KATA BIJAK

Manusia dan masalah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Jadi jangan pernah pisahkan dirimu dari ALLAH SWT. Sebab Dialah sebaik-baik penolong manusia dari beragam masalah........
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah jalan keluar masalah.


Rabu, 02 November 2016

Belajar Cinta


Izinkan Saya Belajar Cinta

Izinkan saya kali ini bicara tentang cinta. Bukan menggurui tentang cinta. Tetapi ingin belajar tentang cinta. Walau kalimatnya tak seindah pujangga. Walau sentuhannya tak sesyahdu Ibnu Qoyyim. Walau alurnya tak sekuat Ibnu Hazm. Tapi setidaknya saya punya cinta. Dan harus belajar cinta. Untuk terus mengabadikan mekarnya. Agar ia tak mengenal musim.

Saya tahu Romeo dan Juliet bukan tempat belajar yang pas. Karena apalah istimewanya cinta berujung pada petaka. Itu bukan bukti setia, tetapi kepicikan cinta.

Saya juga tahu Qois dan Laila bukan lambang kasih yang sejati. Karena mengapa mencinta harus seperti Qois yang mencintai Laila hingga ia bergelar Orang yang gila Laila (Majnun Laila). Dan apakah ini cinta yang agung itu,

Aku melewati negeri, negerinya Laila........aku ciumi dinding demi dinding
Bukanlah cinta negeri yang memenuhi hatiku.....tetapi cinta yang menempati negeri itu

Tapi izinkan saya belajar dari dua ulama besar tentang bagaimana bercinta. Ulama yang biasa menggores pena ilmu, kini menguntai syair cinta. Ibnu Qoyyim dan Ibnu Hazm.

Ibnu Qoyyim (w: 751 H), sebuah nama yang mengkhabarkan kepiawaian di berbagai bidang ilmu. Fikih, aqidah, hadits, tafsir, hinggaaaa....cinta. Sebuah buku tentang cinta yang ditulis mengayun-ayun kita. Raudhatul Muhibbin (taman orang-orang bercinta). Begitulah, kita diajak Ibnu Qoyyim berjalan-jalan di taman tempat orang-orang memadu cinta. Dua perpaduan yang serasi. Damainya taman dengan dominasi warna hijau dan damainya cinta dengan dominasi warna kesejukan.

Mari  kini kita biarkan Ibnu Qoyyim mulai mengalun bersama simponi cinta,
Cinta sebuah nama yang sulit dipahami, tetapi begitu kuat menggelayut di hati.”

Ibnu Qoyyim mengungkap dahsyatnya cinta. Setidaknya, kemampuan dia menemukan 60-an nama untuk cinta membuat dia berkesimpulan, 
Kebiasaan mereka membuat banyak nama untuk sesuatu, jika sesuatu itu sulit dipahami atau besar bahayanya bagi hati sebagai bentuk: pengagungan baginya atau perhatian baginya atau cinta padanya. Untuk yang awal seperti singa dan pedang. Untuk yang kedua seperti kecerdikan. Untuk yang ketiga seperti khamar (minuman keras). Dan ketiga hal ini semuanya ada pada cinta. Maka mereka memberikan hampir 60 nama untuk cinta.”

Ibnu Qoyyim ingin menghadirkan kepada kita betapa agungnya cinta. 60 nama untuk cinta adalah salah satu buktinya. Jika singa dan pedang yang juga mempunyai banyak sebutan, hanya karena orang Arab mengagungkan dan mengaguminya. Jika kecerdikan yang banyak mempunyai nama, karena orang Arab begitu perhatian padanya. Jika khamar yang bisa menjelmakan dirinya dalam berbagai nama, karena orang Arab mencintai dan menyenanginya.

Maka cinta lebih dahsyat dari semuanya. Cinta begitu diagungkan. Cinta begitu diperhatikan. Cinta begitu dicintai. Ehm...

Kalau Ibnu Qoyyim mendayu-dayu bersama alunan riak cinta, mungkin bukan hal yang aneh. Tak begitu mengejutkan. Betapa Ibnu Qoyyim adalah ulama multi talenta. Perhatikanlah untaian kata-katanya. Apapun ilmu yang sedang dibahasnya, kalimatnya selalu dibalut kelembutan cinta dengan kedalaman makna sedalam cinta menyelami sepanjang hidupnya.

Nuansa dan filosofi cinta selalu bisa dirasakan pada setiap goresan pena Ibnu Qoyyim. Jadi bukan hal yang tiba-tiba, jika dia membangun taman-taman orang bercinta.

Ibnu Qoyyim telah menebar cinta dari arah timur. Ternyata 3 abad sebelumnya, cinta itu telah bersemi di hati Ibnu Hazm (w: 456 H) dari arah barat. Andalus menjadi saksi itu.

Ada yang sangat menggelitik. Bukan sekadar Ibnu Hazm yang menulis buku tentang cinta. Tetapi kenalilah dulu seorang Ibnu Hazm. Ibnu Hazm telah membuat dunia mengecam dia. Lisan dan penanya yang sangat tajam cenderung kasar terhadap ulama lain. Sehingga membuat Abu al-Abbas Ibnu Arrif berkata, “Lisan Ibnu Hazm dan pedang al-Hajjaj dua bersaudara.”

Al-Hajjaj, siapa yang tidak tahu. Penguasa dzalim yang telah menumpahkan ratusan ribu darah muslimin. Bahkan di antara mereka ada shahabat Rasulullah. Ibnu Hazm telah disejajarkan lisannya dengan al-Hajjaj. Ibnu Hazm di tengah pujian para ulama atas kemampuan dan kecerdasannya, dia dikritik atas lisan yang tajam terhunus kepada para ulama yang berseberangan dengannya.

Di sinilah uniknya. Ternyata kerasnya lisan tidak membuat Ibnu Hazm sanggup menghalau serbuan cinta yang meminta untuk disampaikan. Lahirlah dari tangannya sebuah ungkapan tentang cinta. Nama bukunya pun lembut, lembuuut sekalii.....Thauqul Hamamah (Kalung Merpati). Ya, merpati burung lembut itu sering menjadi lambang perdamaian dan cinta hari ini. Dan ternyata sejak Ibnu Hazm dulu.

Lisan yang tajam. Pena menusuk. Tetapi hati tetap lembut ketika berpapasan dengan cinta. Bahasa lisan dan pena Ibnu Hazm harus berubah. Cinta telah mengubahnya. Ibnu Hazm dipaksa bertekuk lutut di hadapan cinta.

Mari kita dengar bahasa lembut Ibnu Hazm mengurai kata cinta,
Cinta –semoga Allah memuliakanmu- awalnya adalah gurauan dan akhirnya adalah keseriusan, terlalu rumit untuk diungkapkan maknanya karena begitu agungnya, tak bisa diselami hakekatnya kecuali dengan penuh kesulitan. Cinta bukan hal yang mungkar dalam agama, tidak pula dilarang dalam syariat.”

Pembahasan cinta yang melibatkan rasa, air mata dengan berjuta warna dan rasa membuat Ibnu Hazm harus mampu mengurai seperti keahlian dia menyampaikan peliknya ilmu fiqih. Ibnu Hazm berhasil. Perpaduan antara dalil yang cenderung tidak mesra dengan pengalaman mengarungi cinta terasa kental berbaur.

Mari kita dengar Ibnu Hazm bicara tentang tanda orang yang sedang jatuh cinta berbasis pengalaman,
Tanda orang jatuh cinta adalah munculnya tanda-tanda yang justru bertolak belakang. Sebongkah es jika lama digenggam dengan tangan akan bekerja seperti api.
Maka kita bisa jumpai dua orang yang telah bertemu dalam cinta dan terikat dalam hubungan yang kuat, justru sering bermarahan tanpa sebab, berseberangan dalam pembicaraan secara sengaja, saling menyerang pada masalah yang sepele, mengincar kata pasangannya yang kemudian dibelokkan artinya. Ini semua adalah pengalaman. 
Bedanya antara hal ini dengan perbedaan dan saling serang yang lahir karena benci adalah perbedaan karena cinta ini akan sangat cepat damai. 

Anda akan lihat dua orang yang sedang jatuh cinta dan terlibat perbedaan tajam, yang bagi orang lain akan memerlukan waktu lama untuk bisa diselesaikan dan cenderung mustahil ditambal lagi, tetapi Anda akan lihat betapa mudahnya mereka berdua kembali dalam kedekatan, dikorbankannya segera sikap saling mencela, gugurnya perbedaan. Mereka berdua bahkan pada saat itu bisa langsung bercanda tawa dan bermesra ria. Begitulah, hal itu bisa terjadi berkali-kali dalam satu waktu. 

Jika Anda melihat ini terjadi antara dua orang, maka jangan lagi ragu, jangan lagi bimbang dan tidak perlu didebatkan bahwa telah terajut cinta yang mereka berdua rahasiakan.”

Cinta, ternyata siapapun yang membicarakannya. Orang seperti Ibnu Qoyyim atau orang seperti Ibnu Hazm. Cinta tetap cinta. Dengan sejuta rasa. Taman penuh warna. Bejana penuh rasa. Cinta tetap cinta. Ibnu Qoyyim yang mengulas atau Ibnu Hazm yang membahas.

Cinta, begitulah kekuatannya. Ia mampu memaksa siapapun tanpa kenal kasta sosial ataupun ilmu. Orang biasa ataupun ulama besar. Jika cinta datang menyapa, ia akan membuat lisan setajam pedang pun berubah menjadi kumpulan untaian kalimat puitis yang sejuk.

Cinta, ia selalu bicara tentang dirinya sendiri. Kosa kata cinta bisa menekuk lutut semua kewibawaan yang dibayangkan oleh orang biasa tentang orang-orang besar seperti ulama.

Rangkaian kisah cinta dari orang-orang besar ini mencoba untuk menguak kehidupan cinta mereka. Dan bagaimana mesin cinta bekerja dengan caranya sendiri pada kehidupan mereka. Akan banyak kejutan dan hentakan-hentakan cinta pada kehidupan mereka. Bedanya, kita akan belajar tentang cinta mulia dan bukan cinta murahan. Karena cinta itu telah bergulat dengan ilmu dan kesholihan. Walau cinta tetaplah cinta. Dengan kisahnya sendiri…

Sebab hati menjadi mati

1.hati sedikit dzikr

SEBAB-SEBAB HATI MENJADI KERAS

20JAN

Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Bada’i al-Fawa’id [3/743], “Tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar terlindung dari hati yang tidak khusyu’, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim [2722]).

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallahu’anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu? Apakah keselamatan itu?”. Maka Nabi menjawab, “Tahanlah lisanmu, hendaknya rumah terasa luas untukmu, dan tangisilah kesalahan-kesalahanmu.” (HR. Tirmidzi [2406], dia mengatakan; hadits hasan. Hadits ini disahihkan al-Albani dalam Shahih at-Targhib [2741]).

Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah mengatakan [al-Bidayah wa an-Nihayah, 10/256], “Segala sesuatu memiliki ciri, sedangkan ciri orang yang dibiarkan binasa adalah tidak bisa menangis karena takut kepada Allah.”

Sebab kerasnya hati adalah :

Hati Berlebihan dalam berbicaraHati selalu Nglakoni kemaksiatan Hati nglalekna kewajibanTerlalu banyak tertawaTerlalu banyak makanHati sering nglakoni  dosaBerteman dengan orang-orang yang jelek agamanya

Agar hati yang keras menjadi lembut
Disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim di dalam al-Wabil as-Shayyib [hal.99] bahwa suatu ketika ada seorang lelaki yang berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id! Aku mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka Beliau menjawab, “Lembutkanlah hatimu dengan berdzikir.”

Sebab-sebab agar hati menjadi lembut dan mudah menangis karena Allah antara lain :

Kenali Allah melalui nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-NyaMembaca al-Qur’an Merenungi kandungan makna Qur'anBanyak berdzikir kepada AllahMemperbanyak ketaatanMengingat kematian, menyaksikan orang yang sedang di ambang kematian atau melihat jenazah orangMengkonsumsi makanan yang halalMenjauhi perbuatan-perbuatan maksiatSering mendengarkan nasehatMengingat kengerian hari kiamat, sedikitnya bekal kita dan merasa takut kepada AllahMeneteskan air mata ketika berziarah kuburMengambil pelajaran dari kejadian di dunia seperti melihat api lalu teringat akan nerakasumber 2

SEBAB-SEBAB HATI MENJADI KERAS 2

Tidak semua hati manusia  itu mudah menerima nasehat dan kebenaran, inilah yang menjadikan jalan hidup manusia tersesat.  Adapun sebab dari kerasnya hati tidak bisa menerima hidayah adalah karena maskiat dan lalai mengingat Allah, hati yang keras ibarat karang. Sulit menerima kebenaran dan gembira dalam kemaksiatan. tidak jarang kita temukan orang yang gemar maksiat, lalu dinasehati tetapi malah justru membantah bahkan lebih jauh dapat mengolok-olok agama,wal iyadzubillah. Model hati seperti inilah yang dilarang oleh Allah :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. “(QS. Al-Hadid  ayat 16)
Ibnu Rajab  (736-795 H)seorang ulama hadits, ahli fiqih dan ushul terkemuka, merinci  sebab hati menjadi keras dan sulit menerima hidayah.
1.  Pertama, banyak bicara dan meninggalkan dzikrullah.
Ini disimpulkan dari hadits Rasulullah saw,
"Janganlah kamu banyak bicara kecuali dzikrullah. Sungguh, banyak bicara itu membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang berhati keras," (HR Tirmidzi No.2413, Malik dan Baihaqy).
 Dalam riwayat lain, beliau bahkan menyebut hati yang keras sebagai salah satu biang kesengsaraan (HR al-Bazzar, Majma az-Zawaid 10/226).

2. Kedua, banyak tertawa.
Kebiasaan buruk ini menjadikan hati lalai mengingat Allah, sehingga  menjadikan hati  kehilangan ruh dan kesadaran jati diri. Maka tepat, jika Rasulullah saw jauh-jauh hari mengingatkan untuk menghindari kebiasaan yang satu ini.
"Janganlah kalian banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati,"(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

3. Ketiga, banyak makan.
Apalagi jika yang dimakan itu berupa barang syubuhat (meragukan) atau haram, atau diperoleh dengan cara yang sama. Seorang ulama, Bisyr bin al -Harits, pernah menjelaskan bahwa banyak bicara dan makan merupakan dua penyebab hati menjadi keras. selain menyebabkan hati keras, banyak makan akan menyebabkan badan subur dan besar syahwatnya, inilah "bahan bakar" dari setan untuk melakukan maksiat. sangatlah bijak Rasulullah mengajarkan kepada kita supaya puasa karena dengan puasa nafsu syahwat akan teredam.

4. Keempat, banyak dosa dan maksiat.
Rasulullah saw sangat tepat dalam salah satu haditsnya, ketika mengibaratkan dosa seperti titik hitam yang menempel di hati. Jika pelakunya bertobat lalu meninggalkan kemaksiatannya dan memohon ampun pada Allah, hatinya berubah mengkilat. begitu juga dengan keimanan dapat bertambah dan berkurang dapat bertambah jika senantiasa mengingat Allah, dan berbuat kebaikan dan dapat berkurang dengan lalai mengingat Allah dan senang dengan kemaksiatan.
Jika kemaksiatannya bertambah, bertambah juga titik itu sehingga hatinya menjadi tinggi, sombong dan tak dapat menerima kebenaran(HR Tirmidzi).

CARA MEMBUAT HATI LEMBUT 

Lalu bagaimana membuat hati menjadi lembut dan mudah menerima kebenaran. Ulama-ulama generasi awal mengajukan beberapa resep melembutkan hati, berikut :

1. Pertama, banyak mengingat Allah dalam hati dan lisan.
Termasuk di dalamnya, membaca al-Qur'an dan merenungi kandungannya. Dikisahkan dalam "Az-Zuhd" (2/233), seseorang datang kepada Hasan bin Ali mengadukan hatinya yang keras. Beliau lalu menasehatinya, "Lunakkanlah dengan dzikir." Lebih tegas lagi, Yahya bin Mu'adz dan Ibrahim al-Khawwash, menggolongkannya dalam lima penawar hati, yaitu: membaca al Qur'an dan merenunginya, mengosongkan perut, qiyamullail, beribadah di malam hari dan berkawan dengan orang-orang shalih (Al-Hilyah 10/327).  Dzikirlah yang membuat hati menjadi teduh dan tentram, sehingga dapat jernih memandang berbagai persoalan yang dihadapi.
Firman Allah SWT :
 "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram," (QS ar-Ra'd:28).

2. Kedua, berbuat baik pada anak-anak yatim dan fakir miskin.
 Inilah yang dipesankan oleh Rasulullah saw,
 "Jika anda ingin melunakkan hati anda, sentuhlah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin," (HR Ahmad).

3. Ketiga, banyak mengingat mati.
Merenungkan kematian yang pasti datang menjemput, suka atau tidak suka, akan menyentak kesadaran nurani kita tentang hakikat tujuan hidup sebenarnya. Segala kemegahan dan nilai di mata manusia, menjadi tak berarti. Yang berarti hanyalah nilai kita di mata Allah. Jika begitu, tak ada jalan lain kecuali menuruti aturan-Nya dengan segala keikhlasan'
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (mati)," pesan Rasul saw pada umatnya (HR Tirmidzi, Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Majah).4. Keempat, menziarahi kubur dan memikirkan keadaan penghuninya.
Hal ini sangat bermanfaat bagi setiap muslim dalam mengevaluasi segala kealpaan diri. Melupakan sejenak segala kesenangan dan kegembiraan duniawi, lalu membenamkan diri dengan mengingat dosa dan kemaksiatan. Untuk selanjutnya, bertaubat kepada Allah, memohon ampunan-Nya dan bertekad tidak mengulang kembali kemaksiatan-kemaksiatan tersebut.
Sabda Rasulullah saw, "Ziarahilah kuburan karena hal itu dapat mengingatkan kalian dengan kematian," (HR Muslim 976, Abu Dawud 3234, Ibnu Majah 1572 dan Ah¬mad 2/441)Memaksa diri agar bisa menangis di kala sendiris

sumber 3

Hati merupakan pengendali manusia, manakala hatinya baik maka ia akan mengarahkan pemiliknya kepada hal-hal yang baik dan menahannya untuk berbuat kemungkaran.  Namun  apabila  hatinya  menjadi keras maka kehidupan
seseorang menjadi tidak terkendali, dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang batil sehingga ia mudah terjerumus ke dalam lembah yang hina, bergelimang dalam dosa dan maksiat.

AKHLAK TERPUJI PERSATUAN DAN KERUKUNAN


PERILAKU TERPUJI PERSATUAN DAN KERUKUNAN

A. Pengertian Persatuan dan Kerukunan
Secara bahasa persatuan diartikan sebagai gabungan (ikatan, kumpulan dan lain sebagainya), beberapa bagian yang sudah bersatu. Sedangkan rukun berarti baik, damai, tidak bertengkar. Kerukunan berarti sebagai hidup rukun, damai dan tidak bertengkar antara warga masyarakat.
Persatuan dan kerukunan sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab terciptanya persatuan dan kerukunan dalam suatu negara akan menjadikan rakyat nyaman dan tenteram dalam bekerja, menuntut ilmu, melaksanakan ajaran agama, melaksanakan pembangunan dan lain sebagaianya. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk membina persatuan dan kerukunan. Firman Allah :

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S.Al Hujurot{49}:13).
Ayat tersebut menegaskan bahwa manfaat diciptakan manusia dengan berbeda-beda suku, bangsa adalah supaya saling mengenal dan memberi manfaat satu dengan yang lannya. 
Pada ayat lain Allah melarang hamba-Nya saling mengolok-olok kaum satu dengan yang lainnya : 

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik ….. ( Q.S. Al hujurot {49} : 11 )

B. Perilaku Persatuan dan Kerukuan dalam Kehidupan Sehari-hari 
Penerapan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
1. Kerukunan Umat Seagama
Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah bukan hanya untuk bangsa arab saja, melainkan untuk seluruh manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Firman Allah :

Artinya : “Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua”, ….. (Q.S. Al A’rof {7} : 158 )
Dalam perkembanganya, agama Islam diterima oleh masyarakat yang berbeda suku, bangsa dan budaya. perberbedaan pengetauan dan pemahaman masing-masing suku dan bangsa, mendorong munculnya beberapa aliran dalam agama. Dalam bidang figh terdapat empat madzhab yang sangat populer yaitu ; madzab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Keempat madzhab tersebut masing-masing mempunyai banyak pengikutnya, termasuk bangsa Indonesia. Dalam aqidah terdapat aliran Jabariyah, qodariyah dan Asy’ariyah, dalam organisasi kemasyarakatan Islam ada Nahdlotul Ulama’, Muhamadiyah, Persis dan lain sebagainya. Perbedaan paham tersebut adalah merupakan dinamika umat Islam, sehingga islam benar-benar menjadi rahmatan lil ’alamin. Perbedaan paham bukan menjadi penyebab permusuhan dan perpecahan umat. Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya “ perbedaan pendapat pada umat-Ku hendaknya menjadi rahmat”. Dan Allah SWT berfirman :

Artinya : “ Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku”. ( Q.S. Al Anbiya’ {21} : 92 ).

2. Kerukunan Antar Umat Beragama
Toleransi antar umat beragama telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rosulullah SAW kepada para shahabat dan seluruh umat-Nya. Misalnya pada masa selesai peranga badar, pasukan muslim telah berhasil menawan pasukan kafir, banyak para shahabat yang menginginkan tawanan tersebut dibunuh, namun kebijakan Rasul berbeda justru Rasul meminta agar tawanan-tawanan perang itu dibebaskan.
Agama Islam membolehkan umatnya untuk berhubungan denga pemeluk agama lain, bahkan toleransi antar umat beragama sangat dianjurkan oleh Rosulullah SAW. Batasan toleransi antar umat beragama yang dianjarkan oleh Rosul SAW adalah dalam batasan mu’amalah, yaitu hubungan kerja sama dalam hal kemanusiaan. Sedangkan toleransi yang menyangkut dalam hal ibadah dan aqidah Islam secara tegas melarangnya. Firman Allah :

Artinya : 1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. 4). Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. 60. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Q.S. Al Kafirun {109} : 1 – 6 ).

Sikap toleransi antar umat beragama dapat ditunjukkan melalui :
1. Saling menghargai dan menghormati ajaran masing-masing agama
2. Menghormati atau tidak melecehkan simbol-simbol maupun kitab suci masing-masing agama.
3. Tidak mengotori atau merusak tempat ibadah agama oranga lain, serta ikut menjaga ketrtiban dan ketenangan kegiatan keagamaan.

3. Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah
Menurut istilah agama Islam pemerinth disebut ulil amri (yang memiliki kekuasaan atau mengurusi). Menurut ahli tafsir ulil amri adalah orang-orang yang memegang kekuasaan diantara mereka (umat Islam), yang meliputi pemerintah, penguasa, alim ulama dan pemimpin lainnya. 
Islam mengajarkan kepada umatnya, bahwa mentaati pemerintah nilainya sama dengan mentaati Allah dan Rasulnya. Firman Allah :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu…… (Q.S. An Nisa’ {4} : 59).

Ayat tersebut mewajibkan setiap umat Islam wajib patuh kepada pemerintah, patuh pada peraturan perundangan yang telah ditetapkan oleh pemerinatah, selama peraturan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Tetapi jika terdapat peraturan yang tidak sejalan dengan prinsip ajaran agama, umat Islam wajib mengingatkan dengan cara-cara yang baik dan bijaksana.