1.hati sedikit dzikr
SEBAB-SEBAB HATI MENJADI KERAS
20JAN
Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Bada’i al-Fawa’id [3/743], “Tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar terlindung dari hati yang tidak khusyu’, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim [2722]).
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallahu’anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu? Apakah keselamatan itu?”. Maka Nabi menjawab, “Tahanlah lisanmu, hendaknya rumah terasa luas untukmu, dan tangisilah kesalahan-kesalahanmu.” (HR. Tirmidzi [2406], dia mengatakan; hadits hasan. Hadits ini disahihkan al-Albani dalam Shahih at-Targhib [2741]).
Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah mengatakan [al-Bidayah wa an-Nihayah, 10/256], “Segala sesuatu memiliki ciri, sedangkan ciri orang yang dibiarkan binasa adalah tidak bisa menangis karena takut kepada Allah.”
Sebab kerasnya hati adalah :
Hati Berlebihan dalam berbicaraHati selalu Nglakoni kemaksiatan Hati nglalekna kewajibanTerlalu banyak tertawaTerlalu banyak makanHati sering nglakoni dosaBerteman dengan orang-orang yang jelek agamanya
Agar hati yang keras menjadi lembut
Disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim di dalam al-Wabil as-Shayyib [hal.99] bahwa suatu ketika ada seorang lelaki yang berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id! Aku mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka Beliau menjawab, “Lembutkanlah hatimu dengan berdzikir.”
Sebab-sebab agar hati menjadi lembut dan mudah menangis karena Allah antara lain :
Kenali Allah melalui nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-NyaMembaca al-Qur’an Merenungi kandungan makna Qur'anBanyak berdzikir kepada AllahMemperbanyak ketaatanMengingat kematian, menyaksikan orang yang sedang di ambang kematian atau melihat jenazah orangMengkonsumsi makanan yang halalMenjauhi perbuatan-perbuatan maksiatSering mendengarkan nasehatMengingat kengerian hari kiamat, sedikitnya bekal kita dan merasa takut kepada AllahMeneteskan air mata ketika berziarah kuburMengambil pelajaran dari kejadian di dunia seperti melihat api lalu teringat akan nerakasumber 2
SEBAB-SEBAB HATI MENJADI KERAS 2
Tidak semua hati manusia itu mudah menerima nasehat dan kebenaran, inilah yang menjadikan jalan hidup manusia tersesat. Adapun sebab dari kerasnya hati tidak bisa menerima hidayah adalah karena maskiat dan lalai mengingat Allah, hati yang keras ibarat karang. Sulit menerima kebenaran dan gembira dalam kemaksiatan. tidak jarang kita temukan orang yang gemar maksiat, lalu dinasehati tetapi malah justru membantah bahkan lebih jauh dapat mengolok-olok agama,wal iyadzubillah. Model hati seperti inilah yang dilarang oleh Allah :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. “(QS. Al-Hadid ayat 16)
Ibnu Rajab (736-795 H)seorang ulama hadits, ahli fiqih dan ushul terkemuka, merinci sebab hati menjadi keras dan sulit menerima hidayah.
1. Pertama, banyak bicara dan meninggalkan dzikrullah.
Ini disimpulkan dari hadits Rasulullah saw,
"Janganlah kamu banyak bicara kecuali dzikrullah. Sungguh, banyak bicara itu membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang berhati keras," (HR Tirmidzi No.2413, Malik dan Baihaqy).
Dalam riwayat lain, beliau bahkan menyebut hati yang keras sebagai salah satu biang kesengsaraan (HR al-Bazzar, Majma az-Zawaid 10/226).
2. Kedua, banyak tertawa.
Kebiasaan buruk ini menjadikan hati lalai mengingat Allah, sehingga menjadikan hati kehilangan ruh dan kesadaran jati diri. Maka tepat, jika Rasulullah saw jauh-jauh hari mengingatkan untuk menghindari kebiasaan yang satu ini.
"Janganlah kalian banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati,"(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
3. Ketiga, banyak makan.
Apalagi jika yang dimakan itu berupa barang syubuhat (meragukan) atau haram, atau diperoleh dengan cara yang sama. Seorang ulama, Bisyr bin al -Harits, pernah menjelaskan bahwa banyak bicara dan makan merupakan dua penyebab hati menjadi keras. selain menyebabkan hati keras, banyak makan akan menyebabkan badan subur dan besar syahwatnya, inilah "bahan bakar" dari setan untuk melakukan maksiat. sangatlah bijak Rasulullah mengajarkan kepada kita supaya puasa karena dengan puasa nafsu syahwat akan teredam.
4. Keempat, banyak dosa dan maksiat.
Rasulullah saw sangat tepat dalam salah satu haditsnya, ketika mengibaratkan dosa seperti titik hitam yang menempel di hati. Jika pelakunya bertobat lalu meninggalkan kemaksiatannya dan memohon ampun pada Allah, hatinya berubah mengkilat. begitu juga dengan keimanan dapat bertambah dan berkurang dapat bertambah jika senantiasa mengingat Allah, dan berbuat kebaikan dan dapat berkurang dengan lalai mengingat Allah dan senang dengan kemaksiatan.
“Jika kemaksiatannya bertambah, bertambah juga titik itu sehingga hatinya menjadi tinggi, sombong dan tak dapat menerima kebenaran(HR Tirmidzi).
CARA MEMBUAT HATI LEMBUT
Lalu bagaimana membuat hati menjadi lembut dan mudah menerima kebenaran. Ulama-ulama generasi awal mengajukan beberapa resep melembutkan hati, berikut :
1. Pertama, banyak mengingat Allah dalam hati dan lisan.
Termasuk di dalamnya, membaca al-Qur'an dan merenungi kandungannya. Dikisahkan dalam "Az-Zuhd" (2/233), seseorang datang kepada Hasan bin Ali mengadukan hatinya yang keras. Beliau lalu menasehatinya, "Lunakkanlah dengan dzikir." Lebih tegas lagi, Yahya bin Mu'adz dan Ibrahim al-Khawwash, menggolongkannya dalam lima penawar hati, yaitu: membaca al Qur'an dan merenunginya, mengosongkan perut, qiyamullail, beribadah di malam hari dan berkawan dengan orang-orang shalih (Al-Hilyah 10/327). Dzikirlah yang membuat hati menjadi teduh dan tentram, sehingga dapat jernih memandang berbagai persoalan yang dihadapi.
Firman Allah SWT :
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram," (QS ar-Ra'd:28).
2. Kedua, berbuat baik pada anak-anak yatim dan fakir miskin.
Inilah yang dipesankan oleh Rasulullah saw,
"Jika anda ingin melunakkan hati anda, sentuhlah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin," (HR Ahmad).
3. Ketiga, banyak mengingat mati.
Merenungkan kematian yang pasti datang menjemput, suka atau tidak suka, akan menyentak kesadaran nurani kita tentang hakikat tujuan hidup sebenarnya. Segala kemegahan dan nilai di mata manusia, menjadi tak berarti. Yang berarti hanyalah nilai kita di mata Allah. Jika begitu, tak ada jalan lain kecuali menuruti aturan-Nya dengan segala keikhlasan'
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (mati)," pesan Rasul saw pada umatnya (HR Tirmidzi, Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Majah).4. Keempat, menziarahi kubur dan memikirkan keadaan penghuninya.
Hal ini sangat bermanfaat bagi setiap muslim dalam mengevaluasi segala kealpaan diri. Melupakan sejenak segala kesenangan dan kegembiraan duniawi, lalu membenamkan diri dengan mengingat dosa dan kemaksiatan. Untuk selanjutnya, bertaubat kepada Allah, memohon ampunan-Nya dan bertekad tidak mengulang kembali kemaksiatan-kemaksiatan tersebut.
Sabda Rasulullah saw, "Ziarahilah kuburan karena hal itu dapat mengingatkan kalian dengan kematian," (HR Muslim 976, Abu Dawud 3234, Ibnu Majah 1572 dan Ah¬mad 2/441)Memaksa diri agar bisa menangis di kala sendiris
sumber 3
Hati merupakan pengendali manusia, manakala hatinya baik maka ia akan mengarahkan pemiliknya kepada hal-hal yang baik dan menahannya untuk berbuat kemungkaran. Namun apabila hatinya menjadi keras maka kehidupan
seseorang menjadi tidak terkendali, dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang batil sehingga ia mudah terjerumus ke dalam lembah yang hina, bergelimang dalam dosa dan maksiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar