengan berbagai macam dalih, lalu melepaskan tanggung jawabnya dan sibuk mencari kesenangan pribadi dengan mencampuri urusan yang tidak sepantasnya di lakukan dalam arti menyimpang dari kesepakatan tugas dan tanggung jawabnya. 

Hal ini sungguh sangat melukai hati rakyat yang berharap kepada mereka. Malah yang lebih parahnya adalah jika oknum Dewan ini bertindak diluar batas norma kepatutan dan kepantasan yang bisa memberi kesengsaraan pada rakyat dan negara di kemudian hari. Dapat dikatakan  sebagai sikap seseorang yang tidak berempati kepada rakyat yang telah ikhlas memberi kan amanah yang suci namun dibalas dengan sikap tak peduli dalam arti hak yang diberikan rakyat di terlantar kan oleh oknum tadi di Dewan Perwakilan Rakyat yang mereka jadikan daulah orang yang dihormati nya. 

Karena seperti kita ketahui bahwa jika orang tuanya saja sudah tidak peduli maka siapa lagi yang diharapkan untuk mengurusi anak negeri ( rakyat ). Kita semua tak akan rela bila di kemudian hari terlantar dan menjadi budak di negeri sendiri sampai kiamat mungkin.. Kita semua, sebagai rakyat di negeri ini menggugat etika kalian semua itu ada dimana ???.yang seharusnya menjadi pengawal moral bangsa yang dapat dijadikan panutan untuk menghargai budaya bangsa yang luhur itu .

Kita berhak untuk bertanya kepada mereka ini .."Masih adakah etika dan rasa malu itu di hati mu wahai senator ??? atau etika itu sudah mulai lapuk di negeri ini...".

Rabu, 24 Mei 2017

BERHENTI MENGELUH & MULAI BERSYUKUR

SEBUAH RENUNGAN MINGGUAN 71 YES ON ENERGI
Bersama Aki/Abah

BERHENTI MENGELUH & MULAI BERSYUKUR


Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini telah menjadi suatu kebiasaan. Kalau Anda termasuk orang yang suka mengeluh maka ketahuilah bahwa kebiasaan mengeluh tidak akan membuat situasi yang Anda hadapi menjadi lebih baik, malahan hanya akan menguras energi Anda dan menciptakan perasaan negatif yang tidak memberdayakan diri Anda.

Coba tanyakan diri Anda apabila seandainya, Anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu mengucapkan kata-kata positif dan yang kedua selalu mengeluh, Anda akan lebih senang berhubungan dengan yang mana? Saya yakin jawaban Anda adalah teman yang pertama, karena pada dasarnya semua orang senang berhubungan dengan orang-orang positif yang kata-katanya membangun, menghibur, menguatkan.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita sering mengeluh? Kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Dan Anda perlu sadari bahwa hal ini akan terjadi hampir setiap hari dalam kehidupan yaitu kenyataan yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Jadi cara mengatasinya sebenarnya mudah kita hanya perlu belajar bersyukur dalam segala keadaan yang kita hadapi.

Sebagai contoh, jika Anda sering mengeluh dengan pekerjaan Anda, Anda perlu tahu berapa banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia saat ini? Menurut informasi hampir 60% orang pada usia kerja produktif tidak punya pekerjaan, jadi bersyukurlah Anda masih memiliki pekerjaan dan penghasilan. Atau Anda mengeluh karena jalanan sering macet saat Anda mengemudi, untuk hal ini ketahuilah bahwa ada jutaan orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi seperti Anda.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ''Sinta, Sinta''. Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Sinta'.' Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuni lain itu terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ''Sinta, Sinta". Orang ini juga punya masalah dengan Sinta? '' tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, '' Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu''.

Percayalah bahwa di balik semua hal yang kita sering keluhkan pasti ada hal yang dapat kita syukuri. Para ahli psikologi mengatakan "Sikap bersyukur adalah emosi yang tersehat". Seorang pakar stress bernama Hans Seyle juga berkata, "Sikap bersyukur menghasilkan energi emosional lebih daripada sikap yang lain dalam hidup ini". Yang menarik adalah Anda selalu dapat memilih dalam setiap kejadian yang dihadapi apakah Anda akan mengeluh atau bersyukur.

Ada cerita mengenai seorang pengusaha yang terbangun di sebuah rumah sakit dan istrinya yang setia sedang mendampinginya menjalani perawatan. 
Pria ini berkata pada Istrinya, "Kamu tahu waktu pertama kali kita menikah usaha kita bangkrut dan Engkau ada di sisiku, setelah itu di tahun kedua pernikahan kita harta benda yang telah aku kumpul buat masa depan keluarga kita lenyap dicuri orang namun Kamu masih tetap setia menemaniku. Selanjutnya lagi saat rumah yang telah kita cicil mengalami kebakaran Engkau pun di sisiku juga. Melalui semua itu Kamu selalu di sisiku". 
Istrinya menjawab, "Ya aku akan selamanya setia berada di sisimu suamiku dalam keadaan apapun". 
Pengusaha ini berkata, "Sekarang aku terbaring lemah di rumah sakit, Kamu tetap ada di sisiku". 
Ia menjawab, "Pasti, aku selalu bersedia ada di sisimu". 
Kemudian pengusaha ini berkata lagi, "Makanya sekarang aku mulai berpikir bahwa kehadiranmulah yang menjadi pembawa semua kesialan ini".

Herannya ada orang-orang tertentu yang memang tidak paham bagaimana cara bersyukur dan orang-orang seperti ini kelihatannya tidak pernah dapat melihat sesuatu hal yang baik ataupun positif karena pandangannya cuma tertuju pada hal yang buruk.

Mulai ambil waktu untuk bersyukur setiap hari. Bersyukurlah atas pekerjaan Anda, kesehatan Anda, keluarga Anda atau apapun yang dapat Anda syukuri. Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup Anda akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalu bersama Anda, karena Anda dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari pandangan Anda karena Anda terlalu sibuk mengeluh.

Kalau semakin banyak kita bersyukur atas apa yang kita miliki, maka semakin banyak hal yang akan kita miliki untuk disyukuri. Berarti semakin banyak kita mengeluh atas masalah yang Anda alami, maka jangan heran jika rasanya semakin banyak masalah yang kita alami untuk dikeluhkan.

Jangan mengeluh bila Anda menghadapi kesulitan tetapi lakukanlah hal berikut ini. Tutuplah mata Anda, tarik nafas panjang, tahan sebentar dan kemudian hembuskan pelan-pelan dari mulut Anda, buka mata Anda, tersenyumlah dan pikirkanlah bahwa suatu saat nanti Anda akan bersyukur atas semua yang terjadi pada saat ini.

Biasakan diri untuk tidak ikut-ikutan mengeluh bila Anda sedang bersama teman-teman yang sedang mengeluh, coba beri tanggapan yang positif atau tidak sama sekali. Selalu berpikir positif dan kembangkan sikap penuh syukur lalu lihatlah perubahan dalam hidup Anda.