KATA BIJAK

Manusia dan masalah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Jadi jangan pernah pisahkan dirimu dari ALLAH SWT. Sebab Dialah sebaik-baik penolong manusia dari beragam masalah........
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah jalan keluar masalah.


Senin, 09 Oktober 2017

BERANI MENEMPUH JALAN LUAR BIASA

JIKA ANDA menghadapi sebuah pilihan untuk melakukan sesuatu, yang satu lazim, sedangkan yang lain luar biasa, sebaiknya Anda memilih yang luar biasa. Spesialisasi selalu memiliki banyak keuntungan. Seorang spesialis tidak menghadapi banyak saingan. Setiap pengusaha selalu ingin menguasai satu bidang sepenuhnya, yakni memonopoli. Seorang wakil perusahaan yang datang kepada pengusaha grosir untuk menawarkan barangnya, hampir selalu mendapat pertanyaan, "Apakah saya dapat menjadi agen tunggalnya?" Biasanya tidak dapat. Begitu pula halnya dengan seorang dokter ahli THT, arsitek, desainer iklan, fotografer, maupun perusahaan penerbangan, tidak akan mendapat ijin monopoli. Namun kenyataannya, mereka juga mendapatkan monopoli. Hal ini diperolehnya dengan cara melakukan sesuatu secara istimewa, atau mencapai satu taraf kecakapan setinggi-tingginya. Siapa saja yang mampu terbaik dalam bidangnya, sesungguhnya ia memegang monopoli di bidangnya. Akan tetapi, kebanyakan orang tidak menginginkan kedudukan monopoli. Mereka menjalankan usahanya persis seperti yang dilakukan oleh rekan-rekannya dan saingannya.

Jarang sekali seorang pengusaha atau pemilik toko yang mau merintis jalan baru, meninggalkan jalan biasa, memusatkan seluruh minat dan perhatiannya pada satu macam barang, misalnya dengan membuka usahanya hanya dengan toko sepatu bot saja, kaos kaki saja, atau barang lainnya. Hanya satu atau dua kali saja seorang spesialis melakukan pekerjaan lain, kemudian kembali ke bidangnya sendiri yang khusus. Akan tetapi, biasanya dalam waktu sepuluh tahun ia berhasil mengembangkan perusahaannya.

Demikian pula halnya dengan para pemuda yang mencari pekerjaan. Beribu-ribu orang mempelajari akuntansi, korespondensi bisnis, dan mengetik Dengan demikian, mereka tidak dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan beribu-ribu orang tersebut. Akan tetapi, ada juga yang bertindak dengan cara lain, yakni memilih bidang yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya. la tidak menempuh jalan sebagaimana yang dilakukan kebanyakan orang. Hasilnya, ia memperoleh penghasilan yang jauh lebih tinggi sesuai yang diinginkannya. Inilah rumus penting bagi orang-orang yang ingin meraih sukses, yakni memilih pekerjaan yang dianggap sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan orang. Hal ini berlaku bagi setiap orang, baik bagi pemilik toko, tukang, pegawai, ataupun yang lainnya. Jika Anda melihat dua jalan di depan Anda, yang satu besar dan mulus, sedangkan jalan yang kedua mendaki, sempit, dan penuh batu karang, maka pilihlah yang kedua. Karena jalan yang pertama itu dilalui oleh orang banyak, sedangkan jalan yang kedua sempit dan tidak dilalui orang banyak Jika Anda harus memilih, dengarlah bisikan dari akal sehat, jangan mendengarkan bisikan nafsu Anda yang suka bermalas-malasan. Jangan hiraukan berbagai kesulitan dan hambatan, tetapi perhatikanlah akhir jalan itu, yaitu cita-cita dan tujuan Anda. Ada dua orang yang menamatkan sekolahnya bersama-sama, yang satu tidak lebih baik daripada yang lain. Kedua orang itu memulai karirnya dari tingkat yang paling rendah. Lama sekali mereka menjadi teman akrab. Tetapi di kemudian hari kedua teman itu berpisah, mereka berada di persimpangan jalan: simpang dua, tiga, empat, dan lima. Cara mereka menghadapi persimpangan jalan itu berbeda-beda. Yang satu tetap seperti biasanya, sedangkan yang lain meninjau jalan lain yang bisa dan harus ditempuhnya. Dua puluh tahun kemudian, teman sekelasnya itu meminta pekerjaan darinya.

Di sebuah sekolah, seorang guru yang mengajarkan matematika berkata, "Anak-anak, ini adalah soal matematika yang mudah." Menurut saya, cara seperti ini merupakan cara yang salah dalam mendidik anak. Sebaiknya perhatian jangan diarahkan kepada pekerjaan yang mudah. Mereka harus disuruh melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Saya akan lebih rnenghargai guru tersebut seandainya ia berkata, 'Anak-anak, soal matematika ini adalah soal yang sulit tetapi sangat mengasyikkan. Gunakanlah pikiranmu, soal matematika ini perlu kita kerjakan." Saya selalu menganjurkan kepada anak-anak agar melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Saya mengajarkan kepada mereka bahwa melakukan sesuatu yang mudah dan asyik itu hanyalah memboroskan waktu. Pekerjaan yang baik adalah mengerjakan sejumlah soal yang sulit, yang memerlukan jerih payah, dan memeras otak serta keringat. 

Jika ada orang yang baru masuk kerja, sangat keliru bila diberitahukan kepadanya bahwa pekerjaannya mudah. Seharusnya ia diberitahu bahwa ia harus menggunakan seluruh perhatian dan pikirannya untuk melakukan pekerjaan itu sebaik-baiknya. Ia tidak boleh menganggap cukup jika ia telah menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Seharusnya ia tahu bahwa di manapun juga, ia harus melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, sehingga pekerjaannya tidak mungkin diperbaiki lagi oleh orang lain. 

Ketika berada di persimpangan jalan, terkadang seorang pemuda mendapat nasihat yang baik dari teman dan saudaranya. Tetapi, kadang-kadang ia juga memperoleh nasihat yang keliru. Saya khawatir karena kebanyakan nasihat itu seperti ini, 'Jangan terlalu berani, lebih baik hati-hati, lalui jalan yang lebar, rata, dan aman." Ibu saya menginginkan agar saya memiliki perusahaan rempah-rempah, sedangkan ayah saya menginginkan agar saya menjadi seorang pendeta. Tentunya saya harus tegas dalam menghindarkan diri dari kedua bahaya tersebut. Ini merupakan suatu contoh, kadang-kadang seorang pemuda harus menolak nasihat yang diberikan orang lain kepadanya ketika ia berada di persimpangan jalan. Betapa terkejutnya seorang guru ketika anaknya mengambil keputusan untuk menolak menjadi pegawai negeri seperti dirinya. Akan tetapi di kemudian hari, anak itu menjadi terkenal. Ternyata ia lebih tahu apa yang ia lakukan daripada ayahnya. 

Beratus-ratus, bahkan beribu-ribu pemuda setiap tahun melepaskan diri dan pengaruh lingkungannya dan jalan mereka sendiri. Jika mereka menempuh jalan itu dengan rajin dan penuh kesungguhan, mereka tidak akan menyesal. Kita tidak usah mempersoalkan pemuda-pemuda yang lebih suka bermain-main daripada bekerja, yang selama beberapa bulan atau tahun meninggalkan orangtua mereka dan pulang dengan perasaan menyesal, dalam keadaan miskin. Akan tetapi wajah dunia tidak akan seperti ini seandainya tidak ada orang-orang yang memiliki keberanian untuk meninggalkan jalan yang sedang ditempuh, lalu menempuh jalan baru.

Terhadap segala sesuatu yang bersifat baru di dunia ini, harus ada orang yang meninggalkan jalan yang lazim ditempuh, lalu mencoba menempuh jalan baru. Ada banyak cara untuk mencoba menempuh jalan baru itu. Ada yang mungkin menguasai satu bidang saja dalam pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dinaikkan pangkatnya. Ada pula yang mendirikan perusahaan baru, kemudian mengembangkan dan membesarkannya. Akan tetapi kebanyakan orang tidak memikirkan berbagai kemungkinan yang ada dalam suatu pekerjaan, yang mereka pikirkan hanyalah gaji semata, sehingga seringkali mereka mencari-cari informasi tentang pekerjaan lain yang lebih besar gajinya. Mereka tidak mau memikirkan menempuh jalan ke atas dengan membuka kemungkinan-kemungkinan baru, tetapi maunya melamar ke atas. Jika mereka sudah bekerja setengah tahun, biasanya mereka melamar pekerjaan yang lain. 

Setelah seseorang mendapatkan suatu pekerjaan, sesungguhnya ia tengah berada di persimpangan jalan dan berhadapan dengan kondisi: 1) Ia melaksanakan apa saja yang ditugaskan kepadanya sambil mencari pekerjaan lain, atau 2) Ia tetap bekerja di kantor atau perusahaan tersebut sambil mempelajari dan mencari jalan agar dapat menjadi lebih berguna bagi kantor atau perusahannya Di luar kemungkinan teknis, ia selalu dapat menyelidiki: 1) Bagaimana ia dapat melakukan penghematan di perusahaan tersebut: 2) Bagaimana ia dapat meningkatkan kecepatan di perusahaan itu, 3) Bagaimana ia dapat mengadakan perbaikan di perusahaan itu. 

Menghemat, meningkatkan kecepatan, dan memperbaiki adalah tiga hal yang dalam keadaan bagaimanapun juga menambah rentabilitas, yakni perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak, yang merupakan tujuan setiap perusahaan dan kebanggaan setiap pemimpin perusahaan. Apakah keuntungan itu akan diberikan kepada para pemegang saham, ataukah dipergunakan untuk membuat perusahaan itu lebih berguna untuk umum, itu merupakan persoalan lain. Hal ini kurang diperhatikan oleh pegawai-pegawai di perusahaan-perusahaan, baik negara maupun swasta. Biasanya mereka mengira tidak akan ada bedanya apakah perusahaannya menghasilkan keuntungan atau hanya menghabiskan biaya saja. 

Para pimpinan perusahaan negara maupun swasta berpendapat lain. Jika perusahaannya diberi subsidi oleh pemerintah, mereka akan merasa bangga apabila perusahaannya sewaktu-waktu dapat berdiri sendiri tanpa bantuan. Dan apabila perusahaannya mendapatkan untung, mereka akan meningkatkan keuntungan tersebut, tidak untuk dibagi-bagi, melainkan untuk memperbaiki perusahaan tersebut. Para direktur selalu mempunyai rencana-rencana yang ingin sekali mereka laksanakan, padahal biayanya tidak ada. Mereka menghasilkan uang dan keuntungan. Mudah dimengerti jika seorang direktur lebih suka mengepalai suatu perusahaan besar daripada perusahaan kecil. Apabila ada orang yang lebih mengutamakan kerja dari pada uang yang ada, maka orang itu dianggap luar biasa. Ia berusaha agar orang tersebut tidak meninggalkannya, dan mengusulkan supaya dinaikkan pangkatnya untuk ditambah gajinya. 

Penghematan biaya adalah suatu metode yang selalu berguna dan dapat dilaksanakan. Memimpin perusahaan berarti berjuang melawan pemborosan. Pemborosan waktu, uang, dan energi merupakan tanaman liar yang harus dibasmi. Mempercepat berarti menghemat waktu, sedangkan waktu adalah uang. Mengerjakan sesuatu lebih cepat berarti lebih murah. Biaya-biaya umum tetap sama, akan tetapi basil bertambah, dan prestasi meningkat. Mempercepat berarti juga memperbaiki pelayanan. Semakin cepat suatu perusahaan bekerja, semakin senang para pelanggannya. Mempercepat pekerjaan selalu baik dan menguntungkan. Memperbaiki perusahaan adalah suatu hal yang paling sukar. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang perdagangan yang biasanya ditentukan oleh bakat. Setelah seseorang memikirkan peningkatan rentabilitas, ia mulai menginjakkan kakinya di atas jalan menuju kursi pimpinan. Barulah ia tahu apa yang dinamakan 'pengusaha'. Sewaktu masih jadi pegawai, ia berusaha agar lebih berguna bagi perusahan. Dengan demikian, tentunya ia akan lebih cepat dipromosikan. 

Dewasa ini, banyak perusahaan yang menyediakan kotak saran ataupun surat untuk menarnpung usul-usul yang ditujukan kepada direksi. Ini suatu langkah yang bagus. Kotak surat tersebut merupakan jalan ke arah kamar direksi. Melalui jalan tersebut, seorang pegawai bisa mendapat perhatian, sehingga tidak ada lagi pegawai yang berkata, "Mereka melupakan saya, sehingga saya tak mempunyai kesempatan untuk maju." 

Seorang warga negara Amerika mengadakan perjalanan dengan mengendarai mobil di Meksiko. Pada suatu saat, mobilnya rusak di tengah jalan, kemudian ia berhenti di depan rumah seorang montir. Pengendara mobil tersebut bertanya kepada montir yang sedang berbaring di atas rumput memperbaiki mobil yang rusak apakah ia dapat memperbaiki mobilnya yang rusak. "Ya," jawab montir tersebut. Ia segera bangun dari pembaringannya, kemudian ia memanggil istrinya yang berada di rumah dan bertanya, "Masih ada uang berapa di rumah?" Ternyata masih banyak. Akhirnya montir tersebut berkata kepada pengendara mobil, "Saya bisa memperbaiki mobil itu, tetapi saya tidak mau, karena saya tidak perlu uang." Kelambanan dan tidak tahu mengambil keputusan adalah dua sifat yang mengakibatkan kehancuran yang lebih luas dan hebat daripada kebakaran, banjir, dan bencana-bencana lainnya yang dikumpulkan menjadi satu. Merupakan gejala yang aneh tetapi wajar jika seseorang yang memerlukan sesuatu dan dapat membelinya cenderung menunggu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun untuk membelinya. Apabila keadaan sulit dan tidak mungkin membeli barang-barang yang kita butuhkan, maka kita menggerutu, menangis, dan memaki-maki. Akan tetapi bagaimanakah sikap kita apabila barang itu masih murah? Jika barang tidak ada, kita kebingungan mencari-cari. Akan tetapi pada waktu barang banyak, kita ragu-ragu untuk membelinya. Bukan karena tidak ada uang untuk membelinya, akan tetapi karena segan memasuki toko. Ini adalah suatu kelambanan. 

Setiap orang tahu bahwa penghasilannya dapat meningkat jika ia menguasai suatu bidang atau mempelajari beberapa bidang yang lain. Untuk semua bidang, baik bidang teknik, ekonomi, maupun lainnya, ada kursus-kursus tertulis yang baik yang dapat diikuti di rumah. Akan tetapi hanya sedikit sekali orang yang tertarik untuk mengikutinya. Tidak banyak orang yang berbuat dan bertindak cepat apabila ada sesuatu yang harus dikerjakan. Memang, menangguhkan adalah pekerjaan yang paling mudah, sedangkan bertindak selalu memerlukan energi. Kebanyakan orang terlalu membuang-buang waktu untuk memikirkan dan membicarakan kesulitan-kesulitannya yang sepele. Tipe orang yang demikian itu banyak sekali, dan kesukaran kecil juga banyak. Kesukaran-kesukaran itu sering disebabkan oleh kita yang sering terlalu mudah tersinggung. Kita mudah digelisahkan dan dibingungkan oleh gigitan nyamuk, pesuruh yang lupa menutup pintu, anjing tetangga menyalak terlalu keras, jawaban yang kurang enak dari pegawai, dan beribu persoalan lainnya sering membuat kita marah, gelisah, dan menimbulkan banyak lagi ketegangan-ketegangan dengan orang lain. Dengan demikian kerja kita tidak efisien. 

Memang, ada penderitaan yang sangat menyedihkan. Banyak orang yang dalam perang dunia kehilangan kawan dan sanak saudara. Penderitaan yang demikian tidak akan lenyap kesedihannya meskipun dihibur dengan berbagai macam hiburan. Setiap orang harus berusaha menanggung penderitaannya dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, banyak orang yang bingung dan gelisah karena tidak mempunyai uang. Kesimpulan apa yang dapat kita tarik dari kenyataan-kenyataan ini? Bahwa kesukaran-kesukaran kita yang kecil-kecil harus kita usir, kemudian memusatkan perhatian kita untuk memperbesar penghasilan kita. Jika dengan pikiran segar kita dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada masalah ini, niscaya kita akan melihat berbagai cara untuk menambah penghasilan. Tetapi sekali-kali jangan berpikiran mendapatkan warisan atau lotre. Tidak sedikit orang yang ingin memperbesar penghasilannya mencari-cari jalan dengan slogan yang berbunyi, "Mendapat uang tanpa usaha." Banyak orang yang malas dan tidak jujur, secara terus-menerus berusaha menemukan jalan yang demikian itu. Ini merupakan cara berpikir yang tidak baik. Jika seseorang mendapatkan sesuatu tanpa usaha dan jerih payah, ia termasuk golongan yang rugi karena kemerdekaannya hilang, dan semangat perjuangan serta kemampuan untuk menolong dirinya sendiri lenyap. Uang seberapapun banyaknya tidak dapat menebus kerugian-kerugian ini. Jika sekali atau dua kali orang mendapat uang tanpa usaha, keinginannya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna menjadi berkurang. Ia menjadi orang-orangan, bukan orang sungguhan. Inilah bahaya yang mengancam anak-anak orang kaya. Mereka terbiasa mendapatkan uang tanpa usaha dan jerih payah sedikitpun, sehingga akhirnya mereka tidak mau lagi bekerja memeras otak dan keringat. Tidak ada orang yang lebih membosankan daripada anak-anak orang kaya yang malas, meskipun mungkin ada ada sifat-sifat lainnya yang baik. Ia dikelilingi oleh para penjilat. Jika sekali waktu mereka mendapatkan bencana dalam hidupnya, ia tidak kuasa menghadapinya, sedangkan uangnya telah lenyap. Seorang ayah yang kaya hendaknya menuntut anaknya agar melakukan pekerjaan yang berguna untuk setiap uang yang diterimanya. Uang yang diperoleh sebagai hasil kerja keras dan memeras otak adalah uang berharga. Orang yang mendapat uang dengan cara seperti itu semakin besar harga dirinya, dan semakin efisien. Memperoleh sesuatu tanpa bekerja bisa menjerumuskan banyak orang ke dalam jurang kesengsaraan. Perhatikan apa jadinya dengan orang yang ketika masih kanak-kanak pandai main judi dan mencuri. Seandainya ia diberi pekerjaan, maka ia tidak dapat melakukannya, sebab ia tidak akan tahan bekerja satu hari terus-menerus. Ia telah membelokkan otaknya ke jurusan yang salah. Ia tidak menjadi pandai, tetapi licik. Bagaimanapun pintar dan cerdiknya, namun ia akan terjerumus ke dalam jurang kesengsaraan, karena lama-kelamaan masyarakat tidak mau dikelabui oleh kelicikannya. 

Beberapa tahun yang lalu, seseorang datang kepada saya untuk menceritakan pengalamannya Ia telah mendapatkan pekerjaan yang baik, dan dari tahun ke tahun telah mencapai kemajuan. la merasa puas dan sangat bahagia. Pada suatu hari, datanglah seorang penjual lotre menjual dagangannya ke kantornya. Kebetulan pada hari tersebut teman sekamar kerja yang biasa membeli lotre tidak masuk. Penjual lotre tampak sangat kecewa. Melihat kekecewaannya itu, akhirnya orang yang datang kepada saya membeli beberapa lembar lotre. Setelah kejadian itu, orang yang datang kepada saya sering melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak perlu. Ia menghambur-hamburkan uang hanya untuk bersenang-senang saja. Akibatnya buruk sekali, ia menjadi lupa daratan, kelakuannya menjadi sangat tercela, sehingga ia dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja. Uangnya habis dalam waktu satu tahun. Ia harus mulai dari permulaan, dari tingkat yang lebih rendah dari apa yang telah dicapainya. Hidupnya jadi sengsara. Kondisi ini menjengkelkan hatinya. Apakah kecakapannya merosot? Tidak. Kecakapannya tidak merosot. Yang merosot adalah akhlaknya, akan tetapi pada saat itu ia tidak sadar. Lalu tibalah masa yang penuh kesukaran. Ia membenci semua orang. Tetapi pada suatu saat ia sadar akan kesalahannya, lalu ia berusaha untuk bangun kembali, dan akhirnya pulih seperti dahulu, dan jatuh cinta. Orang yang jatuh cinta adalah orang yang bahagia laksana di surga, ia tidak membutuhkan apa-apa kecuali si dia. Orang yang jatuh cinta menemukan tujuan yang sanggup membangkitkan energi ekstra. Sejak saat itu, ia temukan kembali kebahagiaan- nya. 

Di samping terdapat orang yang ingin mendapatkan uang tanpa usaha, ada pula orang-orang yang suka mengkhayal, yang mempunyai gagasan-gagasan liar tentang keuangan. Apapun yang sedang ia lakukan, ia selalu ingin melakukan pekerjaan yang lain. Dan di manapun ia berada, ia selalu ingin pergi ke tempat lain. Di bawah ini ada surat yang ditulis oleh Abraham Lincoln kepada saudara laki-lakinya yang tidak suka bekerja keras dan sering berpindah-pindah pekerjaan. "Manakah yang lebih baik keadaan di Missouri atau di sini? Apakah tanahnya yang lebih baik, ataukah yang lain? Apakah di sana kamu mampu menanam gandum tanpa menggarap tanahnya? Jika kamu mau bekerja dengan sungguh-sungguh, tak ada tempat yang lebih baik daripada tempat di mana engkau sekarang berada. Berlari kesana-kemari tidak akan membawa engkau ke tempat tujuan." 

Jika ada toko tempat orang bisa membeli sukses, tentu akan banyak orang yang datang, lalu pergi lagi tanpa membeli. Apa sebabnya? Karena setiap kesuksesan diberi kartu harga. Mereka akan membaca harganya, "Lima tahun belajar dan bekerja keras." Mereka akan menggelengkan kerpalanya sambil berkata, "Tidak bisa, terlalu mahal." Kemudian mereka pergi mengikuti kebanyakan orang. Itulah sebabnya mengapa mereka sangat banyak jumlahnya, sedangkan orang yang pandai memimpin hanya sedikit. Kebanyakan orang yang berkata "Bukankah saya juga mempunyai hak untuk hidup?" akan jatuh di lumpur, dan tidak dapat keluar. Ia tidak mempunyai hak apa-apa, dan tidak boleh menuntut apa-apa di dunia ini. Kita sudah berutang banyak ketika kita dilahirkan. Kita juga berutang banyak kepada orangtua kita dan kepada semua orang besar dalam sejarah yang telah hidup dan berjuang untuk memungkinkan kita hidup di dunia. Hak hidup kita harus kita perjuangkan. Siapa yang ingin menuntut, harus terlebih dahulu memberi. Dan jika ia cerdik, ia akan memberi kepada dunia sesuatu yang betul-betul dibutuhkan, bukan sesuatu yang dikiranya dibutuhkan dunia. 

Jika orang membicarakan perdagangan, banyak terdengar harapan: mudah-mudahan keadaan menjadi lebih baik. Memang, terlalu banyak orang yang mengharapkan keadaan yang lebih baik, seolah-olah pernah ada masa di mana roda perdagangan dapat berputar sendiri, atau ada musim-musim keuntungan dan kerugian. Memang benar, ada masa pasang, ada pula masa surut. Ketika masa pasang, perusahaan ikut naik dan mengalami kemajuan. Jika sedang surut, maka terjadilah yang sebaliknya. Akan tetapi bukannya hal ini yang menyebabkan kesuksesan dan kegagalan. Tidak boleh jaman sukar dijadikan alasan untuk membenarkan adanya kegagalan. Apabila perusahaan yang memiliki pimpinan yang kurang baik mengalami masa-masa sulit, maka perusahaan akan lebih cepat gulung tikar. Akan tetapi, baik kondisi pasang maupun surut, tidak akan dapat mengganti pimpinan perusahaan. Pengertian masa baik dan masa buruk harus dipahami dengan tepat. Masa adalah pengaruh-pengaruh dari luar. Pengaruh-pengaruh yang ada dapat berupa pengaruh yang baik, dapat pula sebaliknya. Tetapi perusahaan tidak boleh hanya bergantung kepada pengaruh dari luar, atau pengaruh keadaan. Itu bukan usaha, tetapi judi. Perusahaan yang memiliki susunan yang baik ibarat kapal yang baik ia mampu menghadapi badai dan topan. Apabila cuaca baik, jalannya akan lebih laju daripada ketika cuaca buruk. Akan tetapi, cuacanya baik maupun buruk, kapal itu sampai juga di tempat tujuannya. Seorang pimpinan yang baik akan menyesuaikan perusahaannya dengan keadaan sambil mendorongnya ke depan. Tidak jarang orang dapat menggunakan keadaan yang buruk untuk kemajuan perusahaan. Banyak perusahaan yang tumbuh berkembang di bawah tekanan-tekanan dan berbagai rintangan yang hebat. 

Sebagaimana halnya perusahaan, demikian pula naik turunnya karir seseorang. Kadang-kadang Anda menjumpai seorang pemuda yang cukup pandai dan mempunyai sifat-sifat baik, namun ia tidak bisa maju karena keadaan jaman tidak menguntungkannya. Namun, ia tidak boleh menyerah pada keadaan. Pertama, yang harus dipahaminya adalah bahwa tidak ada sesuatu yang mutlak merugikannya atau merintanginya. Mungkin hanya ada satu atau dua saja yang menghalangi atau merintanginya, karena masih ada beratus-ratus ribu keadaan yang lain di dunia ini. Tidak ada orang yang dapat mencapai kesuksesan tanpa mengatasi rintangan-rintangan terlebih dahulu. Tidak ada daerah yang hebat dan liar seperti pegunungan Karakorum, namun ternyata Dr. Philip Visser dapat mengatasinya. Tidak hanya satu kali, tetapi berkali-kali. Apabila kesulitan hanya dipandang saja, seolah-olah ia tidak dapat diatasi. Tetapi pada kenyataannya, ia tidaklah begitu menyeramkan. Milton menulis buku-bukunya ketika ia buta, Beethoven menggubah musik abadinya ketika ia tuli. 

Ketika tentara Jerman merasa takut, sudah sepantasnya jika serangan tentara Kanada dipermudah oleh berbagai keterangan yang diberikan kepada mereka dari pedalaman. Mereka melakukan segala sesuatu untuk menghalang-halanginya. Mereka menciptakan keadaan yang tampaknya menentukan, dengan memutuskan segala hubungan telegram dan telepon, dan merampas seluruh sepeda. Dengan demikian mereka mengira bahwa tidak akan ada keterangan yang bisa disampaikan, dan pekerjaan mata-mata gagal. Semua serdadu Jerman diberi tugas menembak mati semua orang yang membawa alat teropong tanpa memberi peringatan terlebih dahulu. Mereka bergerak pada malam hart terutama pada saat tidak ada orang yang mengetahui. Mereka memagari semua pos-pos pertahanan dengan kawat berduri. Dengan demikian, mereka mengira semua gerak-gerik mereka dapat disembunyikan. Akan tetapi ketika tentara Kanada melewati sungai Rhyn, mereka telah mengetahui keadaan yang terjadi di sungai Iysel. Dan ketika telah sampai di lysel, mereka mengetahui apa yang terjadi di Amersfoort. Jadi, keterangan-keterangan itu akhirnya dapat disampaikan juga. 

Orang-orang yang ingin mencapai tujuannya selalu menghadapi banyak rintangan, akan tetapi setiap orang memiliki tenaga cadangan. Ia selalu dapat melakukan lebih banyak daripada yang disangkanya. Seperti halnya dengan seorang pemuda yang hanya mampu berenang sejauh lima puluh meter, is terpaksa berenang sejauh satu kilometer karena perahu yang ditumpanginya tenggelam di danau sejauh satu kilometer. 

Oleh karena itu perlu diingat, jika Anda sedang menghadapi suatu tugas berat, jangan terlalu memikirkan prestasi Anda pada masa lalu, namun ingatlah tenaga cadangan yang Anda miliki. Jika Anda benar-benar memerlukannya, tenaga cadangan tersebut dapat dipergunakan. Namun hanya ada sedikit orang yang dapat meningkatkan tenaga dan kekuatannya secara optimal, dan keadaan ini dapat terwujud ketika dilaksanakan seorang diri. Dari suatu rapat atau kepanitiaan tidak bisa diharapkan dapat keluar tenaga atau kekuatan seperti ini. Kita tahu bahwa yang berjuang melawan penyakit anjing gila adalah Pasteur, bukan lembaga kedokteran. Sedangkan yang merencanakan produksi besar-besaran secara konsekuen adalah Ford, bukan Komisi Perancang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gerakan besar dan sistem yang hebat berkembang dari otak satu orang yang memperoleh inspirasi.

Jumat, 01 September 2017

KEBERADAAN ALLAH SWT MENURUT AL-QUR'AN DAN AS SUNNAH

Ketika para ulama salaf ditanya tentang kaiffiyah istiwa (cara Allah bersemayam) mereka menjawab: "Istiwa (bersemayam) Allah itu sudah dipahami, sedangkan cara-caranya tidak diketahui; mengimaninya (istiwa) adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid'ah." Jadi, kaum salaf sepakat bahwa kaiffiyah istiwa itu tidak diketahui oleh manusia dan bertanya tentang hal itu adalah bid'ah. Karena hal itu tidak dilakukan oleh para salaf di zamannya. Jika ada orang yang bertanya, "Bagaimana cara Allah turun ke langit dunia?" Maka tanyakanlah kepadanya, "Bagaimanakah DIA?" Jika dia mengatakan, "Saya tidak tahu kaiffiyah (kondisi)-Nya." Maka jawablah, "Maka dari itu kita tidak mengetahui kaiffiyah turun-Nya. Sebab untuk mengetahui kaiffiyah sifat harus terlebih dahulu mengetahui kaiffiyah dzat yang disifati itu." Karena sifat itu adalah cabang dan mengikuti yang disifatinya. Begitu juga ketika kita ingin menanyakan sifat keberadaan Allah. Kita harus tahu kondisi Allah. Jadi bagaiman mungkin kita menjelaskan cara Allah mendengar, melihat, berbicara, bersemayam, turun, padahal kita tidak mengetahui bagaimana kaifiyyah dzat-Nya? Satu-satunya yang bisa menjelaskan keberadaan Allah, hanyalah Allah subhanahu wata'ala sendiri. Dan Allah sendiri telah menjawab pertanyaan ini lewat nash-nash dalam Alqur'an atau As Sunnah. Keterangan dari keduanya itulah yang sebenarnya bisa diterima dan diakui dalam aqidah Islam, jauh dari konsep pemikiran akal manusia. Sebab jawaban kita hanya semata-mata dari keterangan Allah Subhanahu Wata`ala sendiri yang secara formal telah memperkenalkan diri-Nya kepada kita. 1. Allah Berada di Atas Arsy Keterangan dari Allah ini dapat kita temukan pada ayat-ayat-Nya di bawah ini: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al-Araf : 54) Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Yunus : 3) Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan , menjelaskan tanda-tanda , supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu. (QS. Ar-Ra’d : 2) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy .(QS. Thaha : 5) Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy , Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui tentang Dia. (QS. Al-Furqan : 59) Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy . Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?(QS. As-Sajdah : 4) Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hadid : 4) Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (QS. Al Haaqqah: 17) 2. Allah Berada di Langit “Tidakkah kamu merasa aman dari Allah yang berada DI LANGIT bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah merasa aman terhadap Allah yang DI LANGIT bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat) mendustakan peringatan-Ku”. ( QS Al-Mulk : 16-17). Selain itu ada hadits dari Rasulullah SAW yang juga menjelaskan tentang di manakah Allah SWT itu . Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Kasihanilah yang di bumi maka kamu akan dikasihani oleh YANG DI LANGIT". (HR. Tirmiziy). Rasulullah bersabda: Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit. [Bukhari no.4351 kitabul Maghazi; Muslim no.1064 Kitabuz Zakat] Namun tentang bagaimana keberadaan Allah SWT di langit dan di asry, kita tidak punya keterangan pasti. Maka kita imani keberadaannya sedangkan teknisnya seperti apa, itu majhul atau tidak dapat diketahui karena keterbatasaan panca indera serta keterbatasan akal manusia. Dan bertanya tentang seperti apa teknisnya adalah bid’ah. Ini adalah jawaban paling aman dan inilah yang diajarkan Imam Ahmad kepada kita. 3. Tentang Allah Dekat dan Ada di Mana-mana "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaaf : 16) Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawa­blah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo'a apabila ia berdo'a kepada-Ku...(QS Al-Baqarah: 186). Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid : 4) Namun kata ma’a tidak berarti menunjukkan tempat seseorang berada. Sebab dalam percakapan kita bisa mengatakan bahwa aku menyertaimu, meski pada kenyataannya tidak berduaan. Sebab kebersamaan Allah SWT dalam ayat ini adalah berbentuk muraqabah atau pengawasan. Seperti ketika Rasulullah berkata pada Abu Bakar saat berada di dalam gua, "Jangan kamu sedih, Allah beserta kita". Ini tidak berarti Allah SWT ikut masuk gua. Tapi, lebih bermakna bahwa mereka berada dalam pengawasan Allah. Jadi, keterangan yang mengatakan Allah ada di mana-mana bukan merujuk pada tempat atau keberadaan-Nya, melainkan kebersamaan-Nya melalui pengawasan serta rida-Nya bagi orang-orang yang teguh berada di jalan-Nya. Perpaduan antara ma'iyah (kebersamaan) dan 'uluw (keberadaan di atas) bisa terjadi pada makhluk. Seperti dikatakan: "Kami masih meneruskan perjalanan dan rembulan pun bersama kami". Kalimat ini tidaklah dianggap bertentangan, padahal sudah barang tentu bahwa orang yang melakukan perjalanan itu berada di bumi sedangkan rembulan berada di langit. Apabila hal ini bisa terjadi pada makhluk, maka bagaimana pikiran Anda dengan Al-Khaliq yang meliputi segala sesuatu? Apakah tidak bisa dikatakan bahwa Dia bersama Makhluk-Nya di samping Dia Maha Tinggi berada di atas mereka, terpisah dari mereka, bersemayam di atas 'arsy-Nya? (Kaidah-kaidah Utama..., hal. 156). Syeikh 'Utsaimin menjelaskan tentang, ayat "...Dan Dia bersama kamu di manapun kamu berada." (QS 57: 4), bahwasannya ma'iyah (kebersamaan) dalam ayat ini sama sekali tidak menunjukkan pengertian Allah Subhanahu Wata'ala bercampur dengan makhluk atau tinggal bersama di tempat mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Al-'Aqidah Al-Waasithiyah (hal. 115, cetakan ketiga, komentar Muhammad Khalil Al-Harras), mengatakan: "Dan pengertian dari firman-Nya: 'Dan Dia bersama kamu', bukanlah berarti bahwa Allah itu bercampur dengan makhluk-Nya karena hal ini tidak dibenarkan oleh bahasa. Bahkan, bulan seba­gai satu tanda dari tanda-tanda (kemahatinggian dan kebesaran) Ilahi, yang termasuk di antara makhluk-Nya yang terkecil dan terletak di langit itu, tetapi dia dikatakan bersama musafir dan yang bukan musafir di mana saja berada padahal musafir tentunya berada di bumi, terpisah dari bulan yang berada di langit)." Menurut Syeikh 'Utsaimin: Tidak ada orang yang berpendapat dengan makna bathil (Allah bercampur dengan makhluk atau tinggal bersama di tempat mereka) ini kecuali Al-Hululiyah (Pantheisme) seperti orang-orang terdahulu dari Jahmiyah dan mereka yang mengatakan bahwa Allah dengan dzat-Nya berada di setiap tempat. Maha suci Allah dari perkataan mereka dan amat besar dosanya atas ucapan yang keluar dari mulut mereka. Apa yang mereka katakan tiada lain adalah kebatilan. Perkataan mereka ini telah dibantah oleh para ulama Salaf dan imam yang sempat menjumpainya, karena perkataan tersebut menim­bulkan beberapa konsekwensi yang tidak dapat dibenarkan yang menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat-sifat kekurangan dan mengingkari keberadaan Allah di atas makhluk-Nya. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Ibnu Umar membacakan ayat "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al Baqarah: 115) kemudian menjelaskan peristiwanya sebagai berikut. Ketika Rasulullah SAW dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah shalat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya. (Diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i yang bersumber dari Ibnu Umar.) Kalimat maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah. Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan Allah ada di mana-mana adalah bathil karena itu merupakan perkataan golongan bid'ah dari aliran Jahmiyah dan Mu'tazilah serta aliran lain yang sejalan dengan mereka. Jawaban yang benar adalah yang diikuti oleh Ahli Sunnah wal Jama'ah, yaitu Allah subhanahu wa ta'ala ada di langit di atas Arsy, di atas semua makhlukNya. Akan tetapi ilmu-Nya ada di mana-mana (meliputi segala sesuatu). Bagaimana seseorang bisa mengatakan bahwa dzat Allah berada pada setiap tempat, atau Allah bercampur dengan makhluk, padahal Allah SWT itu "KursiNya meliputi langit dan bumi" (QS 2:255), dan "Bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya" (QS 39:67)? 4. Tentang Allah Ada di Dalam Diri dan Hati Manusia Dalam hadis qudsi (hadis yang maksudnya berasal dari Allah SWT, lafalnya berasal dari Nabi SAW) disebutkan bahwa Allah SWT berfirman: "Barang siapa memusuhi seseorang wali-Ku, maka Aku mengumumkan permusuhan-Ku terhadapnya. Tidak ada sesuatu yang mendekatkan hamba-Ku kepada-Ku yang lebih kusukai daripada pengamalan segala yang Kufardukan atasnya. Kemudian, hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amal-amal sunnah, maka Aku senantiasa mencintainya. Bila Aku telah cinta kepadanya, jadilah Aku pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku penglihatannya yang dengannya ia melihat, aku tangannya yang dengannya ia memukul, dan Aku kakinya yang dengan itu ia berjalan. Bila ia memohon kepada-Ku, Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan, ia Kulindungi." (HR. Bukhari). Hadis ini sering digunakan sebagai dalil oleh para sufi untuk menunjukan kebersatuan Allah dengan makhluk-Nya. Atau istilahnya, manunggaling kawula Gusti. Ini jelas pendapat yang tidak benar. Bagaimana mungkin Dzat Allah bercampur dengan Makhluk-Nya? Firman Allah Ta'ala: "Bila Aku telah cinta kepadanya, jadilah Aku pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku pengliha­tannya yang dengannya ia melihat, aku tangannya yang dengannya ia memukul, dan Aku kakinya yang dengan itu ia berjalan. Bila ia memohon kepada-Ku, Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan, ia Kulindungi", sesungguhnya memiliki makna bahwa Allah membenarkannya, menjaganya mengenai pendengarannya, penglihatannya, tangannya, dan kakinya, maka ia tidak menggunakan anggota-anggota badannya ini untuk bermaksiat, dan ia hanya menggunakannya dalam ketaatan pada Allah Azza wa Jalla. Ibnu Daqiq Al-Ied berkata: "Arti firman Allah itu bahwa ia (yang dicintai Allah ini) tidak mendengarkan apa yang tidak diizinkan Allah baginya untuk mendengarnya, dan tidak melihat sesuatu yang tidak diizinkan Allah untuk melihatnya, dan tidak mengulurkan tangannya kepada sesuatu yang tidak diizinkan Allah untuk menjangkaunya, dan tidak berjalan kecuali kepada hal yang diizinkan Allah baginya untuk menuju padanya..." selesailah arti­nya itu, dan tafsiran itu ditunjukkan pula oleh firmaNya dalam akhir hadits Qudsi tersebut: Bila ia memohon kepada-Ku, Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan, ia Kulindungi." Artinya, Allah Ta'ala menyertainya dengan menyetujuinya, menolongnya, dan menjaga anggota-anggota badannya dari segala larangan, karena balasan itu adalah setimpal dengan perbu­atan. Dengan penjelasan-penjelasan di atas, maka terbantahlah pendapat yang mengatakan bahwa Allah bersemayam dalam hati dan diri manusia. 5. Tentang Allah Seperti Udara, Angin, Cinta, dll Nu'aim bin Hammad, guru Imam Al Bukhari mengatakan, "Barang siapa menyamakan Allah dengan makhluk, maka ia kafir. Barang siapa menolak sifat Allah yang disandangkan-Nya untuk Diri-Nya atau disandangkan oleh Rasul-Nya maka ia kafir. Dan dalam sifat-sifat Allah yang disandangkan oleh-Nya atau oleh Rasulullah saw. tidak ada kesamaan atau kemiripan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah: Tidak ada yang sama dengan-Nya sesuatu apapun (QS.Asy-Syuura: 11) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya (QS. Al-Ikhlas: 4) Maka janganlah kalian membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah (QS. An-Nahl: 47). Ketidaktahuan dalam masalah ini merupakan sesuatu yang masih dapat dimaafkan. Demikian juga halnya dengan kekeliruan dan kesalahan dalam memberikan penafsiran. Seandainya hal tersebut tidak dapat dimaafkan, tentu apa yang dilakukan oleh para mutakallimin (teolog) yang menafsirkan nash-nash yang menjelaskan sifat-sifat Allah dihukumi sebagai kekufuran. Di mana mereka membawa nash-nash tersebut kepada pemahaman yang majazi/kiasan (bukan arti yang sebenarnya), dan menganggap hal itu bukan merupakan sesuatu yang tetap bagi Allah dalam pengertian yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan prasangka mereka yang mendorong mereka untuk menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Dengan demikian, maka penolakan mereka terhadap nash-nash yang berkaitan dengan masalah sifat-sifat Allah ini didasarkan kepada keinginan untuk menyucikan Allah SWT dari penyerupaan terhadap makhluk-Nya, menurut prasangka mereka. Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa sebenarnya, mereka tidak bermaksud menolak atau mengingkari nash-nash tersebut dengan maksud ingin mendustakannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata, "Imam Ahmad ra menaruh belas kasihan kepada mereka (yakni, aliran Jahmiyyah) dan memaafkan mereka. Karena, menurut pandangan beliau bahwa mereka itu tidak mendustakan Rasulullah saw dan tidak mengingkari risalah (ajaran) yang dibawanya. Akan tetapi, mereka keliru dalam memberikan penafsiran dan mereka mengikuti pendapat orang yang mengatakan hal itu kepada mereka." Manhaj dalam memahami nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam Alqur'an dan Sunnah tanpa melakukan: 1. Tasybih, yakni menyerupakan Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya; 2. Tahrif, yakni mengubah atau mengganti lafal-lafal nama dan sifat Allah. Atau mengganti artinya; 3. Ta'thil (pengabaian, membuat tidak berfungsi)l, yakni menampik sifat Allah dan menyangkal keberadaannya pada Dzat Allah Swt; 4. Takyif (mengondisikan), yakni menentukan kondisi dan menetapkan esesi-Nya. Inilah mazhab para salaf—sahabat, tabi'in, serta tabi'ut tabi'in. Wallahu'alam bishshawab

Kamis, 31 Agustus 2017

Membuka Rahasia Diri Melalui Ilmu, Teknik Pernapasan dan Tafakkur


TINGGALKAN SEJENAK DUNIA SEDIAKAN WAKTU UNTUK MENGENAL TUHANMU

“Antal Maut Qoblal Maut”

KAADIHUN ILAA ROBBIKA dan FA AQIM WAJ’HAKA LID DIINI HANIIFAH
” Wahai manusia ! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk bertemu dengan Tuhanmu, sampai kamu bertemu dengan-Nya “. ( QS Al Insyiqoq 84 : 6 )

Abu Huroiroh r.a. meriwayatkan bahwa Rosululloh Solawlohu Alayhi Wasallam bersabda, “Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: Apabila hamba-Ku senang untuk bertemu dengan-Ku, Aku pun senang untuk bertemu dengannya. Dan jika dia tidak suka untuk bertemu dengan-Ku, Aku pun tidak suka untuk bertemu dengannya.” (HR. Imam Malik, hadits shahih)

Bismillahir Rohmanir Rohimi
Disini saya coba membuka tabir/rahasia dari tehnik zikir & tafakur, bila dilakukan dengan ikhlas secara rutin akan membuka tabir rahasia alam malakut. (catatan : bila anda telah melaksanakannya dengan benar dan menyaksikan /merasakan /memgalami sesuatu atas ridho Alloh maka pesan saya jangan ceritakan kepada siapapun, ambil dan terima kebaikan tersebut hanya untuk anda sendiri, bila anda merasa harus bertanya (di diskusikan) silahkan anda bisa menghubungi saya melalui email) “PERHATIAN : bila ragu ?? jangan dilakukan” (Silahkan di Copy Paste)

Membuka Rahasia Diri melalui ILMU,TEKNIK PERNAFASAN & TAFAKUR.”
“Membina kekuatan jiwa,mental dan penyembuhan penyakit zahir dan batin”
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala
“Maka ingatlah kepada-Ku, nescaya Aku ingat kepadamu (bersama dan melindungi hambaNya)… “(al-Baqoroh: 152)
Tenaga zikir adalah tenaga dari Illahi, ia mempunyai cahaya yang hebat yang datang dari alam Lahut. Energi zikir akan menysucikan segala kekotoran pada qolbu sehingga qolbunya akan terkeluar cahaya alam Lahut yang tertutup selama ini disebabkan kekotorannya. Cahaya ini akan bersinar dan meningkatkan frekuensi cahaya pada qolbi dan seterusnya mengeluarkan segala tenaga yang rendah pada jiwanya (mazmumah). Ia juga akan bergerak menguatkan Ruh Sultoni yaitu cahaya akal sehingga akalnya mempunyai daya ketahanan yang kuat, berfikir tajam dan kreatif.

Zikir yang digabungkan dengan teknik pernafasan yang betul, atau disebut oleh ahli Tasawuf sebagai zikir nafas, akan memberikan kesan yang lebih hebat.
Imam Ghazali mengatakan zikir yang dilakukan dengan cara menahan nafas akan mempercepatkan proses penyucian hati (membakar mazhumah).
Pernafasan yang betul akan memaksimumkan penyerapan oksigen yang amat penting dalam kehidupan dan kesehatan manusia.Kekurangan oksigen menyebabkan seseorang terdedah pada berbagai penyakit.

Zikir Nafas juga dapat merawat gangguan halus sama ada dari sihir atau pun jin ialah dengan mengeluarkan penyakit dari diri serta memastikan pesakit mempunyai sistem pertahanan yang kuat agar segala iblis atau sihir tidak dapat menembusinya lagi  setelah ia sembuh.
Rawatan energi zikir juga akan menumpukan pengumpulan tenaga zikir pada qolbu untuk mengeluarkan syaitan dari dalam darah. Apabila tenaga zikir terkumpul di jantung, maka ia akan menghantar tenaga itu ke seluruh badan melalui sistem peredaran darah, seterusnya menghancurkan segala tenaga yang rendah (jin dan syaitan) tidak kira di mana ia berada dalam tubuh pesakit.

(Zikir Nafas)
Setiap kita yang hidup mesti mempunyai nafas, melihat, mendengar, merasa dan ini semua termasuk di dalam sifat al hayat. Kita boleh hidup tanpa mata, telinga, tangan dan anggota tubuh yang lain tetapi kita tidak bisa hidup tanpa nafas. Kita boleh berjalan, berkata-kata dan melakukan apa saja, ini semua berlaku kerana qudrot dan irodat dari  Alloh. Dan nafas berada di dalam qudrot dan irodat Alloh.

Di mana permulaan dan letaknya nafas ini?
Untuk mengetahuinya kita harus kembali pada asal kejadian kita yaitu di antara pertalian ibu dan anaknya. Mula terjadi benih diperut ibu ialah di bagianPUSAT. Di situlah mulanya nafas dan dari situ bermula benih itu membesar menjadi anggota tubuh yang sempurna.

Dimanakah letaknya rahasia diri kita yang sebenarnya?
Letaknya rahsia diri kita ialah di atas PUSAT (jaraknya dua jari diatas pusat). Kerana di situlah mulanya kejadian kita. Dan situlah letaknya pengenalan kita pada Alloh. Untuk mencapai ke maqom tersebut ada 3 tahap atau latihan yang perlu kita lakukan.

-Menfanakan diri (mematikan diri)
-Mengqasadkan diri dalam afal Alloh (perbuatan Alloh)
-Mengqasadkan diri dalam ilmu Alloh (pengetahuan Alloh)
Pengetahuan Alloh amat luas dan tidak terbatas.

Kalau Dia tidak berpengetahuan, munkinkah terjadi segala sesuatu ini? Tentu tidak akan terjadi.
Mustahil kalau Alloh itu tidak tahu. Adapun pengetahuan manusia makhluk tetap terbatas. Sedang Alloh Yang Maha Ada, justeru Dialah yang mencipta akal dan pengetahuan.

Dan kunci/pokoknya amalan ini ialah: Lahawlawala quwwata illa billahil aliyyil azhim

Tahap 1
Mematikan diri dengan cara mengumpulkan segala nafas kita di bahgian qolbu (maqomnya alam malakut) lalu ditarik ke atas di bahgian ubun-ubun kepala (maqomnya alam jabarut) sambil tarik nafas dan bila sudah sampai kebahgian umbun-umbun kepala lalu tahan nafas untuk seketika. Selepas itu turunkan/lepaskan nafas hingga kebagian 2 jari di atas PUSAT (maqomnya alam lahut) lalu tahan nafas untuk seketika. Kosongkan pikiran dan tumpukan pada point iaitu 2 jari di atas PUSAT. Rasakan pada waktu itu kewujudan kita telah tiada yang ada hanya Alloh. Selepas itu ambil nafas seperti biasa seketika dan lakukan lagi latihan 1.

Tahap 2
Mengqasadkan diri kita pada pergerakan Alloh yaitu segala gerakan yang berlaku pada diri kita bukan lagi gerakan kita tetapi adalah gerakan Alloh. Kembali pada pokoknya Lahawlawala quwata illabillahil aliyyil azhim. Bahawasanya apa saja gerakan yang berlaku pada diri kita bukan lagi gerakan kita tapi adalah qudrot dan irodat Alloh.

Misalnya: Kita lakukan latihan 1 dan bila sampai saja di point (PUSAT) kita bermohon pada Alloh agar memberi kita pergerakan . Dan selepas itu serahkan segala-galanya pada gerakan Alloh jangan dipikirkan apakah gerakan yang hendak kita lakukan. Pergerakan ini boleh digunakan dalam membantu mereka yang dalam kesusahan seperti scan tubuh pesakit. Kosongkan pikiran kita dan biarkan tubuh kita beregrak dengan sendirinya. Waktu itu bukan kita lagi yang mengawal tubuh kita tetapi adalah dari gerakan qudrat iradat Allah. Setiap apapun yang disaksikan oleh mata hendaklah ditanggapi oleh hati bahwa itu adalah af’al Alloh (perbuatan) dari pada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala

Tahap 3
Mengqasadkan diri kita di dalam ilmu Alloh yatu segala apa yang akan berlaku semuanya adalah di dalam ilmu dan ketentuan Allah. (LA HAWLA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL-ALIYYIL AZHIM) Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan(daya dan kekuatan) Alloh Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Hadis Rosululloh Solawlohu Alayhi Wasallam
LA TATAHARROKU DZARROTUN ILLA BI IDZNILLAHI.
Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Alloh.

Untuk mencapai tahap yang sempurna harus perbanyakanlah kita beribadah kepada Alloh kerana semakin kita dekat dan mesra dengan Alloh semakin tinggi dan menyerahlah apa yang kita tuntut ini.
Di dalam mengamalkan amalan ini janganlah ada sifat sombong, riya, takabbur, hasad dengki di dalam diri kita kerana sekiranya ada salah satu darisifat-sifat ini di dalam diri kita maka amalan ini tidak akan menjadi kerana ilmu ini juga berada di dalam qudrot irodat Alloh. Serahkan segala-galanya pada urusan Alloh kerana kita adalah manusia yang lemah yang tiada daya dan kekuatan.

Perhatian: Lakukan cara amalan ini harus diterangkan dengan sempurna sebelum dipraktikkan. Segala penerangan di atas khusus bagi yang pernah ikut serta latihan Motivasi & Meditasi. Jadilah manusia yang mulia di muka bumi ini dan mempunyai sifatkasih sayang terhadap segala makhluk.

Siapa yang mengenal dirinya, tentu dia mengenal Tuhannya dan siapa yang tidak mengenal Tuhannya, maka binasalah dirinya.”

Rabu, 30 Agustus 2017

KUNCI KESABARAN

Apakah Allah Memperhatikan kita saat ini? Pasti? Apakah Allah Maha Tahu persoalan yang sedang kita hadapi? Pasti. Apakah Allah tahu persis semua jalan keluar yang sedang kita hadapi? Tahu. Setiap persoalan pasti ada jalan. 

Kali ini kita akan coba bahas sekali lagi tentang kunci kesabaran.  Kunci kesabaran itu ada dua kata kuncinya walaupun dirangkai dalam satu ayat. Surat Al Baqarah ayat 155-156. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Siapakah orang-orang yang sabar? Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang besar, curahan rahmat Allah dan hidupnya dibimbing oleh Allah. Dua, Innalillahi Wainailaihi Rojiun. Sesungguhnya, kami adalah milik Allah dan kembali kepada Allah.

 

Jadi, kemampuan orang untuk tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali hanya milik Allah, itu pintu pertama sabar. Dan yang kedua, kemampuan kita lepas dari bersandar kepada siapapun selain bersandar hanya kepada Allah, itu kunci sabar. Sepanjang masih merasa ini milik saya. Sepanjang masih merasa ada selain Allah yang bisa menolong saya, sulit untuk mendapatkan karunia sabar. Dalam penghujung surat Al Baqarah. Lillahi maa fissamaawaati wa ma filard, milik Allah segala yang ada di langit segala yang ada di bumi. Semua yang ada pasti adalah ciptaan Allah. Kalau Allah yang mencipta, maka itu pasti milik Allah. Kalau itu milik Allah, siapa yang mengurus? Allah.

 

Diri kita ciptaan Allah, diri kita milik Allah, diri kita diurus oleh Allah setiap saat. Kita tidak bisa mengurus diri kita karena kita tidak tahu apa yang harus diurus. Sedikiiiit. Paling mandi, keramas, gunting kuku. Untuk ngorek kotorang kuping saja sudah susah. Belum lagi yang di dalem. Jantung, paru-paru, empedu, 100 triliun sel tubuh ini. Manusia ini dijumlahkan cuma 6 miliar lebih. Tubuh ini 100 triliun sel. Banyak triliun itu. Dan tiap sel hidup, berkomunikasi, punya generator sendiri, punya sistem keamanan, punya sistem informasi. Tiap sel! Kurang lebih ada 200 jenis sel katanya di dalam tubuh ini dan tidak tertukar. Sel mau jadi mata, tidak jadi di telunjuk. Sel kuku tidak jadi di mata. Semuanya! Bergerak, berkomunikasi, hidup, mati, pada mati, keluar, ganti lagi sel baru. Siapa yang ngurus? Allah

 

Ada Saatnya Rejeki Harus Berpindah
“Dan Kami mendengar apa yang dibisiki hatinya”. Pasti. Karena hati kita juga ciptaan Allah. Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. Apa yang jauh? Semuanya juga diciptakan Allah, digenggam Allah, dikuasai Allah. Jadi diri kita ini milik siapa? Sesuka Allah kalo gitu, ya? Mau dibikin mancung? Pesek? Gapapa. Yang penting berlubang. Mau pesek, mau mancung, mau putih, item, kuning, coklat, suka-suka yang punya. Suka-suka Allah. Mau dibikin kaya, sedeng, miskin, suka-suka Allah. Nggak mungkin semuanya kaya menurut kita walaupun mungkin menurut Allah karena kalau semua kaya, nggak jalan kehidupan ini.

Tidak akan oleh Allah semuanya diciptakan jadi Presiden. Pusing negara kita Presiden semuanya. Giliran, cuma satu dari sekian ratus juta. Allah yang Menakdirkan. Tidak akan semuanya jadi sarjana. Kalau semua jadi sarjana pusing juga, nggak akan cukup, iya? Makanya yang mulia itu Inna Akromakum `Indallahi Atkokum. Terserah Allah mau dibikin sehat atau sakit. Sudah berusaha habis-habisan menjaga kesehatan, eh, sedang naik pohon jambu jatuh, patah tulang. Kenapa? Yaaa… banyak rahasia Allah. Karena di rumah sakit juga ada hamba Allah yang harus dapet rejeki, kan? Dibawa ke dokter, ada rejeki buat Dokter. Beli resep, ada rejeki buat Apoteker. Diopname, ada rejeki untuk perawat. Karena semua yang ada di rumah sakit juga semua ciptaan Allah. Allah Ngasih makan kepada mereka. Allah Ngasih bekal buat sekolah anaknya, Allah ngasih bekal buat beli pakaian. Yaaa, syariatnya kita sakit sekali-kali. Ya? Benar?

Makanya kalau bayar rumah sakit juga yang ridho, sebab nggak ridho juga tetap harus bayar. Karena rejeki itu ada waktunya pindah. “Wah, gara-gara kamu sakit, Bu, motor jadi dijual.” Bukaaan. Motor itu sudah waktunya pindah pemegangnya. Sekarang giliran tukang ojek yang beli, pindah ke sana. “Tapi saya rugi dulu beli 12 juta, sekarang dijual 10 juta.” Enggak, sekarang jatahnya 10 juta. Tapi udah dibayarin, ternyata dibayarin rumah sakit semuanya, Rp. 9.900.000, sisanya Rp.100.000, ya enggak papa. Uang itu sudah giliran rumah sakit. “Nanti saya mana?” Nanti ada lagi. Ada waktunya lagi. 
Dulu aja lahir nggak pake motor, kan?! Lancar. Apa pada keluar dari rahim ibu pakai Honda bebek? Tidak… semuanya hanyalah milik Allah. Kita punya apa, sih? Rambut? Rambut bukan milik kita, jangan suruh manjangin. Stop! Lagi nggak punya duit, nih. Lagi nggak ada biaya buat dicukur. Stop! Tidak bisa… Tetep aja Allah yang memanjangkan rambut. Kenapa? Karena ada makhluk Allah tukang cukur di antaranya. Tukang cukur kan harus makan. Nyekolahin anak, bayar kontrakan. Iya, kan? Ridholah rambut dipanjangin. Mau rambut nggak pengen ubanan? Tidak bisa… sing ridho. Walaupun sudah minum sari areng. Tetap saja sudah waktunya diberi yang putih. Ridho. Enak ridho itu. Ya? Suka-suka Allah. Rizki milik Allah. Bukan hanya punya kita, tapi orang lain juga milik Allah.

“Si itu tuh Cina.” Emang orang Cina bikin dirinya sendiri? Enggak… mau Cina, mau Hitam, mau Negro, mau Afrika, mau Bule. Sama! Semuanya ciptaan…Allah. “Wah, orang bule ngaco.”  Loh, kan dia tidak pesen bule. Maka saya sejujurnya ya, waktu ada sweeping kepada orang Bule, apa salah dia jadi bule? Dia tidak pesen dirinya jadi bule, sebagaimana kita tidak pesen jadi sawo tua gini, ya? 
“Ah, si itu mah anak orang Cina.” Kenapa Cina? Dia tidak pesen. Coba, kalau kita ditakdirkan jadi Marmut, kan repot nih, lagi terancam dibikin sate Marmut. Atau sodara misalnya ditakdirkan jadi Kambing. Ini rada nggak enak kalau mau Idul Adha. “Kenapa bos saya ngasih makan banyak, ya?” itu ciri-ciri Idul Adha, tuh. Tapi kan nggak pesen. Makanya, nggak usah ngomong apapun, tentang suku, nggak pesen. Juga jangan menghina bentuk badan apapun. Itu ciptaan Allah. Itu milik Allah. “Uh, si gendut.” Sttt.. itu Allah yang ngegedein. “Ini suami istri jadi angka 10.” Dosa, tuh. 

Terima Perbedaan, Orang Cacat bukan Orang Gagal
Apalagi kalau nanti berangkat ke tanah suci, itu kan macem-macem tuh di Tanah Suci. Kalo di sini mah rasa semacem, ya. Wajah-wajah banyak persoalan. Di Tanah Suci kan dari Afrika, dari Eropa, dari Asia. Kumplit. Allah saja. Saya liat kalo dari Tiongkok, tuh. Kan pada sipit kalau jalan. Sepertinya tuh lugu, padahal pinter-pinter. Aneh buat kita. “Kok aneh ya orang Cina bisa baca Al Qur’an?” Kan kebayang oleh kita Jet Li, yah? Atau Jackie Chan. Justru dia yang aneh, “Loh, kok ini orang Indonesia pada ngaji?” Allah yang Ciptakan. Datang orang Afrika. Ya Allah, nikmat! Melihat ciptaan Allah. Gede-gede sekali. Waktu itu pernah sholat, di samping 2 meter 10 centi. Saya Cuma segini, ya Allah, ciptaanMu. Mungkin dia juga mikir, “Ya Allah, kok ada ciptaanmu yang ganjil gini?” 
Lihat kemarin di video, tentang orang yang nggak punya tangan, tidak punya kaki, hanya di bawah pinggul hanya sedikit jari, hanya itu. Lalu beliau, saya lihat dari video yang dikirimkan dari BlackBerry, beliau sedang berdiri di meja, menjelaskan kepada pelajar. Lalu beliau merebahkan dirinya , berguling. Beliau berkata, “Kalau saya menyerah, saya akan seperti ini selamanya. Sekali gagal, dua kali gagal, sepuluh kali gagal, 100 kali gagal. Saya tidak boleh berhenti untuk mencoba saya bisa berdiri.” Akhirnya dia menemukan ada buku, lalu kepalanya ditekan ke buku, lalu akhirnya dia bisa bangkit dan berdiri. Allah menciptakan tidak ada kaki, tidak ada tangan, pasti bukan sia-sia. Di antaranya mengajari kita yang punya kaki dan tangan untuk tidak pernah menyerah.

Saudara jangan menganggap orang cacat itu orang yang gagal. Tidaaak. Mereka adalah makhluk-makhluk spesial yang diciptakan Allah. Tidak ada kegagalan, tidak ada kecacatan. “Tapi kasihan dong begitu.” Tapi pahalanya juga luar biasa. Sekali dihina orang, dia sabar, berguguran dosa-dosanya. Orang tua yang anaknya dititipi seperti itu juga orang tua pilihan. Kalau beliau ridho dan sabar, derajatnya naik dengan anak yang diberikan ujian kekhususan. Nggak ada yang  gagal, semuanya ciptaan? Allah. Semuanya milik? Allah. Cukup.

Bagaimana dong kalau sedang lihat tentara Israel, tentara yang membantai umat Islam? Mereka ciptaan siapa? Allah juga. Mereka juga nggak ngerti tubuhnya terbuat dari apa. Apakah kalau para tentara yang zhalim itu mengadakan rapat, Allah tahu, tidak? Tahu dari mana? Pertama, tidak ada yang tersembunyi dari Allah. Tak ada satu centimeterpun yang luput dari pengawasan Allah dan tidak satusatu makhluk pun yang lepas dari kekuasaan Allah. Mereka cuma jadi jalan, ladang amal bagi orang-orang yang beriman.

“Wah, kasihan itu di Palestina, di jalur Gaza, mereka diboikot, diblokade, dibenteng, orang yang beriman tidak takut. Pasti Allah mencukupkan, buktinya sampai saat ini masih ada aja yang hidup, iya? Bahkan tiap tahun ribuan penghapal Quran, mungkin karena makanannya sedikit, shaumnya jadi shaum Daud juga, iya? “Kita kan banyak makan nggak shaum” Susah sana, susah sini!, TV nggak ada yang bagus !, mana jadi ngapalin Quran, malemnya Qiamulail!. “ Boleh jadi di Jalur Gaza itu lebih bahagia hatinya dibanding kita yang banyak maksiatnya ini. Jadi sebenarnya kita yang lebih harus dikasihani. Nonton TV jadi dosa, di jalan jadi dosa. Ini wajah-wajahnya sejujurnya ya, ini wajah-wajah harus tobat, nih. (jamaah tertawa)

Semua Ciptaan Allah, Jangan Silau oleh Duniawi
Itu makhluk, harta, milik Allah. Adakah orang kaya di dunia ini yang sebenarnya? Hakekatnya tidak ada orang kaya. Makanya kalau saudara ketemu dengan orang kaya, mobil bagus, rumah bagus, biasa aja. Ooh, ini titipan Allah. Mudah-mudahan jadi Ahli Syukur. Naaah! Jangan sering dateng ke orang kaya, “Ini kok nggak dipake, nih?” pengen, tuh. “Itu handphone banyak betul.” Pengen. Jangan.. Jangan.. berharap dikasih. Nggak apa-apa handphone jelek, yang penting bunyi. Ya? Dan ada pulsanya. Itu yang penting.

Sekarang handphone bagus, tapi kita kadang minta-minta, ngarep dikasih. “Harga diri turun.! Handphone bagus, harga dirinya yang nggak bagus. Buat apa? Dulu aja tidak jaman handphone, tetep pada hidup manusia. Ya? Betul kan? Jadi kalo ada saudara kaya, temen kaya, jangan jadi tambatan hati. Jangan pengen ke sana terus. Tiap ada lapar, silaturahmi. Bukan mau silaturahmi, perbaikan gizi. “Jangan!. Allah lah satu-satunya yang akan mencukupi kita. Walaupun uang kita sedikit, tidak apa-apa. Kalau kita yakin kepada Allah pada waktu perlu, akan ada. Dari mana saja, dari mana saja. Allah ngasih rejeki, tidak harus tahu datangnya dari mana. Benar, kan? Nah, itu harta.

Sekarang, Lillahi maa fissamaawaati wa maa filard. Binatang. Binatang juga milik Allah. Makanya kalau lihat burung, “Ya Allah, milikMu.” Menukik. Manusia mah susah. Ada terjun payung segitu gayanya cuma turun aja. Itu juga susah, kecuali yang kurus. Nggak bisa seperti burung. Maha suci Allah. Lihat kuda, bagus ototnya. Ya Allah… ini tiap selnya Engkau yang Mengurus. Lihat Sapi, kan bagus sekali sapi itu, makan rumput keluar susu sapi. Kenapa pabrik susu kita tidak bisa begitu? Harusnya kan pabrik susu mengumpulkan rumput. Jadi susu. Kan begitu? Nggak bisa tuh. Itu susu sapi, makanannya hijau, darahnya merah, kotorannya juga macem-macem, eh, susunya putih. Pas dipotong si sapi, yang keluar darah merah. Allah yang mengatur. Padahal kalau kita yang punya pabrik bagus ya? Rumput yang dimakan sapi dimasukkan ke pabrik, keluarnya susu sapi? Nggak bisa tuh… Allah yang mendesain.

Makanya kalau dengar suara “Kok ko, ko, koook…” Suara apa itu? (jamaah: “Ayam”) Itu suara saya… He he he. Ayam ini bertasbih, membangunkan hambaNya. Lihat kucing “meoong”, anaknya digendong dengan menggigitnya. Dia sayaaang sama anaknya. Siapa yang ngajarin? Nggak pelit tuh kucing, dijaga. Subhanallah… Inget Allah. Dateng merak, eh ngebalikin kita, kombinasi warnanya sempurna. Ya Allah… milikMu, milikMu. Sempurna! Datang badak, lihat, siapa yang berani panco sama badak? Segini gedenya. Eeeh… makanannya rumput, kecil-kecil. Gimana, kita kok makan rumput nggak gede, ya? Malah disentri. Kambing jarang yang asam urat. Ya? Takjub! Kalau orang suka yakin semua ciptaan Allah, semua milik Allah, hidup ini jauuuh lebih enak. Nggak ada kita menjilat sama manusia. Nggak ada kita merunduk-runduk karena kita tahu mereka juga bikinan Allah, ciptaan Allah.

Ini kan deket Istana Negara ya? Biasanya kalau kita kurang hati-hati, “Saudara, diundang ke Istana Negara”. Grrr… Padahal, biasa aja. Ya? Seneng lihat… Oh gini Istana Negra awet ya? Yang bikinnya udah pada mati. Presiden rebutan ke sini pada meninggal. Oooh… ini rebutan barang diem. Ini sebulan sebelum undangan ganti baju. Biasa aja lah. Iya? Jangan takjub oleh duniawi. Harta, Tahta, Gelar, Jabatan. Biasa. “ Punya,” ya nggak apa-apa. “Nggak punya”, jangan minder. 
Lalu liat orang lain, nggak perlu iri! Karena tiap orang udah ada jatahnya masing-masing. Ini udah ada jatahnya (menunjuk jamaah). Iya kan? Walaupun ibu anak sama, anak lima, beda-beda. Rejeki beda, wajah beda. Kalo adiknya punya jodoh, Kakak nggak usah minder. “Waah, ini kamu ngelangkahin, nih! Bikin saya tidak punya jodoh.” Ini kurang iman! Nggak boleh. Adik udah siap nikah, nikah! Lebih cepat lebih baik. Lanjutkan, ke kakaknya. Nggak papa. Nggak boleh ibu-ibu kalau si bungsu udah ada jodohnya, ditahan. “Jangan dulu nikah.” Nggak boleh! Itu menghina Allah. Allah yang menentukan jodohnya. Ayo duluan. Dan kakak nggak boleh meres adiknya. “Boleh kamu nikah dulu, tapi mana? Biasa uang pelangkah?”. Harusnya, “Dik, nikah!” “Kakak gimana dong! Kak belom ada jodohnya?” “Allah Maha Tahu segalanya ada waktunya. Tenang aja” “Gimana kalo Kakak keburu meninggal?” “Nggak apa-apa nanti di sorga Insya Allah ketemu” “Tapi kalo kakak nggak di sorga gimana?” “Kamu jangan kurang ajar…” (bergurau, tertawa). 

Kekuatan Doa
Dah, Allah yang punya. Setuju? Enak, kan? Lebih enak, tidak? Enaaak… Tapi, ini amalan hati. Jangan sampe salah. Masuk ke supermarket, “Semua milik Allah. Ya Allah saya minta hanya kepadaMu.” Ambil aja… Maka nanti Allah menggerakkan satpam. Iya? Kalau amalan lahir, ada syariat. Tapi hati, harus yakin. Binatang, semua milik Allah. 
Termasuk virus, bakteri, nyamuk Aides Aegypti. Sekarang demam berdarah sedang musim lagi, ya? Kalo takut, boleh 3M: menutup, menimbun, menguras. Tapi lebih penting dari itu adalah doa. Doa dengan musibah bertarung. Mana yang lebih kuat, itu yang menang. Takdirnya misalkan digigit nyamuk. Sebagai ibu, ibu menguras, ibu menutup, anak pakai lotion. Doa yang lebih kuat. Karena kalau Allah mau tangan pas digosok, ada yang kelewat sedikit, di sana nyamuk nanti menggigit. “Audzubillahiminasyaitonirrajim. Audzubika limatillahi tammati min syari maa kholaq. Ya Allah, hamba berlindung kepadaMu dengan kalimahMu yang sempurna dari kejahatan makhlukMu.” Baca Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas. Tiupkan, diusapkan. Allah Melihat! Bener nih makhluk, dia berlindung kepada penguasa semua nyamuk. Yang mengatur semua takdir. Itu yang lebih paten daripada semua merk-merk lotion nyamuk.

Saat dikejar anjing, “Wah kenapa nih saya dikejar anjing?” yaaa… variasi, lah, nggak setiap hari. Allah menciptakan anjing memang menakutkan. Doberman, Herder, taringnya gede-gede, menakutkan. Itu mutlak bikinan Allah. Anjing nggak ngerti, bagaimana membuat anaknya bertaring. Tidak ngerti! Itu mutlak, ciptaan…? Allah. Suaranya juga diatur oleh Allah supaya serem. Kan kurang bagus kalo anjing gede suaranya “Aww, aww”. Seperti singa, “Auuuum”, suaranya menggetarkan. Itu juga Allah yang buat. Kurang bijaksana juga ya kalau singa suaranya, “Meooong” atau ompong. Dibuat gagah. Buat apa? Supaya kita berlindung kepada penguasa, ciptaan.

“Kenapa saya sudah berdoa, sudah lari, berzikir, masih digigit anjing?” tenanglah, ada rahasia Allah dibalik gigitan anjing. Mungkin diopname, mungkin diopname itu akan dapet ilmu. Mungkin akan ketemu jodohnya. Dokter, baru lulus, melihat, “Ini pemuda ini, sabar sekali. Saya baru lihat saudara. Saudara bisa ngaji?” “Alhamdulillah.” “Kalo gitu nanti kalo saya nikah, bacakan Al Qur’an untuk saya, ya?” (Jamaah tertawa) Sodara mikirnya apa? Mikir jodohnya dokter ya? Sesuka saya aja yang bercerita. 
Udahlah, pokoknya kalau sudah berlindung pada Allah nggak akan rugi. Jalanin aja. Semua milik Allah. Termasuk kalau mau naik angkot, mau naik taksi, ayo, bilang dulu kepada pemilik semua kejadian. “Ya Allah, Engkau Maha Tahu setiap makhlukMu. Engkau tahu para supir yang baik, supir yang kurang baik. Saya berlindung kepadaMu. Jadi kalau mau nyetop tuh, main hati, hati tuh bunyi. Ya Allah, ya Allah. belum waktunya, belum waktunya.

Begitu juga waktu naik taksi, “Audzubika limatillahi tammati min syarri maa kholaq”. Allah, Allah, Allah. Naik pesawat (Aa mengerakkan tangan bergelombang), “Ya Allah, Ya Allah, mau jatoh gitu, ya Allah? Jangan, saya belum nikah ya Allah, tolong ya Allah.” Apa urusannya? Terserah Allah mau nikah, mau belum. Iya? Kalau udah waktunya meninggal. “Tapi bagaimana A’ kalau saya meninggal di laut nanti saya dimakan hiu.” Kalau sudah rejeki Hiu. Makanya sebelum naik pesawat, sedekah yang banyak, doa yang bagus, “Wahai yang menggenggam setiap takdir. Saya ini milikmu. Rasulullah menganjurkan sedekah, saya sedekah. Rasul menganjurkan doa, saya doa. Karena saya yakin Engkaulah satu-satunya pelindung.” Pasti didengar oleh Allah. Pasti didengar. Insya Allah takdir bisa dirubah ke takdir lain. Syariatnya dengan doa. Syariatnya dengan sedekah. 

Seneng lah kalau sama Allah terus-terusan, mah. Anak rewel, nggak usah dicubit. Siapa yang menciptakan anak? Kita bisa bikin anak? Anak ciptaan siapa? Yang mengurus anak tiap saat siapa? Kita bisa ngurus anak? Enggak. Mandiin juga jarang bersih. Nyebokin pake cubit. Iya? Mandiin pake digetok pake gayung. Kurang ikhlas. Anak milik? Siapa yang cukupin rizki anak? Siapa yang lebih sayang kepada anak kita? Kita atau penciptanya? anak Itu amanah.

Jadi kalau anak nangis, anak sakit, kuat kita wiridnya. “Ya Allah, hanya Engkau penggenggam lahir dan batin anak ini, Engkau penguasa” mudah-mudahan jadi penggugur dosa. Hanya Engkau yang bisa menenangkan. Allahu la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum. Mendingan zikir, daripada nyubit. Ya? Tambah sakit. Mending zikir. Allah Melihat tidak ibu-ibu yang zikir? Dan kalau lagi mangku anak tuh jangan lagu yang macem-macem. “Nina bobo…” melek aja anak, tuh. “Kenapa kamu nggak tidur-tidur?” “Katanya saya Asep? Kenapa menjelang tidur jadi Nina?” (jamaah tertawa). Mendingan shalawat, Asmaul Husna. “Ya Rahman, Ya Rahim…” Enak, karena dibikin oleh Allah tuh, Diurus oleh Allah, kita nyebut nama Allah. Suka Allah. Ya? Betul, kan?

Kalau mau membangunkan anak, “Heh, bangun! Bangun. Bapak ingin kamu jadi anak sholeh.” Bukan begitu… lapor kepada pemiliknya. “Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah yang mampu menciptakan anak ini.” Lihaat, anak uh “Hmmm, ini milikmu. Engkau amanahkan kepada hamba. Ya Allah. Jadikanlah ini anak yang sholeh.” Belai rambutnya… “Nak, bangun yuk, sholat subuh.” “Males, Pak” “Yah, bapak belum tentu panjang umur. Mumpung ada waktu, kita doa sama-sama.” Gituuu, mending lapor ke Allah, mudah bagi Allah. Subhanallah… 

Syariat Harus Sempurna
Enak tidak, nih? Dunia zikir tuh dunia enak. Apapun? Ke Allah. Mau apa saja minta? Sama Allah dulu, jangan minta sama orang dulu. Mau minta? Yang punya segala-galanya siapa? Allah. Minta uang? Siapa yang punya rejeki? Pengen sehat? Siapa yang punya sehat? Pengen tenang? Siapa yang membagikan tenang? Pengen kerjaan? Siapa yang ngatur? Allah! Pengasa langit dan bumi. Nggak ada lagi. Yang tiap saat mengurus diri kita dnegan sempurna. semuanya milik Allah. 

Itu peringkat pertama sabar. Jadi kalau motor harus dijual, uang harus bayar. Udah nggak papa karena itu juga milik Allah. Seperti kalau kita belanja, harusnya sepuluh ribu, tapi jadi dua belas ribu. Nggak papa. Dia juga kan milik Allah , orang itu. Ya siapa tahu mau menyekolahkan anaknya, mau bayar untuk nyicil hutangnya, atau mau nabung untuk umroh, udah nggak apa-apa. Lepas hati ini. 
Kita mau beli motor 12 juta pas dijual tinggal 9 juta. Nggak apa-apa. “Wah, rugi tiga juta.” Enggaaak, kalau udah harganya segitu ya nggak papa. Lepas dunia ini, lepas dari hati. Kalo udah waktunya keluar, keluar. Jangan nyimpen dunia di sini (meunjuk ke hati). Ibu punya kerudung bagus sekali. Kata pembantu, “Kerudung ibu sekarang ada tandanya” ternyata ada tanda setrikanya, bolong. Pembantu minta maaf.  Ya maafkan… Tinggal pakai taplak meja saja. Nggak ada yang tahu ini kan ibu kerudungnya dari taplak meja atau enggak (jamaah tertawa).

Jalan ke sini juga ngongkos. Nggak papa, rejeki kereta api, bis kota. Pas mau sedekah, pengen ngambil seribu nggak tahunya yang ketarik 10 ribu. Nggak enak pengen masukin lagi. “Tapi gimana? Di dompet berarti tinggal seribu-seribunya.” Nggak papa. Jalan sambil wirid. Jarak jauh dekat kalau dipakai wirid juga jadi dekat dengan Allah. Jangan berat sama dunia. Ya? Cincin, gelang, jam. Kalau udah waktunya nggak ada, lepas aja. “Sekarang saya nggak punya sama sekali.” Nanti juga ada, kok. Kerja aja yang bagus, ibadah yang bagus, ikhtiar yang bagus. Jujur, lempeng. Ada kok. “Tapi saya gajinya kecil.” “Nggak papa. Nanti juga kalau udah watunya Allah mau ngasih, ada aja jalannya. Nggak haus lewat gaji semua, kok. Ada aja rejekinya.

Kita aja nggak tahu siang ini mau makan di mana. Kalau saya tahu, karena barusan sudah saya makan. Ya? Kita nggak tahu rejeki besok di mana. Yang ada juga belum tentu rejeki kita. Apalagi kalau sodara jadi mubaligh. Pernah nih Pak, pas mau ceramah lagi makan selai, “Hadirin sekalian, tibalah saatnya ceramah bapak Abdullah Gymnastiar.” Nggak enak mau dimakan sambil ngunyah. Selesai ceramah, salaman, pulang. Dimakan panitia, ternyata. Itu padahal tinggal berapa centi dari mulut. Kalau udah bukan rejeki, begitu. Waktu itu ceramah ada di sebuah tempat, ada anggur, salak, apel. Disuguhin tuh di mimbar. Tapi saya yakin, ini bukan rejeki saya, nih. Cobaan. Karena mustahil sambil ceramah, sambil makan. Iya kan? Selesai, diambil panitia lagi. Padahal itu di anggaran, untuk menjamu penceramah, ya? Tapi ridho habis oleh panitia. Ya? (Jamaah tertawa)

Begitulah dunia, ya? Jadi jangan masuk ke hati. Makanan, uang, harta. Aaah… Allah! Sepanjang semua di jalan Allah. Enteng-enteng aja. Setuju? Ingat loh, ya, ini amalan hati. Amalan akal ada lagi. Amalan tubuh ada lagi. Rasulullah yakin semuanya milik Allah. Rasulullah berdakwah siang dan malam. Rasulullah hijrah ratusan kilometer. Rasulullah musyawarah dengan sahabatnya, merancang keuangan. Rasulullah menggali parit untuk perang. Rasulullah menggunakan baju besi dua lapis. Menggunakan helm, mengatur strategi. Padahal yakin semuanya milik Allah. 
Artinya apa? Syariat harus sempurna. Siti Hajar, yakin akan jaminan Allah. Lari Shafa-Marwa, Shafa-Marwa, tujuh kali! Padahal yakin kepada Allah. Dan zam-zam, keluarnya tidak di Shafa, tidak di Marwah. Tapi di tempat lain. Sesuka Allah saja Ngasih jalan. Makanya, hati yakin. Cirinya orang yang yakin adalah menyempurnakan ikhtiar.

Apa yang Ditentukan Allah, Nggak Akan Salah
Kalo saudara dengan kajian ini hati yakin tapi jadi males, saudara berdusta. Orang yang yakin itu cirinya adalah istiqamah dalam ikhtiar. “Bangun, bangun!” “Apa, bu?” “Sholat Subuh” “Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

“Kamu kenapa nggak kerja?” “Lihat, Bu, gajah. Tidak sekolah juga gede-gede” (jamaah tertawa). Ini anak error ini. “Kamu kan besok ulangan.” “Allah Maha Tahu setiap soal yang akan keluar.” Ini ngomongnya bener tapi tempatnya salah.

“Kapan kamu menikah?” “Kalau Allah Memberi jodoh kepada saya, pasti ketemu.” Salah begini. Yakin tuh bukan buat diobrolkan. Yakin itu untuk bekal di hati, mendampingi kesempurnaan ikhtiar. Bukan setengah-setengah, bukan harus seimbang: setengah ikhtiar, setengah tawakal. Bukan. 100% ikhlas niatnya, 100% sungguh-sungguh ibadahnya. Semaksimal mungkin sempurna ihtiarnya dan sekuat tenaga sempurna tawakalnya. Insya Allah, ketemulah dengan takdir terbaik kita. Tidak meleset, tidak tertukar.

Apa yang ditentukan Allah untuk kita, nggak akan salah. Jadi jangan takut, ya? Kepada yang mencari jodoh, misalkan ada satu ikhwan direbutkan oleh lima akhwat. “Waah, jangan gitu dong, A’”. baiklah, lima orang akhwat memperebutkan satu ikhwan. (jamaah tertawa). Tenang saja, istikharah saja. “Ya Allah, kalau ini memang ketetapanMu yang terbaik jodoh untuk saya, Engkaulah yang akan Mengatur semuanya.” Daripada bersaing dengan kata-kata rayuan gombal, lebih baik bersaing mendekat ke Allah, Pencipta setiap jodoh, Penentu setiap takdir. Alhamdulillah.

Apa Yang Harus Dilakukan Jika Kita Didzolimi Orang Lain

Oleh Radin Fikar Rahandika Alkadri

Pernah kamu didzolimi oleh orang lain?….Pernahkah kamu disakiti hatimu karena perbuatan orang lain?…Pernahkah kalian akhirnya malah membenci dan kemudian muncul keinginan membalas perbuatan orang yang mendzolimi kalian? Jika kita merasa sangat terdzolimi, terkadang muncul kebencian memuncak di dalam diri kita yang mana itu bisa jadi bom waktu yang bisa menghancurkan hidup kita. Kita harus hati-hati dengan diri kita ketika benci itu muncul. Memaafkan adalah cara terbaik tapi apa itu mudah?…Melupakan perbuatan dzolim dan sakit hati kita, apa itu mudah?…..tentu itu ‘tidak mudah’ dan semua butuh proses karena memang sifat dasar manusia yang tentunya lebih cenderung merasa tidak terima dan ingin membalas. Harusnya kita bisa kuat, harusnya kita tidak menjadikan diri kita lemah dan terus diam atau malah membalas jika didzolimi. Sabar itu cara terbaik, namun sabar manusia selalu menemui titik jenuh. Titik jenuh sabar adalah titik dimana kesabaran itu sudah berubah fungsi. Sabar di sini bukan berarti pasrah pada keadaan dan membiarkan diri kita hancur oleh kedzoliman, namun sabar di sini adalah tetap berusaha untuk keluar dari kedzoliman itu untuk mendapatkan hidup yang lebih indah dan bahagia, dan tidak ada kedzoliman yang membahagiakan tentunya. Keluarlah dari kedzoliman yang kamu alami karena kamu berhak bahagia. Ketika kamu sudah keluar dari zona kedzoliman dan ternyata masih menyisakan kebencian, apa yang harus kita lakukan? Ketika kebencian menyeruak, kita harus terus mencari cara bagaimana kita bisa meng-handle hal itu. Jangan sampai membuat dirimu makin terpuruk dengan ingatan kebencian pada orang yang mendzolimi-mu dan kesalahan yang dilakukan orang tersebut terhadapmu.

Ada beberapa kiat yang bisa kita terapkan jika kita didzolimi oleh orang-orang di sekeliling kita. Perlakuan buruk orang lain terhadapmu jangan sampai menjadikanmu pribadi yang diliputi kesedihan, kebencian. Walaupun sedih itu susah hilang akibat bekas buruk yang mereka torehkan di hati kita, tapi cobalah maafkan mereka dengan setulus-tulusnya maaf.

1. Allah memperingatkan kita untuk selalu bersabar dan bersikap lemah lembut ketika menghadapi segala benturan dari orang-orang di sekeliling kita.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran (3) : 159 yang artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q.S. Ali-Imran: 159)

Tetapi, dalam sikap sabar dan lemah-lembut kita bukan berarti bahwa kita tidak diperbolehkan bersikap tegas. Sikap tegas itu mutlak diperlukan ketika benturan tersebut sudah menodai harga diri, kehormatan dan akidah kita. Anjuran sabar dan bersikap lemah lembut memang harus kita jalankan. Tetapi ketika seseorang tersebut terus men-dzolimi kita berulangkali, maka sikap tegas harus kita kedepankan.

 2. Hubungan antar manusia haruslah berlandaskan ikhlas, saling menghargai, jujur, suka berterus terang, tidak menggunjingkan satu dengan yang lain,  tidak menyakiti hati yang lain dan tidak menyembunyikan sesuatu yang membawa keburukan bagi orang lain. Ketika sikap ikhlas tersebut hilang dari salah satunya, dan malah mendatangkan keburukan bahkan kedzoliman terus merajalela, maka hubungan antar manusia tersebut tidak ada gunanya untuk dilanjutkan, karena sudah melanggar hakekat hubungan yang baik. Akan lebih baik, meninggalkan orang-orang yang senang berbuat dzolim karena tentunya masih banyak orang-orang yang baik di sekeliling kita. Meninggalkan di sini bukan berarti memutuskan silaturahim tetapi meninggalkan berarti melepaskan diri dari hubungan dekat namun tetap menjaga silaturahim. Dengan menjaga jarak hubungan diharapkan tidak akan timbul gesekan dan kedzoliman. Tak perlu memaksakan diri untuk dihargai karena orang yang baik akan dihargai orang yang baik juga. Maka bertemanlah dengan orang baik dan tinggalkan mereka yang suka mendzolimi sesamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)

Rasulullah bersabda:

«ألا أنبئكم بخياركم؟» قالوا: بلى يا رسول الله، قال: «خياركم الذين إذا رُؤوا ذُكِرَ اللهُ عز وجل

Maukah kalian aku tunjukkan manusia terbaik diantara kalian?, sahabat menjawab,” Tentu Ya Rasulullah, Rasul bersabda,”Sebaik-baik orang adalah yang jika kalian melihatnya mengingatkan kepada Allah.” ( HR. Ibnu Majah no. 4119 dari hadits Asma’ bin Yazid )

Umar bin Khattab berkata,” Hendaklah kalian bersama teman-teman yang baik, karena mereka  ibarat hiasan kegembiraan dan bekal dalam ujian.” (Raudhatul Uqala hal. 90 )

Keutamaan lain yang dimiliki oleh teman-teman yang baik adalah doa. Doa teman yang baik dari  jauh akan dikabulkan Allah, Rasulullah bersabda,” Doa seorang mukmin untuk saudara yang  tidak berada disisinya akan dikabulkan Allah, dibawa oleh Malaikat yang bertugas, setiap saudaranya berdoa kebaikan malaikat berkata,” Amiin “ ( semoga Allah mengabulkan )  Dan bagimu seperti doamu ( HR. Muslim  2733).

3. Selalu ada kebaikan bagi diri kita walaupun kita merasakan sakit akibat didzholimi. Apa kebaikan bagi kita? Allah akan menambahkan pahala dan menggugurkan dosa-dosa orang yang terdzolimi.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda: “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?”, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang” (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, mengumpat, memfitnah, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang mendzolimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terdzolimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang mendzolimi) itu habis, sedang hutang (kedzolimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terdzolimi) untuk di berikan kepadanya (yang mendzolimi), kemudian ia (yang mendzolimi) dilemparkan kedalam neraka (HR. Muslim)

4. Jangan pernah berpikir untuk membalas dendam. Jika kebencian itu menyeruak segera alihkan, pikirkan hal yang positif bahwa kamu sedang diuji sabar oleh Allah, kamu sedang diuji untuk ikhlas, dan kamu yakin bahwa skenario Allah selalu indah. Walaupun kita merasakan sakit namun akan selalu ada kebaikan-kebaikan yang Allah siapkan untuk kita. Hilangkan kebencian dan keinginan untuk membalas karena Allah yang akan membalasnya, Allah Maha Adil. Tidak ada satu hal pun yang lepas dari pantauanNya. Tidak ada satu kejahatan pun atau perbuatan buruk apapun yang tidak akan dibalas oleh-Nya. Jika kita difitnah oleh orang lain dan di dzholimi, maka adukan dan pasrahkan kepada Allah. Jangan kotori hati dan jiwa kita untuk balas dendam atau menyimpan kebencian, amarah dan sakit hati. Ikhlaskan semuanya kepada Allah.  

Firman Allah dalam QS. Al Zaljalah : 7-8. “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya juga”.

Dzolim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat dzolim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42“Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat dzolim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“. 

5. Jadikan ALLAH, satu satunya penolong dan pelindung. Allah menjanjikan dalam Surah Al-Thalaq ayat 2 dan 3, “Barang siapa yang bersungguh-sungguh mendekati Allah (bertaqwa), niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal hanya kepada Allah, niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya.”

6. Maafkanlah dengan tulus mereka yang mendzolimi-mu

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A’raf 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur’an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

… dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Yaitu orang2 yang menginfakkan hartanya ketika lapang dan sempit dan menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Memaafkan adalah amalan yang sangat mulia ketika seseorang mampu bersabar terhadap gangguan yang ditimpakan orang kepadanya serta memaafkan kesalahan orang padahal ia mampu untuk membalasnya. Memang sebuah kewajaran bila seseorang menuntut haknya dan membalas orang yang menyakitinya. Dan dibolehkan seseorang membalas kejelekan orang lain dengan yang semisalnya. Namun alangkah mulia dan baik akibatnya bila dia memaafkannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: 

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)

Memaafkan kesalahan orang acapkali dianggap sebagai sikap lemah dan bentuk kehinaan, padahal justru sebaliknya. Bila orang membalas kejahatan yang dilakukan seseorang kepadanya, maka sejatinya di mata manusia tidak ada keutamaannya. Tapi di kala dia memaafkan padahal mampu untuk membalasnya, maka dia mulia di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala dan manusia.

Kemuliaan yang kita bisa dapat dari memaafkan kesalahan orang yang mendzolimi kita.

Mendatangkan kecintaan

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Fushshilat ayat 34-35: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilat: 34-35)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan: “Bila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu maka kebaikan ini akan menggiring orang yang berlaku jahat tadi merapat denganmu, mencintaimu, dan condong kepadamu sehingga dia (akhirnya) menjadi temanmu yang dekat. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: ‘Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)

  Mendapat pembelaan dari Allah Ta’ala

Al-Imam Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya kerabat. Aku berusaha menyambungnya namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat kebaikan kepada mereka namun mereka berbuat jelek. Aku bersabar dari mereka namun mereka berbuat kebodohan terhadapku.” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Jika benar yang kamu ucapkan maka seolah-olah kamu menebarkan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa mendapat penolong dari Allah atas mereka selama kamu di atas hal itu.” (HR. Muslim)

  Memperoleh ampunan dan kecintaan dari Allah

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (At-Taghabun: 14)

Adalah Abu Bakr radhiyallahu’anhu dahulu biasa memberikan nafkah kepada orang-orang yang tidak mampu, di antaranya Misthah bin Utsatsah. Dia termasuk famili Abu Bakr dan muhajirin. Di saat tersebar berita dusta seputar ‘Aisyah binti Abi Bakr istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, Misthah termasuk salah seorang yang menyebarkannya. Kemudian Allah menurunkan ayat menjelaskan kesucian ‘Aisyah dari tuduhan kekejian. Misthah pun dihukum dera dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberi taubat kepadanya. Setelah peristiwa itu, Abu Bakr radhiyallahu’anhu bersumpah untuk memutuskan nafkah dan pemberian kepadanya. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (An-Nur: 22)

Abu Bakr mengatakan: “Betul, demi Allah. Aku ingin agar Allah mengampuniku.” Lantas Abu Bakr radhiyallahu’anhu kembali memberikan nafkah kepada Misthah. (lihat Shahih Al-Bukhari no. 4750 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/286-287)

Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sayangilah –makhluk– maka kamu akan disayangi Allah, dan berilah ampunan niscaya Allah mengampunimu.”(Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 293)

Al-Munawi rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang di antaranya adalah (sifat) rahmah dan pemaaf. Allah juga mencintai makhluk-Nya yang memiliki sifat tersebut.” (Faidhul Qadir 1/607)

Adapun Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai orang yang memaafkan, karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Sedangkan Allah Subhanahu wa ta’ala cinta kepada orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya:

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali ‘Imran: 134)

  Mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia

Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

“Shadaqah –hakikatnya– tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah melainkan diangkat oleh Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)

Seseorang yang disakiti oleh orang lain dan bersabar atasnya serta memaafkannya padahal dia mampu membalasnya maka sikap seperti ini sangat terpuji. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan –pembalasan– maka Allah akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan para makhluk sehingga memberikan pilihan kepadanya, bidadari mana yang ia inginkan.” (Hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3394)

Demikian pula pemaafan terpuji bila kesalahan itu berkaitan dengan hak pribadi dan tidak berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa ta’ala. ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata: “Tidaklah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam membalas atau menghukum karena dirinya (disakiti) sedikit pun, kecuali bila kehormatan Allah dilukai. Maka beliau menghukum dengan sebab itu karena Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, tidaklah beliau disakiti pribadinya oleh orang-orang Badui yang kaku perangainya, atau orang-orang yang lemah imannya, atau bahkan dari musuhnya, kecuali beliau memaafkan. Ada orang yang menarik baju Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dengan keras hingga membekas pada pundaknya. Ada yang menuduh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak adil dalam pembagian harta rampasan perang. Ada pula yang hendak membunuh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam namun gagal karena pedang terjatuh dari tangannya. Mereka dan yang berbuat serupa dimaafkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Ini semua selama bentuk menyakitinya bukan melukai kehormatan Allah Subhanahu wa ta’ala dan permusuhan terhadap syariat-Nya. Namun bila menyentuh hak Allah dan agamanya, beliau pun marah dan menghukum karena Allah serta menjalankan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, beliau melaksanakan cambuk terhadap orang yang menuduh istri beliau yang suci berbuat zina. Ketika menaklukkan kota Makkah, beliau memvonis mati terhadap sekelompok orang musyrik yang dahulu sangat menyakiti Nabi karena mereka banyak melukai kehormatan Allah Subhanahu wa ta’ala. (disarikan dari Al-Adab An-Nabawi hal. 193 karya Muhammad Al-Khauli)

Kemudian, pemaafan dikatakan terpuji bila muncul darinya akibat yang baik, karena ada pemaafan yang tidak menghasilkan perbaikan. Misalnya, ada seorang yang terkenal jahat dan suka membuat kerusakan di mana dia berbuat jahat kepada anda. Bila anda maafkan, dia akan terus berada di atas kejahatannya. Dalam keadaan seperti ini, yang utama tidak memaafkan dan menghukumnya sesuai kejahatannya sehingga dengan ini muncul kebaikan, yaitu efek jera. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menegaskan: “Melakukan perbaikan adalah wajib, sedangkan memaafkan adalah sunnah. Bila pemaafan mengakibatkan hilangnya perbaikan berarti mendahulukan yang sunnah atas yang wajib. Tentunya syariat ini tidak datang membawa hal yang seperti ini.” (lihat Makarimul Akhlaq karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hal. 20)

Belajar bagaimana memaafkan dari Manusia-manusia pilihan
Orang yang mulia selalu menghiasi dirinya dengan kemuliaan dan selalu berusaha agar dalam hatinya tidak bersemayam sifat-sifat kejelekan. Para Nabi Allah merupakan teladan dalam hal memaafkan kesalahan orang. Misalnya adalah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Beliau telah disakiti oleh saudara-saudaranya sendiri dengan dilemparkan ke dalam sumur, lantas dijual kepada kafilah dagang sehingga berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan menanggung penderitaan yang tiada taranya. Namun Allah Subhanahu wa ta’ala berkehendak memuliakan hamba-Nya melalui ujian ini. Allah pun mengangkat kedudukan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam sehingga menjadi bendahara negara di Mesir kala itu. Semua orang membutuhkannya, tidak terkecuali saudara-saudaranya yang dahulu pernah menyakitinya. Tatkala mereka datang ke Mesir untuk membeli kebutuhan pokok mereka, betapa terkejutnya saudara-saudara Nabi Yusuf ketika tahu bahwa Nabi Yusuf ‘Alaihissalam telah diangkat kedudukannya sebegitu mulianya. Mereka pun meminta maaf atas kesalahan mereka selama ini. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam memaafkannya dan tidak membalas. Beliau mengatakan:

“Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan Dia adalah Maha penyayang di antara para Penyayang.” (Yusuf: 92)

Demikian pula Nabi Musa dan Nabi Khidhir, ketika keduanya melakukan perjalanan dan telah sampai pada penduduk suatu negeri. Keduanya meminta untuk dijamu oleh penduduk negeri itu karena mereka adalah tamu yang punya hak untuk dijamu. Namun penduduk negeri itu tidak mau menjamu. Ketika keduanya berjalan di negeri itu, didapatkannya dinding rumah yang hampir roboh, maka Nabi Khidhir ‘Alaihissalam menegakkan dinding tersebut.

Adapun Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau adalah manusia yang terdepan dalam segala kebaikan. Pada suatu ketika ada seorang wanita Yahudi memberi hadiah kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam berupa daging kambing. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak tahu ternyata daging itu telah diberi racun. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam pun memakannya. Setelah itu Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam diberi tahu bahwa daging itu ada racunnya. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam berbekam dan dengan seizin Allah Subhanahu wa ta’ala beliau tidak meninggal. Wanita tadi dipanggil dan ditanya maksud tujuannya. Ternyata dia ingin membunuh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam memaafkan dan tidak menghukumnya. (Bisa dilihat di Shahih Al-Bukhari no. 2617 dan Zadul Ma’ad 3/298)

-Jika kita didzolimi orang lain, bersabarlah-tegaslah membentuk hubungan yang baik, jauhi orang yang berperangai buruk dan bersamalah orang yang baik agar bisa selalu tolong menolong dalam kebaikan-hilangkan amarah, kebencian dan dendam-janganlah membalas dengan keburukan dan maafkanlah mereka dengan setulus-tulusnya maaf dan hanya kepada Allah-lah sebaik-baik penolong dan pelindung bagi kita.